Ngaruat Lembur di Desa Sukamenak Sumedang

You are currently viewing Ngaruat Lembur di Desa Sukamenak Sumedang

Ngaruat Lembur di Desa Sukamenak Sumedang

Ngaruat Lembur di Desa Sukamenak Sumedang

Oleh:
Ani Rostiyati
(BPNB Jabar)

Ngaruat lembur adalah upacara yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan ucapan syukur pada Tuhan YME serta para leluhur. Ada beberapa kegiatan dalam upacara ngaruat lembur yang dilaksanakan warga Desa Sukamenak Sumedang, yakni membuat bendungan (ngalokat walungan), ngubeg balong (nangkap ikan di kolam) dan diakhiri dengan ngaruat desa dengan pembacaan sholawat oleh kuncen.

Membuat bendungan dilakukan secara gotong royong oleh warga agar irigasi sawah berjalan lancar. Selama dua hari mereka membendung sungai Cimanuk dengan alat brongsong bambu yang diisi dengan bebatuan, caranya mereka berdiri berjajar lalu secara gotong-royong mengangkat brongsong tersebut untuk disusun menjadi bendungan.

Kurang lebih 100 orang terdiri dari karang taruna, anak-anak, pemilik sawah, para ibu, tua muda mencincingkan lengan baju membuat bendungan. Ibu-ibu membuat sesaji yang tumpeng yang terdiri dari puncak manik, ayam bekakak, kopi pahit kopi manis, teh, legen, kupat leupet, tantang angin, balagudeg, rurujakan (pisang, asem, dan kelapa), dawegan (kelapa muda), rampe (daun sirih, kapur), dupa kemenyan, dan cerutu.

Sesaji merupakan simbol kehidupan yang memiliki makna seperti nasi tumpeng yang berbentuk kerucut melambangkan gunung tempat bersemayamnya Tuhan. Dupa kemenyan bermakna agar doanya terbawa asap sehingga sampai dan dikabulkan oleh Tuhan YME. Kupat leupeut mengandung makna orang tidak boleh mengumpat. Rurujakan agar hidup ini segar. Ayam bekakak agar manusia memiliki hati yang terbuka. Kopi pahit manis melambangkan kehidupan ini kadang pahit kadang manis jadi harus selalu ingat, dan lain sebagainya. Warga dalam membuat sesaji dan hidangan masakan dilakukan secara gotong-royong dan iklas atau bahasa setempat disebut nyungsum.

Upacara Ngaruat Lembur dimeriahkan juga dengan hiburan musik dengan beberapa penyanyi yang berasal dari desa lain. Lagu-lagu yang dibawakan berirama melayu dangdut dan para penonton baik muda maupun tua, laki-laki mapun wanita, besar kecil, rakyat maupun pejabat, semua menari di panggung mengikuti irama musik. Hampir 2 jam hiburan berlangsung dan tepat pukul 14.00 saat sholat Dhuhur musik berhenti dan warga mulai bersiap melaksanakan upacara ngaruat Lembur.

Tepat pukul 15.00, upacara Ngaruat Lembur dimulai. Telah berkumpul beberapa tokoh masyarakat yang akan melakukan ”Sembah Agung” yakni kepala RW, Ketua RT, kuncen, ustad, anggota BPD, Kepala Desa, dan panitia, serta ibu-ibu pengajian. Kuncen yang memimpin upacara Ngaruat Lembur atau bisa juga disebut Buku Taun, membaca doa dan mengutarakan maksud tujuan upacara dilakukan. Istiqosah Qubro dilakukan oleh kuncen dengan membaca doa meminta keselamatan warga agar terhindar dari bencana dan diberi keselamatan. Beberapa sesaji diletakkan dihadapan kuncen untuk diberi doa-doa agar tujuan upacara ini dikabulkan oleh Tuhan YME. Acara terakhir dari upacara Buku Taun adalah Ngubeg Balong, yakni mencari ikan di kolam. Hampir semua warga datang di tambak tersebut ingin mendapatkan ikan. Caranya, warga masuk dalam kolam lalu menangkap ikan sampai dapat. Tidak mudah memang karena sangat licin, inilah yang menjadi daya tarik penonton karena saat ditangkap selalu lepas lagi. Jika waktu sudah menjelang mahrib dan warga mulai kelelahan, air kolam pada akhirnya dikeringkan dan warga mulai berebut menangkap ikan sampai habis. Dengan berakhirnya Ngubeg Balong ini, maka berakhir pula upacara Ngaruat Lembur atau upacara Buku Taun di Desa Sukamenak.