Siapa Terbaik dalam Ajang Festival Multikultur Tari Tradisional dan Kreasi antar BPNB se-Indonesia?

0
1390

 

Tarian khas Bali yang apik dibawakan oleh beberapa gadis dan laki-laki dengan kostum dominan kuning dan membawa properti kipas—seperti gunungan dalam wayang kuit—berwarna keemasan serempak mengisi area panggung berukuran 8×10 meter.  Perpaduan gerakan penari dengan dan alunan musik gamelan Bali yang agresif seketika merubah suasana lokasi  seolah-olah berada di Bali. Mereka berputar beriringan dan kemudian berdiri berjajar dengan masih menari, bola mata melirik ke kanan dan ke kiri semakin menguatkan ciri khas tarian yang di kenal dengan Tari Dalem Balingkang tersebut.

Demikian penampilan peserta pertama dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bali pada Kegiatan Festival Multikultur Tari Kreasi yang diadakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat, bertempat di Area Rumah Radakng, Pontianak Kalimantan Barat (Jumat/12 – 13 Mei 2017). Ajang perlombaan tari kreasi tradisional ini melibatkan 11 peserta yang mewakili seluruh Balai Pelestarian Nilai Budaya se-Indonesia. Tiap BPNB membawakan tari kreasi tradisional yang merupakan tari tradisional dari wilayah kerja masing-masing.

BPNB Bali menampilkan Tari Kreasi Dalem Balingkang dan Tari Tradisional Legong Keraton. Pada urutan kedua adalah penampilan dari BPNB Kepulauan Riau yang menampilkan Tari Kreasi Hilang Kwayang dan Tari Tradisional Zapin Bengkalis. Urutan ketiga dari BPNB Yogyakarta yang menyajikan Tari Kreasi Kembang Kedhokan dan Tari Tradisional Keter Gandrung Paju (tari tradisional Banyuwangi). Urutan keempat disusul penampilan dari BPNB Kalimantan Barat yang menyajikan Tari Kreasi Tampun Juah dan Tari Tradisional dalam Upacara Adat Balian. Selanjutnya penampilan kelima dari BPNB Sulawesi Selatan. Tarian yang dibawakan adalah Tari Kreasi Toraya dan Tari Tradisional Pakarena. Urutan keenam dari BPNB Jawa Barat yang menampilkan Tari Kreasi Ciung Wanara dan Tari Tradisional Ronggeng Blantek. Pada urutan ketujuh dari BPNB Aceh dengan membawakan Tari Kreasi Syukran dan Tari Tradisional Meusare-saree. Urutan kedelapan dari BPNB Sumatera Barat yang membawakan Tari Kreasi Manjapuik Nan Hilang dan Tari Tradisional Tapuak Randai Balega. Disusul pada urutan kesembilan dari BPNB Maluku dengan menampilkan Tari Kreasi Amanissa dan Tari Tradisional Bulu Gila. Pada urutan kesepuluh dari BPNB Papua dengan menampilkan Tari Kreasi Ani Rey (tari pesta panen) dan Tari Tradisional Pangkur Sagu. Sedang di urutan terakhir dari BPNB Sulawesi Utara yang membawakan Tari Kreasi Matabba dan Tari Tradisional Tetengkoren.

Pelaksanaan Festival Tari Multikutur tersebut terbagi dalam dua sesi. Pada sesi pertama (Hari pertama), merupakan pementasan tari kreasi yang diperlombakan oleh 11 peserta dari BPNB se-Indonesia tersebut. Sedangkan untuk sesi kedua (hari kedua), merupakan pementasan tari tradisional/klasik tanpa ada penilaian. Adapun juri yang bertugas untuk menentukan penampil terbaik, mulai dari penampil terbaik 1 s/d penampil terbaik 6, adalah tiga orang juri yang kompeten di bidang Tari yang berasal dari Kalimantan Barat. Para juri tersebut adalah; 1) Ismunandar (praktisi tari sekaligus pengajar di FKIP Seni Musik dan Tari Universitas Tanjungpura, Pontianak); 2) Kusmindari (praktisi tari dari Museum Negeri Pontianak); dan 3) Ricky Silalahi (Praktisi tari dari Disbudparpora Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat).

Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud tersebut menyaring enam besar penampil tari kreasi terbaik, antara lain; penampil terbaik 1 dari BPNB Kalimantan Barat, penampil terbaik 2 dari BPNB Bali, penampil terbaik 3 BPNB Aceh, penampil terbaik harapan 1 BPNB Papua, penampil terbaik harapan 2 BPNB Sumatera Barat, dan penampil terbaik harapan 3 BPNB Maluku. Selain itu juga dinobatkan sebagai penata tari terbaik berasal dari BPNB Balimantan Barat dan penata rias dan busana terbaik berasal dari BPNB Papua.

Kegiatan Festival Multikultur ini merupakan kegiatan dengan skala nasional yang pertama kali dilaksanakan, di mana pada kesempatan ini dilaksanakan di Pontianak (BPNB Kalimantan Barat sebagai tuan rumahnya). Mengutip pernyataan Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud, Nono Adya Supriyanto, bahwa kegiatan seperti ini diharapkan akan berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-undang tentang kebudayaan mengenai kemajuan dan pelestarian kebudayaan Bangsa Indonesia.