Arak Kerbau di Rantau Pandan

0
540

Oleh: Jauhar Mubarok (ASN BPNB Kepulauan Riau)

Perkawinan merupakan salah satu dari beberapa upacara daur hidup (life cycle) yang dialami dan diselenggarakan oleh seseorang dalam sepanjang hidupnya. Dan biasanya perayaan atau penyelenggaraan upacara perkawinan lebih besar dibandingkan upacara daur hidup lainnya. Perkawinan dianggap sebagai pintu gerbang perubahan psikologis, sosial dan juga kultural seseorang. Perkawinan menjadi fase daur hidup yang kompleks. Pada masyarakat kita umumnya sebuah perkawinan bukan hanya perkawinan dua orang mempelai semata, namun juga “mengawinkan” dua buah keluarga batih kedua mempelai. Kedua keluarga besar kedua mempelai menjadi saling mengenal dan menyatu dalam ikatan perbesanan.

Dusun Rantau Pandan mempunyai tradisi pesta, terutama dilaksanakan untuk upacara perkawinan, yang besar untuk ukuran warga setempat. Warga setempat menyebutnya dengan lek batin atau kenduri batin. Kenduri batin ini dapat dilakukan oleh siapa saja, sepanjang warga dapat membiayai besaran pelaksanaannya.

Menurut informasi warga, pada masa lalu hanya keluarga rio yang mampu menyelenggarakan kenduri batin. Rio adalah sebutan untuk pemimpin batin atau lingkungan setempat. Saat ini sebutan rio ditujukan kepada kepala dusun (desa). Sebagai rio dirinya dianggap mampu menyediakan kerbau untuk kenduri batin itu. Selain itu, dengan menyelenggarakan kenduri batin itu dimaksudkan untuk menjaga marwahnya sebagai pimpinan lingkungan di mata warganya. Istilah lek batin atau kenduri batin terkait dengan jumlah orang yang terlibat atau yang diundang dalam kenduri tersebut yaitu semua warga yang ada di lingkungan itu. Istilah batin sendiri merujuk pada lingkungan paling luas pada waktu itu. Jadi pada acara kenduri batin yang diundang bukan hanya anggota keluarganya.

Namun pada masa sekarang keluarga siapa saja dapat menyelenggarakan kenduri batin, asalkan dapat menyediakan kerbau untuk dipotong pada acara kenduri. Dan bagi warga yang menyelenggarakan kenduri batin, hal tersebut mempunyai nilai gengsi tersendiri, dibandingkan kenduri biasa. Dengan menyelengggarakan kenduri batin, mereka hendak menyatakan bahwa mereka merupakan keluarga yang berada. Karena faktor susah mendapatkan kerbau, terkadang warga mengganti kerbau dengan sapi. Sapi dan kerbau dipandang sama-sama binatang berkaki empat yang besar. Dengan kata lain, nilai sapi dan kerbau setara.

Selain lek batin warga Rantau Pandan juga mengenal lek ninik mamak (kenduri ninik mamak) dan lek tuo tengganai (kenduri tuo tengganai). Lek ninik mamak, sebagai mana namanya, adalah kenduri yang hanya diperuntukkan untuk kalangan keluarga ninik mamaknya saja. Jadi di luar garis keluarga ninik mamaknya tidak diundang dalam kenduri itu. Kenduri ninik mamak ini mensyaratkan hewan yang dipotong adalah hewan berkaki empat, tapi ukurannya lebih kecil dibandingkan kerbau. Biasanya hewan yang umum dipotong pada kenduri ninik mamak adalah kambing. Bila memotong kambing daging yang didapatkan tidak sebanyak daging kerbau, tentunya tidak akan mencukupi jika mengundang warga satu lingkungan.

Sedang kenduri yang terkecil di Rantau Pandan adalah lek tengganai. Tengganai dalam sistem  kekerabatan setempat terdiri dari saudara laki-laki dari suami/istri dari penyelenggara. Tengganai menjadi unit yang terkecil. Secara jumlah hanya terdiri beberapa orang saja, tidak sebanyak ninik mamak. Maka hewan yang dipotong biasanya ayam. Daging ayam hanya mampu mencukupi beberapa orang saja. Dengan memotong ayam tidak mungkin untuk mengundang para ninik mamak, alaih-alih warga sebatin.

Jenis hewan yang dipotong pada acara kenduri tidak lain menandakan pada kemampuan ekonomi dan kesanggupan keluarga mempelai laki-laki. Jika keluarga mempelai laki-laki hanya  mampu memotong ayam tidak perlu memaksakan diri untuk memotong kerbau. Begitu juga sebaliknya. Hewan yang dipotong berpengaruh pada jumlah undangan. Maka biasanya orang Melayu tidak akan menghadiri kenduri tanpa diundang, meskipun tempat tinggal mereka berdekatan. Mereka tidak ingin membuat malu tuan rumah karena keterbatasan jamuan.

Untuk mengadakan, apakah kenduri akan dilaksanakan dengan kenduri batin, kenduri ninik mamak, atau kenduri tengganai merupakan hasil dari musyawarah mufakat dari kedua belah keluarga calon mempelai. Bila calon mempelai perempuan berasal dari keluarga mampu atau kaya biasanya tuntutannya kenduri batin. Seperti disebutkan di atas, bahwa jenis kenduri yang dilaksanakan terkait dengan gengsi sosial keluarga. Mereka menganggap dengan melangsungkan kenduri batin akan menjaga status sosial mereka. Dan sebaliknya jika kambing atau ayam yang dipotong akan menurunkan status sosial mereka.

Maka usaha menjaga dan atau untuk menaikkan status keluarga calon mempelai perempuan biasanya mensyaratkan kerbau untuk melaksanakan kenduri batin. Bagi keluarga calon mempelai laki-laki yang mampu, syarat itu tidak terlalu masalah. Namun pemuda dari keluarga sederhana syarat kerbau cukup berat. Sebagai catatan, harga satu ekor kerbau antara Rp 15.000.000 – Rp 20.000.000,-. Dengan harga segitu tentu memberatkan sebagian warga yang hidupnya sederhana. Bagaimana bila kedua mempelai sudah saling mencinta, namun keluarga calon mempelai laki-laki keberatan untuk mengadakan kerbau, sedang pihak keluarga mempelai perempuan tetap menginginkan untuk mengadakan kenduri batin?

Hal demikian tidak sedikit terjadi di warga Rantau Pandan. Jalan tengahnya adalah bisa jadi kerbau itu dibeli dengan cara patungan dua keluarga? Dan tidak jarang, karena keluarga mempelai perempuan cukup berada maka mereka yang membelikan kerbau. Kerbau itu diberikan kepada keluarga mempelai laki-laki untuk nantinya diserahkan kembali kepada keluarga mempelai perempuan. Hal demikian merupakan bentuk kompromi di antara dua keluarga.

Arakan Kerbau atau Arak Persedandan

Dahulu orang Rantau Pandan menggunakan jasa kerbau untuk mengolah lahan ladang, selain sebagai hewan investasi yang sengaja dipelihara. Dipersiapkan untuk anggota kerabatnya menikah nanti atau dijual kepada yang membutuhkan. Bagi orang setempat memelihara kerbau tidaklah terlalu susah, cukup dilepas-liarkan di tanah lapang. Di Rantau Pandan hingga sekarang banyak terdapat tanah lapang yang ditumbuhi rerumputan. Menurut informan, pada masa sekarang jumlah kerbau tidak sebanyak dahulu. Untuk mendapatkan kerbau mereka perlu ke luar dusun.

Biasanya kerbau yang dipotong pada kenduri batin adalah kerbau jantan. Sangat jarang atau bahkan mungkin tidak pernah mereka mengorbankan kerbau betina. Hal ini terkait dengan pertimbangan reproduksi kerbau betina itu sendiri. Terlalu sayang memotong kerbau betina.

Kerbau itu akan diserahkan keluarga calon mempelai laki-laki sekitar dua menjelang kenduri batin dilaksanakan di rumah keluarga calon mempelai perempuan. Pertimbangan waktu pengantaran dua hari menjelang perhelatan dimaksudkan agar tidak terlalu lama di tempat kenduri akan dilaksanakan. Kerbau akan segera dipotong setibanya di rumah calon mempelai perempuan.

Orang Rantau Pandan punya cara dalam menyerahkan kerbau itu. Para ninik mamak, tuo tengganai dan para tetangga berkumpul di rumah calon mempelai laki-laki. Mereka berbagi tugas : kaum perempuan dibantu beberapa kaum laki-laki bertugas menyiapkan minuman dan hidangan untuk orang-orang yang datang sebelum berarak ke rumah calon mempelai perempuan; sebagian menghias kerbau dengan kain sarung, bunga-bungaan di bagian kepalanya, dan bumbu-bumbu di bagian punggungnya; beberapa orang diserahi tanggungjawab sebagai wakil keluarga calon mempelai laki-laki untuk menyerahkan persedekahan. Orang ini harus pandai berseloko dan biasanya telah berumur; sebagian yang lain akan memegangi tali kerbau; sebagian yang lain membawa bumbu-bumbu masak; dan sebagainya. Mereka harus berbagi tugas agar nantinya jelas. Semuanya harus siap menjelang acara berarak.

Berarak dilaksanakan setelah salat zuhur atau menjelang asar. Kerbau yang telah dihias dengan sarung dan bunga-bungaan dan bagian matanya ditutup dengan kain. Bagian matanya ditutupi agar kerbau mudah dituntun. Bagian hidung kerbau dicokok dengan tali sebagai pengekang. Selain itu dua kaki bagian belakang juga masing-masing diikat dengan tali pengekang. Tali bagian belakang untuk menahan bila kerbau itu mengamuk karena gangguan dari orang-orang yang menonton. Dalam kegiatan berarak itu memang diperkenankan orang-orang untuk mengganggu kerbau itu. Biasanya orang-orang itu memukul dengan kayu atau tali. Tidak jarang anak-anak mengganggu kerbau itu dengan menendangnya. Itulah alasan kaki belakang juga harus ada tali pengekangnya. Akhirnya kerbau itu tidak bisa apa-apa.

Kegiatan mengarak kerbau ini disebut arakan kerbau. Ada pula orang setempat yang menyebutnya dengan arak persedandan, dan ada pula yang menyebutnya dengan arak persedekahan. Banyak orang terlibat dalam berarak. Orang tua, laki-laki, perempuan, bujang, gadis, anak-anak. Satu kampung turut serta dalam berarak kerbau itu. Ada yang jalan kaki, ada pula yang menggunakan kendaraan bermotor. Ramai dan riuh.

Dalam berarak itu sebagian orang membawa talam yang berisi bawang merah, bawang putih. Talam yang lain berisi jahe, lengkuas. Sedang orang lain ada pula yang membawa jahe yang masih lengkap dengan batang dan daunnya. Dan bumbu-bumbu lainnya. Sehingga arakan itu nampak, bahwa mereka mengantarkan kerbau dan bumbu-bumbu. Bumbu-bumbu yang dibawa sebagai pelengkap dari kerbau: kerbau itu akan dipotong, dimasak dan disantap bersama. Secara tersirat, keluarga calon mempelai laki-laki telah membawa semua kebutuhan untuk kenduri batin. Keluarga calon mempelai perempuan cukup menyediakan tempat untuk kenduri batin dan juga orang-orang yang akan memotong dan memasak kerbau.

Ada kalanya orang Rantau Pandan mengganti kerbau dengan sapi, tapi tetap saja mereka menyebutnya dengan berarak kerbau, bukan berarak sapi. Orang Rantau Pandan menganggap kerbau dan sapi setara adanya. Meskipun kerbau dapat digantikan dengan sapi, tapi memotong kerbau lebih utama. Bagi masyarakat setempat kerbau bukan sebatas dipandang sebagai binatang secara kuantitas kandungan dagingnya semata. Namun  secara kultural kerbau punya makna tersendiri.

Memotong kerbau merupakan syarat untuk melaksanakan kenduri batin. Selain itu, dengan memotong kerbau itu pula beberapa larang-pantang yang terdapat di Rantau Pandan dibuka atau diperbolehkan. Di antara larang-pantang itu adalah memainkan Krinok dan tari Tauh.

Krinok merupakan senandung yang berisi puisi-puisi lama yang berisi “yang memuat mantra-mantra tentang ungkapan, refleksi, keinginan, pelipur lara, kesedihan, dan hubungan sosialisasi” (pustakakendee.wordpress.com, 2014). Senandung itu dimainkan dengan nada sedemikian rupa; tinggi dan rendahnya. Orang Rantau Pandan hanya dapat memainkan krinok pada tiga peristiwa, yaitu kenduri batin, menyambot rajo atau pejabat pemerintah, dan beselang di huma. Jika ada orang menyenandungkan krinok di tengah-tengah kehidupan warga di luar dari tiga momen itu, maka orang tersebut dikenakan sanksi adat. Sanksi ini biasanya berupa potong kambing.

Setali tiga uang dengan krinok, tari tauh juga dilarang dimainkan kecuali pada tiga peristiwa di atas. Tari ini berkisah tentang pergaulan bujang gadis pada masa lalu di Rantau Pandan. Tarian ini dimainkan oleh 8 (delapan) orang yang terdiri dari 4 (empat) laki-laki dan 4 (empat) perempuan (febriyandiys.blogspot.com, 2010). Menurut informan, tari Tauh biasanya dimainkan bertepatan dengan memotong kerbau. Tarian ini dapat dimainkan dari sore hari hingga pagi hari.

Ketika arakan kerbau itu sampai di rumah calon mempelai perempuan mereka telah disambut dengan senandung krinok yang biasanya dilantunkan oleh orang-orang tua dengan diiringi alat musik gong, gendang, dan tamborin. Bunyi dari alat musik itu cenderung monoton dan statis. Selain krinok biasanya mereka bersenandung nampi ampo (rampi rampo), dan senandung-senandung lainnya.

Di depan gerbang rumah calon mempelai perempuan rombongan arakan disambut oleh perwakilan keluarga. Penyambut tamu akan menanyakan maksud kedatangan arakan itu. Dan perwakilan dari keluarga mempelai laki-laki akan menjawab, bahwa tujuan mereka adalah mengantarkan persedekahan berupa kerbau dan bumbu-bumbunya. Tidak jarang dalam acara dialog antara penyambut tamu dengan perwakilan keluarga calon mempelai laki-laki ini terlihat ringan dan penuh canda.

Antara penyambut tamu dan perwakilan dari keluarga calon mempelai laki-laki biasanya dipilih orang yang pandai berseloko dan bergurau. Orang yang pandai seloko dianggap sebagai orang yang paham dengan adat, sedang bergurau bertujuan untuk mencairkan suasana agar tidak tegang. Gurauan di sini adalah gurauan yang patut dalam hajatan.

Setelah serah terima persedekahan itu selesai, maka penyambut tamu mempersilakan keluarga calon mempelai laki-laki masuk untuk menikmati hidangan yang telah disediakan tuan rumah. Pada esok harinya kerbau itu dipotong. Kenduri batin siap digelar untuk menjalin silaturahmi dan bersedekah.  (Disiarkan RRI Tanjungpinang, Senin, 22 Oktober 2018 ).   

Sumber :

http://febriyandiys.blogspot.com

http://pustakakendee.blogspot.com

Informan:

Muhammad S (65 tahun), warga Rantau pandan

Alsobri (36 Tahun), warga Rantau Pandan