Bahas Goro di Kerinci dan Sejarah Bendungan Pice

0
569
Peneliti Muda BPNB Kepri, Novendra menyampaikan makalah

Dua peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri tampil dalam Seminar Hasil Penelitian
BPNB se-Indonesia di Hotel Pesona, Yogyakarta, 17-18 Juli. Novendra menyampaikan materi tentang Sistem Gotong Royong Dalam Mengerjakan Sawah Pada Masyarakat Kerinci, sedangkan Sasangka Adi Nugraha mengangkat tema Sejarah Bendungan Pice di Belitung Timur.

Sasangka Adi Nugraha yang statusnya peneliti pertama BPNB Kepri tampil perdana. Ia mengambarkan kegemilangan pertambangan timah di Belitung Timur pada masa lampau yang ditunjukkan dengan keberadaan Bendungan Pice. Cagar budaya ini menjadi salah satu peninggalan Belanda di Gantong, Belitung Timur. Bendungan yang dibangun sejak tahun 1934 hingga 1936 ini pada awalnya berfungsi untuk mengatur rendah-tingginya permukaan air. Hal ini diperlukan untuk mempermudah sistem kerja kapal keruk melakukan eksplorasi di sekitar kawasan ini.

Sasangka Adi Nugraha (tengah)

Ada dua versi berbeda mengenai nama Bendungan ini. Ada versi yang menyebutkan nama Bendungan Pice berasal dari bahasa cina yang menyebutkan nama Phice yang artinya pintu air, sehingga masyarakat Belitung menamai Bendungan ini dengan sebutan Pice. Sedangkan versi lain menyebutkan nama Pice itu berasal dari nama arsitek yang membuat Bendungan ini yaitu Sir Vance, pada saat itu masyarakat sekitar kurang begitu bisa mengeja kalimat “Vance” sehingga masyarakat hanya bisa menyebut objek wisata Bendungan Pice Belitung Timur ini dengan sebutan “Pice .

Berbeda dengan Sasangka yang mengangkat tema sejarah, Peneliti Muda BPNB Kepri, Novendra mengangkat tema budaya. Gotong royong mengerjakan sawah di Kerinci ada yang menyebut dengan istilah serayo atau nyanyo. Ada juga yang menyebut dengan istilah baselang atau berselang. Serayo lebih dekat bahasa Minang, sedangkan baselang pengucapan dalam Bahasa Melayu.

Sistem goro dalam mengerjakan sawah di Kerinci diawali dengan aktivitas serayo atau baselang dan mengundang kerabat atau tetangga melakukan goro bersama. Selain meringankan beban kerja, goro dapat memupuk silaturahim dan semangat menolong sesama. **