Tradisi doa arwah ataupun haul jamak masih menjadi ritual yang tak pernah ditinggalkan orang Melayu Lingga. Haul jamak kembali digelar tahun 2019 ini, menjelang satu bulan memasuki bulan suci Ramadhan 1440 H.
Pemerintah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, menggelar haul jamak, Rabu (10/4/) pagi, di Replika Istana Damnah, Daik Lingga.
Melalui Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga, agenda ritual tahunan yang berlangsung sudah menjadi tradisi masyarakat Melayu, khususnya di Lingga. Prosesinya dimulai doa bersama dengan memanjatkan doa untuk para pahlawan, orang tua, dan pendahulu.
Selain itu, tujuan Haul Jamak sebagai sarana mempererat silaturahim antar semua elemen di pemerintahan kabupaten Lingga.
Kadis Kebudayaan Lingga yang juga Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Lingga, Datok Muhammad Ishak menyampaikan menyebutan, Bupati Lingga selama ini sangat perhatian pada bidang kebudayaan. Semakin banyak karya budaya yang ditetapkan menjadi warisan tak benda nasional. “Alhamdulillah, kita bersyukur tepuk tepung tawar sudah diakui sebagai warisan tak benda oleh Kemdikbud,” kata Ishak.
Dalam pelaksaannya, kata Ishak, tepuk tepung tawar haruslah diketahui maknanya, agar tidak asal-asalan, sehingga maksud dan tujuan dilakukan hal tersebut bisa dipahami. Dalam kegiatan itu, Bupati Lingga Alias Wello berhalangan hadir. Acara dibuka Asisten III, Siswandi. Dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri, Zulkifli Harto yang mewakili pimpinan.
Siswandi pada kesempatan yang sama menyebutkan, haul jamak merupakan tradisi yang sudah ada sejak dulu dan tradisi melayu yang harus dilestarikan keberadaannya. Proses acara kegiatan kemudian dilanjutkan dengan tausiah oleh Ketua MUI Kabupaten Lingga Ustad Badiul Hasani, diakhiri santap bersama.
elain membaca doa bersama, yang lebih menarik dalam Doa Arwah adalah juadah atau hidangan yang telah disediakan oleh masyarakat secara sukarela. Usai doa dipanjatkan, hidangan menjadi jamuan bagi siapa saja yang datang. Seperti acara syukuran, saling berbagi dan melengkapi antara yang satu dengan yang lain.
Hidangan melayu cukup khas. Tidak ada yang tinggi dan rendah. Siapapun dia, apapun kedudukannya semua sama rata dan sama rasa. Duduk bersila dengan juadah yang tersedia. Biasanya satu rumah menyediakan satu hidangan untuk diantar ke masjid dan surau dilingkungan masing-masing. Lengkap dengan nasi, ayam masak lemak, ikan gulai pedas, sayur, air putih dan manis serta buah-buahan pencuci mulut. Hidangan, adalah ungkapan terimakasih kepada tetamu yang sudah datang dari jauh dan ikut serta memberi doa.**