Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri menggelar acara halal bihalal Idul Fitri 1440 H di Aula Kantor BPNB Kepri, Selasa (18/6) kemarin. Bertindak sebagai penceramahan Ustad Rizaldi Siregar.
Kepala BPNB Kepri, Toto Sucipto menyebutkan, halal bihalal digelar dalam rangka silaturahmi para pegawai beserta anggota keluarga usai lebaran. “Ada beberapa pegawai yang cuti dan mudik saat lebaran. Jadi tak bisa bersilaturahmi saat lebaran. Momen ini pas untuk bersilaturami sesama keluarga besar BPNB Kepri,”kata Toto.
Kata Toto, bulan puasa dilanjutkan lebaran, momen yang pas untuk bermaaf-maafan. Meminta maaf, katanya sudah biasa tapi memberi maaf itu yang harus dibiasakan. “Jangan mendendam. Memaafkan orang lain, itu sesuatu yang luar biasa,”ujarnya.
Sementara, Ustad Rizaldi Siregar dalam ceramahnya menjelaskan makna halal bihalal yang merupakan budaya asli Indonesia. “Ini tak ada di Arab. Ini bukan tradisi Arab. Tapi tradisi Indonesia. Orang saja yang cenderung mengkaitkan dengan Arab,”kata Rizaldi.
Istilah halal bihalal ternyata hanya ada di Indonesia. Istilah ini bahkan sampai dikaji oleh para pakar dan ulama mengenai maknanya karena sesungguhnya istilah ini tidak ditemukan dalam Al-Quran dan Hadis. Istilah ini ternyata memiliki kisah sejarah yang menarik. Mulanya istilah ini disebutkan oleh KH Abdul Wahab Chasbullah yang merupakan salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama. Istilah halal bihalal berangkat dari kalimat ‘thalabu halal bi thariqin halal’ yang artinya mencari penyelesaian masalah atau mencari keharmonisan hubungan dengan cara mengampuni kesalahan. **