Radio Phillips, Radio Legendaris Masa Lalu

0
3199

Philips telah hadir di Indonesia sejak tahun.1895, pada masa Kolonial Belanda. Kegiatan pertama perdagangan di Indonesia adalah lampu. Pada tahun 1940 didirikan pabrik lampu di Surabaya dengan nama NV Philips Fabricage en Handels Maatschappij. Pada tahun 1948 pabrik untuk sarana Telekomunikasi didirikan di Bandung dan pada tahun 1951 sarana penerima radio ditambahkan ke pabrik di Surabaya, yang kemudian dipindahkan ke Bandung.

Radio pada masa penjajahan merupakan alat yang sangat vital untuk mengumumkan suatu kebijakan atau pengumuman untuk tujuan tertentu. Pada masa itu hanya segelintir orang yang memiliki sebuah radio, sehingga pada saat itu radio merupakan suatu barang yang mewah. Orang-orang akan berkerumun hanya untuk mendengarkan siaran radio. Pada saat proklamasi dikumandangkan peran dari radio sangat vital karena proklamasi disiarkan biar seluruh rakyat Indonesia dan dunia mendengar bahwa tanggal 17 Agustus 1945 telah lahir Republik Indonesia. Radio merupakan alat propaganda yang efektif pada zaman itu. Delapan puluh tahun kemudian, radio masih tetap dikonsumsi masyarakat. Namun, jumlah pendengarnya semakin menurun saja saat ini. Sebabnya, budaya masyarakat dalam mengakses informasi berubah. Seiring perkembangan zaman radio mulai beralih fungsi yang dulunya sebagai alat hiburan dan propaganda berubah menjadi Aksesoris/hiasan Rumah atau Rumah Makan konsep klasik.

Pada zaman kemerdekaan banyak sekali merk-merk radio yang beredar di Indonesia diantaranya adalah : Philips, Erres, Grundig, Telefunken, Galindra, Ralin, Maphira dll. Radio radio itulah sebagai saksi sejarah akan berdirinya Republik ini sehingga saya pribadi sebagai pecinta barang antik/radio antik menghimbau untuk tidak menjual barang-barang antik terutama Radio antik keluar negeri agar penanda berdirinya republik ini tidak musnah dari Negara tercinta ini.
Pada tahun 1968 didrikan perusahaan patungan dengan pemerintah Indonesia
dengan nama Phillips Ralin Electronics. Merk Philips sudah begitu melekat di kepala orang Indonesia, terutama di era tahun 1950-70an, saat kejayaan brand Philips
sebagai produsen elektronik belum tergoyahkan oleh industri Jepang.
Untuk mengetahui tahun pembuatan radio Philips adalah sebagai berikut : Kode radio tabung merk Philips menggunakan 6 hingga 7 digit kode sebagai identifikasi produknya. Penomoran tersebut dimanfaatkan selama 20 tahun, sejak 1946 hingga 1966 :
— Dekade 1946-1956, urutan nomor diawali oleh 2 huruf (misal BX, BD, BF)
— Dekade 1956-1966 dengan huruf dan angka (misal B4, B6, L4).

Selepas tahun 1966, Philips pun mengubah sistem penomoran produknya, yakni dengan kode AL, RL. Semisal 90 RL 490, 16 AL 360 / 00R, dan lain-lain.
Metode Penomoran pada Periode : 1946-1956
– Kode pertama berupa Huruf merupakan kode untuk Jenis/Tipe
– Kode kedua berupa Huruf merupakan kode untuk Lokasi Perakitan
– Kode ketiga berupa Angka merupakan kode untuk Kelas Harga
– Kode keempat berupa Angka merupakan kode untuk Tahun
– Kode kelima berupa Angka merupakan akhiran
– Kode keenam Catu Daya.

Metode Penomoran pada Periode : 1956-1966
– Kode pertama berupa Huruf merupakan kode untuk Jenis/Tipe
– Kode kedua berupa Angka merupakan kode untuk Kelas Harga
– Kode ketiga berupa Huruf merupakan kode untuk Lokasi Perakitan
– Kode keempat berupa Angka-Angka merupakan kode untuk Tahun
– Kode kelima berupa Angka merupakan kode untuk Catu Daya
– Akhiran.

Berikut maksud dari masing-masing kode tersebut.
1. Urutan pertama : jenis produk
A :Tuner
F : Console
B : Tabletop
N : Radio Mobil
H : Radio dengan Pickup
L : Portabel
P : Portabel / Radio Mobil
T : Televisi

2. Urutan kedua : Kelas harga
Menunjukkan kelas dan harga. Semakin kecil angka nomornya, berarti makin murah dan rendah kelasnya, sebaliknya semakin besar berarti semakin mahal. Kelas juga menunjukkan fasilitas yang menyertainya, misalnya untuk angka 0 (nol) adalah paling murah dan sederhana, tanpa disertai fasilitas apapun. Angka 6 dapat dipergunakan sebagai amplifier. Angka 9 termahal sekaligus memiliki beberapa fasilitas seperti tape recorder dan signal scope.
3. Urutan ketiga : Lokasi perakitan
X : Belanda / Belgia
A: Austria
D: Jerman
S: Swedia
DK: Denmark
E: Spanyol
F : Perancis
SF: Finlandia
G: Inggris Raya
I: Italia
N: Norwegia
W: Amerika Serikat

Pada masa jayanya, Philips memiliki banyak pabrik perakitan elektronik di berbagai negara, hingga dimunculkanlah kode-kode tertentu untuk membedakan asal pabrik perakitan. Yang paling umum adalah kode X, yang merupakan produksi Belanda (juga Belgia). Pasangan huruf dan nomor juga bisa berarti lokasi perakitan, misalnya E-nomor berasal dari Eindhoven, PL-nomor dari Philips Leuven. Radio dengan kode IN adalah rakitan pabrik Philips di Indonesia.
4. Urutan keempat : tahun pembuatan dan serial
Urutan keempat dan kelima merupakan pasangan nomor dari 00 hingga 99. Angka pertama memperlihatkan tahun pembuatan, sementara angka belakangnya sebagai pembeda dua radio yang memiliki karakteristik sama atau mungkin dibuat pada tahun yang sama.