Peneliti Sejarah BPNB Kepri ‘Hijrah’ jadi Dosen Umrah

0
465
Dr Anastasia Wiwik Swastiwi MA

Peneliti Madya Bidang Sejarah Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri, Dr Anastasia Wiwik Swastiwi MA mulai 1 Mei 2021 pindah ke Universitas Maritim Raja Ali haji (Umrah). Wiwik mengajar di Fakultas Ilmu Sosial Politik (Fisip). Kepindahan Wiwik kehilangan besar bagi Direktorat Jenderal Kebudayaan, khususnya BPNB Kepri.

Wiwik satu diantara dua peneliti BPNB di Indonesia yang menyandang gelar doktor. Sementara di Direktorat Jenderal Kebudayaan, pegawai yang menyandang gelar doktor bisa dihitung dengan jari. Ditengah kesimpangsiuran nasib peneliti di Ditjen Kebudayaan, Wiwik yang sudah berkarir di BPNB Kepri sejak tahun 1998 itu, memilih langkah beda dalam pengembangan karirnya. Ia memilih pindah ‘rumah’ ke Umrah sebagai pengajar. Selama ini memang Wiwik juga sudah mengajar di Fisip Umrah sebagai dosen luar biasa.

Acara perpisahan Wiwik dengan jajaran BPNB Kepri digelar, Jumat (30/4) kemarin. Wiwik mengaku berat hati meninggalkan BPNB Kepri yang sangat dicintainya. Bukan keputusan yang mudah katanya harus memilih pindah dan meninggalkan karir panjang yang sudah dilewatinya di BPNB Kepri. “Sejak masih gadis, lulus PNS ditempatkan di Tanjungpinang. Berdarah-berdarah ibaratnya dalam mencapai karir sebagai peneliti. Namun nasib juga akhirnya yang membawa saya harus pindah. Mungkin sudah takdir dari tuhan,”kata Wiwik.

Wiwik sendiri meraih gelar doktor di University of Malaya. Ujian disertasi lulus tanggal 21 Oktober 2016 lalu. Ia mencatat sejarah karena peneliti pertama BPNB se-Indonesia yang meraih gelar doktor. Ia diantara sedikit sejarawan di Kepulauan Riau yang tunak terhadap tema Kesejarahan Melayu. Ibu dua anak kelahiran 12 Oktober 1969 ini menemput Strata 2 di University Malaya dan S1 Ilmu sejarah di Universitas Gajah Mada.

Tak hanya menyandang jabatan Peneliti Madya Sejarah dengan pangkat IV C, ia juga dikenal salahsatu peneliti BPNB di Indonesia yang produktif. Sejumlah buku bagus dihasilkannya dan diterbitkan berbagai penerbit. Sebut saja buku Pulau Galang Wajah Humanisme Indonesia, Penanganan Manusia Perahu Vietnam 1979-1996 dan buku Sejarah Wilayah Perbatasan Kepulauan Natuna Mutiara di Ujung Utara. Kedua buku diterbitkan Direktorat Sejarah. Terbaru, Wiwik menulis buku Rumah Budaya Melayu: Pelabuhan Dagang di Pulau Bintan Abad 13-16 yang akan diterbitkan Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK). Selain itu, ia juga menulis disejumlah jurnal. Ada belasan buku yang ditulis Wiwik yang diterbitkan BPNB Kepri.

Selain berkarir jadi peneliti di BPNB Kepri dan mengajar di Umrah, ia juga banyak berkiprah di dunia kesejarahan dan kebudayaan Kepulauan Riau. Wiwik adalah anggota Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi Kepri. Wanita berkaca mata ini juga anggota tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Provinsi Kepri. Wiwik juga terlibat dalam keberhasilan penganugerahan pahlawan nasional dua tokoh, yakni Sultan Mahmud Riayat Syah dari Kepri dan Raden Mattaher dari Provinsi Jambi. **