Seminar Bedah Proposal Penelitian 2018

0
1263

Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kalimantan Barat merupakan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan wilayah kerja satu pulau kalimantan, terdiri dari 5 provinsi. Salah satu tugas pokok BPNB adalah melakukan penelitian di bidang sejarah dan budaya.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala BPNB Kalbar Dra. Hendraswati dalam laporan Kegiatan Bedah Proposal yang bertempat di Hotel Sentosa, Singkawang, Kalimantan Barat pada Minggu (18/2/2018).

Hendraswati juga menambahkan bahwa kegiatan Bedah Proposal tahun ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan tahunan, di mana setiap awal tahun dilaksanakan seminar proposal dan seminar hasil penelitian pada bulan Oktober atau akhir tahunnya.

Plh. Sekda Kota Singkawang sedang memberikan sambutan

Tema seminar bedah proposal kali ini bertemakan “Eksplorasi Kekayaan Sejarah dan Bedaya Kalimantan”. Yaitu penggalian nilai-nilai sejarah dan budaya yang ada di seluruh Kalimantan, meliputi Kalimantan Barat, Kalimantan, Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara,”Jelasnya.

Adapun kegiatan perdana tahun 2018 dan diawali dengan sajian tarian Multi Etnis ini dibuka secara resmi oleh Walikota Singkawang yang diwakili oleh Plh. Sekretaris Daerah Bujang Syukri. Pada sambutan yang dibacakan oleh Plh. Sekda, bahwa pemerintah daerah kota Singkawang sangat mengapresiasi kegiatan ini. Dengan adanya kegiatan ini pemerintah kota Singkawang berharap dapat mengenalkan dan menyebarkan informasi tentang keberadaan kota Singkawang yang telah menginjak usia 17 tahun ini. Di mana kota Singkawang mayoritas masyarakatnya adalah Tionghoa, yaitu sebesar 43 persen, sedangkan sisanya adalah Dayak, Melayu, Jawa, dan lainnya,”papar Bujang.

Tarian Multi Etnis dari Sanggar Simpur Singkawang

Kegiatan Seminar Bedah Proposal yang berlangsung selama 4 hari (18-21 Februari) tersebut mengundang dua narasumber ahli bidang sejarah dan budaya. Namun karena alasan suatu hal dari narasumber budaya, maka yang hadir hanya narasumber sejarah saja, yaitu Prof. Dr. Erwiza Erman dari LIPI. Maka untuk menyiasatinya narasumber sejarah tersebut akan menguji dua bidang kajian sejarah dan budaya. Hal ini juga mempertimbangkan rekam jejak Prof Erwiza yang juga berpengalaman dalam penelitian-penelitian sosial budaya.

Sesi presentasi desain riset dari peneliti BPNB Kalbar

Peserta yang hadir pada kegiatan ini yaitu dari kalangan mahasiswa, pemerhati sejarah dan budaya, dosen, seniman, dan pihak terkait yang konsern terhadap sejarah dan kebudayaan di Kalimantan. Para peserta diharapkan dapat memberikan masukan dan kritik yang membangun dari 9 draf proposal/desain riset yang dipresentasikan, yang terdiri dari 4 desain riset bidang budaya, 4 desain riset bidang sejarah, dan 1 desain riset kajian naskah kuno.

Pada pelaksanaannya terdapat banyak masukan dari para peserta terhadap desain riset yang dipresentasikan. Rata-rata peserta memberikan masukan mengenai metodologi dan perumusan masalah dalam desain riset tersebut. Bagaimana perumusan masalah harus spesifik dengan cara menemukan terlebih dahulu ‘state of the arts’ atau fokus ter-update dari penelitian-penelitian terbaru. Baru kemudian digunakan metodologi yang tepat dan sesuai dengan konteks tema penelitian,’ujar salah satu peserta dari kalangan dosen.

Narasumber Prof. Dr. Erwiza Erman dari LIPI sedang menyampaikan materi

Lebih lanjut, dalam sesi tanggapan dari narasumber, Prof Erwiza memberikan tanggapan yang tidak berbeda jauh dengan masukan para peserta namun lebih mendalam. Bahwa sebelum kita menyusun desain riset (research design) maka harus mengeksplorasi referensi-referensi yang ada dan berkesesuaian dengan isu terbaru dengan tema penelitian yang akan dilakukan. Artinya dengan begitu kita dapat shopping idea, yaitu mengakomodir isu-isu yang masih hangat saat ini. Baru kemudian menindaklanjuti dengan berbagai pendekatan multidisipliner atau interdisipliner. Sehingga akan menghasilkan hasil penelitian yang bulat dan tidak terpisah-pisah,”ujarnya.