Pusat Arkeologi Nasional, Kemdikbud meneliti sejarah peradaban Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri. Puslitnas belum memastikan asal pasti penduduk Asli di pulau Natuna. Namun dari penemuan-penemuan cagar budaya di Natuna masih menghubungkan peradaban Asia Tenggara.
Ketua Tim Peneliti Puslitnas, Sonny C. Wibisono menyebutkan,terjadi kerusakan cagar budaya akibat penjarahan yang menyebabkan sepenggal sejarah hilang. Namun dari sisa-sisa peradaban yang masih ditemukan di Natuna, ada yang diperkirakan jejak 5 ribu tahun. Dikatakan Sonny, tim peneliti juga membuat kajian terhadap cerita-cerita masyarakat, untuk memastikan cerita tersebut fiksi atau nyata. Seperti cerita Batu Sindu. Di lokasi tim menemukan bekas adanya peradaban manusia, yang usia sangat tua. “Kami belum menemukan sisa arang di lokasi Batu Sindu, arang itu bisa diteliti kalender mundurnya. Namun sisa-sisa alat-alat yang digunakan masih ditemukan, seperti beliung yang bisa usianya sudah 5 ribu tahun lalu,”kata Sonny.
Selain adanya sisa-sisa perabadan kuno sambungnya, sisa-sisa keramik dan peti mati dari kayu juga ditemukan di Desa Cemaga dan Sepempang. Peti mati tersebut bentuknya sama, seperti yang ditemukan di Malaysia maupun di Vietnam. Di Natuna ada yang ditemukan bersama keramik diabad ke-15 atau pada masa dinasti Yuan. “Artinya di pulau Natuna, abad ke-10 sudah ada peradaan, selain adanya sisa beliung dari masa yang lebih tua. Dari serangkaian temuan-temuan ini, kami belum memastikan asal penduduk di pulau Natuna. Karena ada penggalan temuan yang hilang, dan kami masih memproses DNA dari kerangka yang ditemukan,” sebut Sony.
Dikatakan Sony, peradaban masyarakat di Natuna diharapkan menjadi bahan pendidikan oleh guru-guru di sekolah, agar sejarah Natuna tidak terlupakan oleh generasi mendatang. Dan Natuna adalah bagian dari destinasi pariwisata yang sangat menarik. “Kalau di Dinas Pariwisata itu brandingnya laut, tapi kalau menurut kami, branding Natuna cocoknya keramik, dan itu punya nilai wisata yang tidak ternilai,” ujarnya.
Puslitnas Kemdikbud juga mengembangkan rumah peradaban di Natuna. Rumah peradaban dengan tagline mengungkap, memaknai, mencintai kebudayaan Indonesia melalui peninggalan arkeologi. Program Rumah Peradaban merupakan salah satu cara yang dianggap tepat untuk mengabadkan masyarakat masa kini tentang masa lalu, serta sebagai pembelajaran masa lalu untuk masa kini. Program tersebut merupakan sebagai wujud peradaban, baik material, tekstual, dan foto-foto dalam bentuk buku, banner dan leaflet.
Rumah Peradaban Arkeologi Natuna sangat penting untuk dijadikan aktivitas dan budaya masa lampau Natuna, seperti barang-barang tinggalan masa lampau baik di darat maupun laut dan beberapa milik masyarakat. Manfaat dari Rumah Peradaban Arkeologi Natuna, salah satunya mendapatkan informasi tentang budaya masa lampau yang akurat dan teruji karena hasil dari penilitian. Sebagai koridor maritim di tengah Laut Natuna Utara, Natuna dapat dipastikan memiliki peran yang sangat strategis pada masa lampau hingga sekarang, dalam kaitannya sebagai pulau terdepan dan yang dilalui oleh jalur pelayaran dan perdagangan global.**