Tradisi Lampu Cangkok Bintan “Dipasarkan”

0
1446
Tradisi Lampu Colok di Bintan

Ratusan obor api mengular sepanjang jalan di perkampungan Pulau Air Glubi Kecamatan Bintan Pesisir, Selasa (6/6). Masyarakat serta para pejabat Bintan tumpah ruah, meramaikan malam belasan Ramadan. Kemeriahan malam obor menyambut malam belasan Ramadan ini dimeriahkan host My Trip My Adventure (MTMA) salah satu stasiun televisi, Richard Kyle dan Rikas Harsa. Acara yang mengeksplore keindahan nusantara itu, sengaja memilih Desa Air Glubi sebagai lokasi syuting karena keindahan alam serta suasana pemukiman warga yang masih asri.
“Tradisi arak-arak obor api/lampu cangkok menambah kemeriahan Ramadan di Bintan, sumpah keren banget. Gue sama Rikas sempat keliling juga tadi pakai obor sama Pak Bupati,”kata Richard.

Kedatangan kru MTMA ke Bintan sudah kedua kalinya. Sebelumnya mereka juga pernah syuting di beberapa kawasan pantai seperti di Lagoi, Senggiling serta Trikora. Namun syuting kali ini sengaja mengambil suasana perkampungan karena untuk edisi Idul Fitri 1438H yang rencananya tayang akhir pekan jelang lebaran nanti.

Bupati Bintan Apri Sujadi mengatakan, suasana Ramadan di perkampungan memanglah sangat berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia. Apalagi Bintan merupakan daerah yang kental budaya Melayu, sehingga banyak tradisi setiap Ramadan yang tak dimiliki daerah lain. Puncaknya ketika malam 27 Ramadan sempena menyambut malam Lailatul Qadar hingga perayaan Idul Fitri.

“Pemasangan lampu cangkok jadi tradisi dan kultur masyarakat Melayu di Bintan. Kami sebagai pemerintah daerah senantiasa mendukung dan melestarikan budaya lampu cangkok sebagai bagian dari jati diri masyarakat Melayu,” kata Apri.

Kemeriahan tradisi Lampu Cangkok di Kabupaten Bintan tentu tidak sama dengan daerah Lingga, masing-masing memiliki keunikan tersendiri yang harus dipertahankan dan dikelola dengan baik guna melestarikan tradisi tersebut. Istilah lampu cangkok sebenarnya adalah nama yang diberikan pada lampu atau istilah lainnya adalah pelita. Bentuk fisik lampu cangkok adalah lampu yang dibuat secara tradisional dari berbagai bahan seperti kaleng atau botol, bambu, sumbu, dan bahan bakar minyak tanah.
Lampu cangkok yang telah dibuat ditempatkan disepanjang jalan desa hingga di depan masjid tujuannya adalah untuk memberi penerangan bagi siapa saja yang ingin beribadah hingga larut malam pada bulan suci Ramadhan. Di rumah-rumah penduduk lampu cangkok akan ditempatkan di pekarangan rumah dan depan rumah dengan berbagai variasinya. Biasanya bagi keluarga yang mampu akan membuat lampu cangkok dengan berbagai variasi menghiasi rumahnya, misalnya dengan motif bintan, bulan, dan sebagainya. Pembuatan motif tersebut biasanya dibuat dari bahan kain, bambu, dan benang yang dibuat sedemikian rupa hingga terlihat menarik.

Pemkab Bintan mulai tahun 2016 lalu mencoba menghidupkan kembali Tradisi Lampu Cangkok yang saat ini sudah mulai redup menghiasi kehidupan masyarakatnya, sehingga perlu di gali dan dilestarikan kembali. Hal itu, bukan saja bermaksud menghidupkan tradisi budaya yang sudah mulai punah tetapi menyimpan berbagai hal positif yang bermanfaat khususnya dalam memberikan semangat kepada generasi muda untuk dapat memahami mengetahui akar budaya yang dimiliki masyarakat Melayu.**