Sawen, Penolak Bala pada Masyarakat Kampung Banceuy

You are currently viewing Sawen, Penolak Bala pada Masyarakat Kampung Banceuy
Sawen
Sumber foto: BPNB Jabar

Sawen, Penolak Bala pada Masyarakat Kampung Banceuy

Sistem religi masyarakat Kampung Banceuy, Desa Sanca, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat dibangun oleh dua hal. Yang pertama adalah agama yang dianut oleh mereka, yakni agama Islam. Yang kedua adalah kepercayaan yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang mereka. Keduanya menjadi sumber nilai dalam melangsungkan kehidupan mereka sehari-hari secara harmonis dan seirama.
Masyarakat Kampung Banceuy seluruhnya beragama Islam. Mereka meyakini ajaran agama yang dianutnya dengan melaksanakan aktivitas peribadatan, baik yang bersifat individu maupun kolektif. Peribadatan yang sifatnya individu tentu saja tidak dapat dicermati secara mendetil, karena itu lebih mencerminkan hubungan seseorang dengan Tuhannya. Berbeda sekali dengan aktivitas peribadatan yang sifatnya kolektif, dengan mudah dapat diamati. Aktivitas tersebut tidak semata-mata untuk mengekspresikan keyakinan mereka terhadap Tuhannya. Di dalam aktivitas tersebut juga tercermin upaya membangun kebersamaan antarumat Islam di wilayah tersebut. Oleh karena itu, tumbuh subur majelis taklim, dan aktivitas perayaan hari besar keagamaan yang melibatkan warga masyarakat Kampung Banceuy.
Salah satu tradisi yang cukup kental dengan nuansa kepercayaan atau religi adalah tradisi memasang sawen di beberapa tempat tertentu. Hampir setiap rumah di Kampung Banceuy dipasangi sawen pada bagian pintu rumahnya. Begitu juga dengan kandang-kandang ternak mereka, seperti sapi, kambing, dan ayam. Sawen juga menjadi hiasan wajib ketika berlangsung acara kendurian yang berkaitan dengan upacara daur hidup manusia, aktivitas pertanian, hajat lembur, atau menempati rumah baru. Sawen dipasang di rumah-rumah setiap hari atau pada saat kendurian bukannya tanpa maksud. Benda tersebut merupakan media yang telah diberi kekuatan energi spiritual sebagai penolak bala, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun pada saat melaksanakan pekerjaan besar dan penting.
Aspek Kesehatan
Masyarakat Kampung Banceuy memasang sawen di rumah tinggal dan kandang ternaknya untuk mencegah segala macam bahaya yang akan masuk ke tempat-tempat tersebut. Salah satu bahaya yang ingin dihindari atau dicegah penyebarannya adalah penyakit hirasan, yakni penyakit yang menyerang sejumlah warga ataupun ternak mereka dalam waktu yang bersamaan. Artinya tidak satu atau dua orang saja yang terserang penyakit hirasan, melainkan lebih dari dua orang. Begitu juga dengan ternak mereka, yang terkena penyakit itu lebih dari dua atau tiga ekor. Beberapa penyakit yang kerap digolongkan sebagai penyakit hirasan pada manusia adalah, panas, cacar, campak, muntaber, dan diare; sedangkan penyakit hirasan pada hewan ternak adalah ngeluk dan tetelo.
Aspek Religius
Keberadaan sawen dalam kehidupan masyarakat Kampung Banceuy sangatlah penting. Hal itu merepresentasikan cara pandang mereka terhadap alam semesta beserta isinya. Mereka memandang alam semesta raya ini tidak hanya dihuni oleh makhluk kasat mata, seperti manusia, hewan, dan tumbuhan. Alam semesta ini pun menjadi tempat tinggal berbagai makhluk yang tidak kasat mata, seperti dewa, dewi, ruh-ruh suci, karuhun, setan, jin, dan kekuatan gaib lainnuya. Dalam pandangan mereka, kedua jenis makhluk Tuhan itu memiliki karakter yang tidak jauh berbeda, ada sisi baik dan sisi buruknya.
Aspek Sosial
Aspek sosial yang muncul dari keberadaan sawen dalam kehidupan masyarakat Kampung Banceuy cukup penting untuk dibahas di sini. Yang pertama, sawen menjadi sarana untuk melanggengkan kedudukan pemimpin adat di Kampung Banceuy. Perlu diketahui, struktur kepemimpinan masyarakat Kampung Banceuy dibangun oleh dua sistem kepemimpinan yang berbeda, yakni formal dan informal. Kedua sistem tersebut berjalan secara harmonis mengatur roda kehidupan masyarakat Kampung Banceuy.
Aspek sosial lainnya yang dapat dimunculkan dari keberadaan sawen adalah nilai kebersamaan yang dibangun oleh masyarakat Kampung Banceuy. Pelaksanaan upacara Hajat Lingkungan atau Hajat Wawar yang melibatkan warga masyarakat ini menjadi arena silaturahim di antara mereka. Acara tersebut menjadi ajang untuk mempererat rasa persaudaraan dan kebersamaan antarwarga masyarakat. Termasuk dalam hal ini rasa kebersamaan dalam menghadapi berbagai kesulitan, seperti menghadapi penyakit hirasan.

Sumber: Ria Andayani S., dkk, Penolak Bala pada Masyarakat Kampung Banceuy, Laporan Penelitian, Bandung: BPNB Bandung, 2006