Lazuardy Berburu Naskah Kuno Melayu

0
511
Lazuardy

Lazuardy, peminat sejarah dan budaya Lingga berusaha menggali potensi kesejarahan dan budaya di Kabupaten Lingga. Ia terus berburu kitab-kitab tulisan Melayu. Temuan terbarunya didapatkan 147 kitab.

Ia mengaku bersemangat menggali khazanah budaya Melayu yang masih tersimpan dan belum banyak digali. Menurut Lazuardy, saat ini ia berhasil mengumpulkan kitab-kitab tulisan Melayu. “Alhamdulillah kita berhasil mencari dan menemukan kitab lama. Sebanyak 147 kitab dengan berbagai macam bidang bahasan dan kajiannya didapatkan. Saya bawa ke Museum Lingga Cahaya Daik,”kata Lazuardy mengutip lamlinggakab.org, kemarin.

Kata Lazuardy, kitab yang didapat semuanya tulisan Arab Melayu dengan tahun terbit yang bervariasi. Mulai tahun 1900-an. Membahas tentang adab sopan santun, pergaulan, agama serta dijumpai kitab kamus Melayu lama. “Nanti akan kita rapikan dan perbaiki naskah yang sudah mulai rusak,”ujarnya.

Dikatakannya lagi, setelah kitab-kitab ini terkumpul akan dibahas dan dikaji. “Karya luar biasa ini patut kita jaga dan rawat. Nantinya bisa dijadikan bahan dan literatur penelitian. Perlu juga disampaikan untuk bahan ajar anak cucu kita kedepan,”sebutnya.

Lazuardy sendiri hari-hari bekerja sebagai staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lingga. Ia tak memiliki latar belakang pendidikan (akademis) bidang sejarah atau budaya. Namun, kemampuannya tak diragukan. Sosoknya menjadi “kamus berjalan” sejarah dan budaya Lingga. Ia sangat familiar bagi peneliti yang melakukan kajian sejarah dan budaya di Kabupaten Lingga. Tanya saja pada peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri, Balai Pelestarian Cagar Budaya Batusangkar, Balai Arkeologi Medan, Kantor Bahasa Kepri atau pun peneliti dari LIPI yang pernah ke Lingga, pasti kenal dan akrab dengan sosok Lazuardy. Lazuardi juga banyak berteman peneliti dari perguruan tinggi, seperti Universitas Indonesia dan UMRAH. Ia menjadi pendamping setia dalam penelitian. Lazuardi bisa jadi informan yang baik. Ia juga bisa menjadi kawan berjalan yang tangguh dalam mendapatkan data-data penelitian. Tak heran, Lazuardi banyak dipakai oleh para peneliti untuk membantu dalam penelitian di Lingga.

Meski tak punya pendidikan akademis kesejarahan dan budaya, ia fasih berbicara tentang Kerajaan Riau Lingga, aset-aset budaya Lingga, termasuk bercerita tentang naskah kuno. Ia juga bersemangat berkisah tentang kesenian yang ada di Lingga yang hampir punah. Lazuardi juga lincah bercerita tentang tudung manto, bangsawan, nobat, silat syekh atau pun aset kesenian Lingga yang lain. Penguasaannya terhadap kesejarahan dan budaya Lingga juga sampai ke telinga peneliti asing. Banyak peneliti asing dari Australia, Jepang, Singapura, termasuk dari Hawaii yang datang ke Lingga mencarinya.**