Densy Diaz, Bunda Orang Suku Laut Lingga

0
919

Kalau Orang Rimba di Jambi memiliki sosok peduli bernama Butet Manurung yang kisah hidupnya difilmkan itu, Orang Laut di Kabupaten Lingga khususnya Selat Kongky, Desa Penaah, Kecamatan Senayang juga memiliki figur berkarakter sama. Namanya Densy Fluzianti yang lebih akrab dengan nama Densy Diaz (40). Hari-harinya sibuk mengurus Orang Laut.Bagaimana pengabdiannya?
================================================

‘Tanggal 9 September 2016, dari jam 08.00 WIB, mulai beraktifitas menjelajah pulau-pulau. Dari Pulau Bulu, Bawah, Gunung, Lembah. Mendata Suku Laut yang akan ikut nikah massal. Tak disangka, tak diduga. Kami diterima dengan luar biasa. Dijamu Pak Awan dan keluarganya’. Demikian status facebook Densy Dias, Kamis (10/9) kemarin. Itulah contoh kegiatan keseharian Densy Dias. Ia cukup aktif memposting berbagai kegiatannya dalam membina anak-anak Orang Laut di Senayang ke media sosial.

14324187_301844630172374_6189635067179318252_o
Densy Diaz

Kini langkahnya lebih gesit. Saat Hari Pendidikan Nasional tanggal 5 Mei 2016 lalu, ia mendapat berkah. Berkesempatan bertemu dengan Bupati Lingga, Alias Wello. Ia curhat pada bupati dirinya susah dalam menjangkau Orang Laut di pulau-pulau karena tak memiliki sarana transportasi. Gayung bersambut, Alias Wello menyanggupi mengeluarkan dana pribadi. Densy Diaz mendapatkan pompong kayu untuk sarana transportasi ke pulau-pulau. Penyerahan secara simbolis dilakukan Wakil Bupati Lingga, M Nizar tanggal 6 September lalu.

Wanita kelahiran Curup, Rejang Lebong, Bengkulu ini awalnya datang ke Lingga karena ikut suaminya yang bekerja di kapal kargo. Ia sering jalan-jalan ke pulau-pulau dan melihat kondisi Orang Laut yang kehidupannya jauh tertinggal dari saudara-saudaranya di Kabupaten Lingga. Sejak 2014, ia mulai aktif dalam membina Orang Laut yang ada di Selat Kongky, Desa Penaah, Senayang.

Orang Laut di sana kondisinya buta huruf. Densy pun tergerak untuk membebaskan mereka dari buta huruf dengan cara mengajarkan mereka belajar menulis dan membaca. Ia pun bergerak dari satu pulau ke pulau lain di Desa Penaah untuk mengajar. “Saya dari dulu fokus membina Orang Laut di Senayang karena di sana yang banyak Orang Laut-nya. Suami saya kerjanya bawa kapal kargo, dia sangat mendukung aktivitas saya. Saling percaya dan cukup komunikasi. Jadilah seperti sekarang, saya aktif di pulau,”kata Densy saat menceritakan awalnya terjun dalam membina Orang Laut.

Membina Orang Laut, katanya kendalanya antara lain masalah waktu. Tenaga pendidik yang sangat minim. Sementara Orang Laut banyak tersebar disejumlah pulau.Ia mencontohkan di Desa Penaah saja, Orang Laut tersebar di Pulau Pongok, Selat Kongky, Kojong dan Mensemut. Belum lagi di desa lain, seperti Tajur Biru, Tanjungkelit dan lain-lain. “Harapan kami, muda-mudi Lingga mau ikut mengajar Orang Laut di sini. Jangan pikir gaji, swadaya dulu. Tapi tak ada yang mau,”ujarnya.

Ibu dua anak kelahiran 21 Juni 1976 ini memiliki obsesi membuka sekolah alam di pulau-pulau yang dihuni Orang Laut. Dengan keberadaan sekolah itu, anak-anak Orang Laut secara perlahan bisa bebas dari buta huruf. Selain memberantas buta huruf, ia juga aktif menyampung aspirasi Orang Laut di pulau-pulau untuk disampaikan ke pemerintah daerah dan pengambil kebijakan lainnya. “Kita bekerja ikhlas. Ada saja jalan, banyak yang membantu. Kami banyak dibantu penyediaan buku-buku dan peralatan belajar. Tak hanya dari Kepri, tapi juga ada dari Riau,”sebut wanita yang akrab dipanggil Bunda Uci oleh anak-anak Orang Laut.

Dekat dengan Orang Laut, katanya rasanya sangat membahagiakan. Hidup dengan kesederhanaan dan orang-orangnya polos. Mereka begitu menghargai dan menghormati setiap kali datang. Hatinya terenyuh melihat anak-anak Orang Laut yang minatnya untuk pandai membaca dan menulis sangat tinggi. “Bahagia rasanya berada di tengah mereka. Anak-anak yang polos dan belum tahu apa-apa. Mereka banyak bertanya. Bunda ini apa. Bunda kapan datang lagi ke sini,”ujarnya bercerita.

Selain buta huruf, masalah lain yang membelit masyarakat Suku Laut adalah administrasi kependudukan. Kebanyakan mereka belum memiliki kartu tanda penduduk, kartu keluarga, apalagi akta kelahiran. Kondisi ini menyulitkan mereka dalam pengurusan administrasi pemerintahan, termasuk juga menikmati fasilitas pelayanan umum, seperti rumah sakit, berobat dan sebagainya. Tak hanya itu, Orang Laut juga belum mencatat pernikahannya secara resmi yang dibuktikan dengan adanya surat nikah. Sebagai solusi masalah ini, Densy pun tahap awalnya sibuk melakukan pendataan. Pendataan warga yang belum memilikim akta kelahiran dan ingin menikah lagi secara resmi melalui program nikah massal.
Kiprahnya dalam membina Orang Laut mendapat apresiasi dari Pemkab Lingga. Densy menerima piagam penghargaan dari Bupati Lingga, Alias Wello atas dedikasinya dalam memberantas buta huruf pada masyarakat Orang Laut di Senayang, khususnya di Selat Kongky dan sekitarnya. Penyerahan piagam penghargaan dilakukan pada momen Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2016 di Senayang.

Alias Wello menilai sosok Densy Diaz sangat menginspirasi. Ditengah keterbatasan keuangan daerah, Densy tetap bersemangat dalam mengajar anak-anak Orang Laut. Masyarakat Lingga diminta bisa terinspirasi dari pengabdian Densy. Meski bukan orang asli Lingga, namun mengabdi pada masyarakat Suku Laut yang jarang disentuh aktivis pendidikan yang lain. (dedi arman).