Banyak kuliner khas Provinsi Kepulauan Riau. Tak lengkap rasanya jika tak menyebutkan nama gonggong. Hewan laut sejenis siput yang menjadi makanan khas Kepulauan Riau.
Dalam bahasa latin, gonggong dikenal sebagai Strombus Canurium (ganus) dan masih tergabung dalam famili atau rumpun molusca. Makanan khas ini merupakan sejenis kerang-kerangan yang banyak terdapat di perairan sekitar Kepulauan Riau.
Tak diketahui pasti kapan gonggong menjadi makanan khas dari kepulauan yang dahulu disebut Negeri Segantang Lada ini. Namun, bagi masyarakat Kota Tanjung Pinang, makanan ini sudah dikenal sejak era tahun 1950-an, sejak daerah ini masih menggunakan mata uang dolar Singapura. Keberadaan hidangan gonggong tak lepas dari peran para nelayan di beberapa wilayah Kepulauan Riau. Dari pantai, nelayan mengumpulkan gonggong untuk kemudian dijual ke restoran.
Gonggong menjadi makanan favorit karena selain lezat juga mudah dimasaknya. Masakan gonggong biasanya hanya direbus, kemudian ditambah sambal. Daging gonggong diambil dari dalam cangkang menggunakan garpu kecil atau tusuk gigi. Ada empat jenis gonggong yang semuanya dapat dikonsumsi. Mulai gonggong ayam (sebutan nelayan) berukuran kecil dan berwarna hitam, gonggong cangkang tipis berwarna putih, gonggong bercangkang tebal warna putih, dan gonggong merah bercangkang tebal, yang keseluruhan jenis itu dapat dimakan.
Batik
Tak hanya kuliner, gonggong di Kepri juga jadi motif batik. Motif cangkang siput gonggong yang dipadukan dengan kain batik menjadikan ciri khas yang menarik dan memiliki makna filosofis di balik kemasan estetisnya. Selain itu batik gonggong juga menambah khasanah kebudayaan Indonesia. Kerajinan batik Gonggong ini merupakan hasil kreasi ide salah seorang seniman Kota Tanjungpinang, Efiyar M Amin.
Motif batik ini dominan mengambil bentuk dasar dari gonggong yang diolah sedemikian rupa membentuk bunga dan ornament. Pemilihan Gonggong sebagai model dari motif batik tak lain adalah karena Gonggong dikenal dan ada hampir di seluruh daerah Kepulauan Riau. Gonggong adalah biota laut yang menjadi santapan dan cukup dikenal baik warga lokal maupun pendatang. Selama ini selain isinya yang lezat, kulit gonggong sudah dijadikan cenderamata seperti gantungan kunci dan bunga
Ide membuat batik gonggong terinspirasi oleh banyaknya wisatawan yang berkunjung ke kota Gurindam dan daerah Bintan yang terlebih dahulu menyinggahi Tanjungpinang. Begitu juga saat akan kembali meraka akan singgah terlebih dahulu ke sini sehingga tercetus untuk membuat motif batik gonggong yang merupakan salah satu ciri khas Tanjungpinang untuk buah tangan atau cenderamata. Soal harga, produk batik Gonggong yang disajikan sangat bervariasi bervariasi, berada dalam kisaran Rp 150 ribu hingga Rp 170 ribu. Sedangkan untuk batik cap biasa tawarkan dengan harga Rp 150 ribu dan Rp 175 ribu adalah harga yang ditawarkan untuk produk batik tulis.
Gedung Gonggong
Pemko Tanjungpinang membangun landmark atau gedung baru yang menjadi ikon kota Tanjungpinang. Pembangunan gedung gonggong di Tepilaut dengan pagu anggaran Rp 14,4 M dijadwalkan rampung Oktober 2016 ini. Saat ini gedung dalam tahap penyelesaian dan direncanakan akan diresmikan Wapres Jusuf Kalla pada 28 Oktober 2016.
Gedung gonggong tersebut, selain sebagai ikon wisata baru Kota Tanjungpinang, juga dapat difungsikan sebagai Tourism Information Centre (TIC). Gedung tersebut dinamakan Gedung Gonggong karena didesain menyerupai siput gonggong, makanan khas Tanjungpinang. Gedung tersebut nantinya akan dijadikan sebagai pusat informasi pariwisata di Tanjungpinang atau Tourism Information Center (TIC). Para wisatawan yang datang ke Tanjungpinang bisa mendapatkan informasi pariwisata di gedung yang berada di tepi laut ini. **