Dua hari latihan, peserta belajar bersama maestro (BBM) Randai Kuantan yang ditaja Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepri sudah bisa unjuk gigi. Hari ketiga, langsung pertunjukkan. Naskahnya berjudul Angek Angek Cik Ayam yang dipentaskan di Taman Budaya Riau, Kamis (6/4) malam lalu.
——————-
Hujan deras yang turun mengguyur kota bertuah Pekanbaru, Kamis malam itu tak mengurangi hasrat para pemain untuk tampil. Rencananya pagelaran dilakukan
di arena pertunjukkan terbuka Taman Budaya Riau. Semuanya sudah disiapkan, properti pertunjukkan, soundsystem dan sebagainya. Namun, usai Magrib hujan turun dengan
derasnya. Sekitar pukul 21.00 WIB, panitia akhirnya mengambil keputusan untuk memindahkan ke lokasi pertunjukkan ke dalam gedung. Tak menunggu lama, pertunjukkan Randai Kuantandengan naskah Angek-Angek Cik Ayam dimainkan.
Angek-Angek Cik Ayam berkisah tentang sebuah kampung yang di sana marak penambangan emas secara liar atau ilegal. Kepala desa memberi ancaman agar warganya jangan melakukan penambangan. Warga bisa diproses polisi dan bagi yang membandel tak tanggung-tanggung bisa ditembak di tempat. Kondisi ini merisaukan salah seorang pemuda desa bernama Ujang yang tak lagi memiliki pekerjaan lain. Sementara, ia sudah kebelet ingin menikahi kekasihnya Manohara. Ujang akhirnya termakan rayuan bos tambang ilegal bernama Mr Ben yang meminta tetap menambang.
Kisah percintaan Ujang dan Manohara menjadi rumit. Bapak Manohara tak merestui hubungan mereka. Sementara, Mondek, ibu Manohara sangat menyukai Ujang.
Status Ujang semakin penambang emas ilegal dan adanya informasi Ujang memiliki ilmu hitam. Ujang pun diburu-buru para pemuda. Namun, mereka tak bisa menemukan Ujang karena dengan ilmunya Ujang bisa menghilang. Para pemuda yang disuruh
kepala desa akhirnya meminta bantuan bomoh (dukun) untuk mencari Ujang.
Pementasan Randai Kuantan ini semua pemainnya para peserta BBM yang dilatih Fakhri Johanis alias Fakhri Semekot dan kawan-kawan. Tak hanya pemain randai,
pemain musiknya juga para peserta BBM. Ridho dengan apik memainkan biola yang sangat vital peranannya dalam randai. Penyanyi atau tukang dendang yang membawakan
sekitar lima lagu, juga peserta BBM. Fakhri Semekot selaku maestro mengaku bangga dengan latihannya yang tak lama, Randai Kuantan bisa dimainkan.
“Pemain, pemusik dan penari semuanya peserta BBM. Mereka mampu tampil bagus. Randai Kuantan bisa dimainkan dimana saja dan tak hanya oleh
orang Kuantan,”kata Fakhri.
Penutupan acara dilakukan Al Azhar, Ketua Harian Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau sekaligus Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Riau. Al Azhar juga kagum
dengan peserta yang gigih berlatih dan bisa maminkan Randai Kuantan diakhir kegiatan. “Randai Kuantan akan terus tumbuh dan berkembang jika dimainkan tak hanya
di Kuantan. Di Pekanbaru bisa dipentaskan dan bukan oleh orang Kuantan,”kata Al Azhar.
Hal yang ditunggu-tunggu adalah diakhir pertunjukkan Randai Kuantan, peserta dan tamu undangan, semuanya ikut berjoget. Pemusik dan tukang dendang (penyanyi) dari
grup Randai Kuantan pimpinan Fakhri Semekot menghibur. Mereka membawakan beberapa buah lagu. Penonton dan peserta BBM membaur jadi satu. Berjoget bersama. Hujan turun dengan derasnya. Di dalam gedung, suasana terasa hangat. Keringat bercucuran. Semangat berjoget. **