Robo’-Robo’ : Adat dan Tradisi yang Tetap Terpelihara oleh Masyarakat Pendukungnya

0
4977

Robo’-Robo’ merupakan adat dan tradisi yang telah dilakukan masyarakat Bugis di Mempawah sejak dulu dan masih bertahan hingga saat ini. Tradisi ini bertujuan untuk memohon ampun dan pertolongan kepada Allah SWT agar seluruh masyarakat terhindar dari bala bencana yang diturunkan pada setiap bulan Syafar.

Perayaan budaya robo’-robo’ merupakan agenda tahunan Pemerintah Kabupaten Mempawah bekerjasama dengan  kerabat Keraton Amantubillah. Kegiatan yang diselenggarakan sekali setiap tahun dalam kalender Islam, yaitu setiap hari Rabu terakhir bulan Syafar ini untuk mengenang kembali napak tilas kedatangan Raja Mempawah Pertama Opu Daeng Menambon beserta istri dan pengikutnya yang datang di Mempawah dari Sulawesi ke Kerajaan Matan Ketapang memasuki Sungai Kuala Mempawah.

Puncak kegiatan robo’-robo’ tahun ini diselenggarakan pada Rabu, 7 November 2018 bertempat di Pelabuhan Kuala Secapah Mempawah. Rangkaian acara dimulai dengan makan Syafar, dilanjutkan dengan melakukan ritual buang-buang ke laut, bertempat di Muara Kuala Secapah Mempawah yang dipimpin langsung oleh Raja Mempawah XIII, Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim.

Sambutan Wakil Gubernur Kalbar pada perayaan robo’-robo’

Setelah selesai memimpin ritual buang-buang, raja beserta permaisuri dan laskar serumpun Opu Daeng Menambon menuju ke lokasi acara dan  disambut oleh beberapa tamu undangan yang hadir diantaranya Wakil Gubernur Kalbar, Plt Bupati Mempawah beserta Muspida dan pejabat SKPD Pemprov Kalbar dan Pemkab Mempawah, dan para undangan lainnya. Pada kesempatan ini, sebagai pembuka ceremony dari kegiatan ritual robo’-robo’ 2018 ditandai dengan pemukulan tar oleh Wakil Gubernur Kalbar, Raja Mempawah dan Plt Bupati Mempawah.

Makan saprahan atau makan bersama-sama dengan anggota keraton, tamu undangan dan masyarakat

Dalam waktu yang bersamaan,  acara  robo’-robo’ ini juga dilaksanakan acara tepung tawar, penganugerahan gelar kekerabatan Kerajaan Mempawah dan pengukuhan pengurus Idi Fada Idi (IFI). Tepung tawar ini dilakukan kepada kapal-kapal nelayan. Tidak lupa pula para undangan dihibur dengan atraksi budaya dan makan bersama. Prosesi makan siang ini menggunakan tradisi saprahan atau makan bersama dengan para undangan dan masyarakat sekitar di Pelabuhan Kuala Secapah.