Golok Sulangkar Ciomas

You are currently viewing Golok Sulangkar Ciomas

Golok Sulangkar Ciomas

 

Dalam kehidupan sehari-hari, golok biasanya banyak dipergunakan pada masyarakat pedesaan sebagai bagian dari peralatan kerja. Dengan demikian, golok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat desa.
Mereka menggunakan golok untuk membantu pekerjaan sehari-hari, terlebih bagi para petani, atau pekebun. Selain sebagai peralatan kerja, golok juga dipergunakan oleh para pesilat sebagai salah satu alat pertahanan diri ataupun sebagai alat penyerang.
Kemahiran dalam menggunakan golok dalam dunia persilatan telah menghasilkan banyak jawara-jawara terkenal dan telah diangkat dalam layar lebar. Selain memiliki fungsi praktis, golok pun dapat menjadi sebuah karya seni.
Hantaman godam untuk melumat besi baja menjadi sebilah golok, dan, disertai dengan ketrampilan pengukir dalam membuat sarung dan gagang, telah menghasilkan sebuah karya seni yang bernilai sangat tinggi. Salah satu di antara karya seni tersebut bernama golok sulangkar. Sebuah maha karya yang bernuansa seni tinggi, ditambah dengan unsur kesakralan, membuat golok sulangkar yang berasal dari daerah Ciomas Kabupaten Serang Provinsi Banten ini banyak diburu oleh para kolektor.
Ciomas merupakan daerah pegunungan. Posisinya berada tepat di kaki Gunung Karang. Seperti ciri khas daerah pegunungan lain, Ciomas berudara segar dan sejuk. Keindahan alam Ciomas dapat dinikmati menuju Kecamatan Ciomas. Golok Sulangkar yang menjadi maskot Kecamatan Ciomas kini telah memiliki sebuah maskot, yaitu golok raksasa yang memiliki panjang sekitar 5 meter.
Dinamakan golok sulangkar, karena, bahan baku yang digunakan terbuat dari jenis besi sulangkar. Jenis besi ini biasa digunakan sebagai injakan kaki, pada kereta delman yang sudah tua. Besi sulangkar dipercaya mengandung banyak manfaat atau tuah bagi pemilik. Di antaranya, gampang disayang, dan, disegani orang lain.
Meskipun dunia luar menyebut dengan nama Golok Ciomas, namun para perajin menyebutnya dengan nama Golok Sulangkar. Sejarah Golok Sulangkar Ciomas dapat ditelusuri, melalui prosa cerita rakyat berbentuk legenda, yang telah dituturkan oleh masyarakat, selama berabad-abad lamanya.
Alkisah. Pada masa kesultanan Banten. Ada salah seorang bayi yang memiliki keganjilan. Dia tidak berhenti menangis. Dan, tidak ada seorangpun yang dapat meredakan tangisannya. Sultan kemudian membuat sebuah sayembara. Barangsiapa yang dapat meredakan tangis bayinya, maka, dia berhak medapatkan hadiah dari sultan, dan, mengasuh bayinya. Tak lama kemudian. Datang seorang pria bernama Ki Gede. Di tangan beliau, bayi sultan seketika berhenti menangis. Sultan kemudian mensyahkan Ki Gede sebagai pemenang sayembara, dan, mendapatkan hadiah berupa palu godam, yang kemudian dinamakan Godam Si Denok. Setelah dewasa, bayi sultan yang diasuh oleh Ki Gede, dikenal dengan nama Ki Cengkuk. Ia adalah orang yang sangat sakti dalam membuat golok. Dan, golok pertama yang dibuat oleh Ki Cengkuk dengan menggunakan godam Si Denok, kemudian, dinamakan Golok Si Rebo. Saat ini, golok tersebut masih tersimpan di rumah Duhari. Ia adalah keturunan Ki Cengkuk. Dan, untuk menghormati jasa Ki Cengkuk, kemudian, dilaksanakan ritual Mulud Golok Ciomas.
Ritual yang diselenggarakan pada bulan Mulud, atau tepatnya setiap tanggal 12 bulan Mulud, sekaligus digunakan sebagai acara pertemuan dengan sesama pemilik Golok Ciomas. Ritual ini dilaksanakan di kediaman Bapak Duhari sebagai pemegang pusaka Godam Si Denok dan Golok Si Rebo. Dan, hanya pada Bulan Mulud, Golok Sulangkar diperbolehkan untuk ditempa.
Pada Bulan Mulud juga, setiap Golok Sulangkar Ciomas harus di oles, dengan menggunakan Godam Si Denok, melalui ritual tertentu. Persyaratan lain yang dibutuhkan dalam ritual ini adalah, air dari 9 sumber air, yang telah diberi bunga.
Tepat pada tanggal 12 Mulud, acara dimulai dengan lantunan zikir dan Tawasulan oleh pemuka agama setempat, yaitu, Bapak Haji Muhaimin. Setelah itu, golok dan bahan dasar golok kemudian dioles dengan menggunakan Godam Si Denok.
Memang pada masa perjuangan, golok Sulangkar dikenal sebagai senjata tradisional untuk melawan penjajah. Supaya lebih mematikan, dalam melawan penjajah, Golok Sulangkar kemudian diberi racun, yang berasal dari, racun ular, katak, atau kalajengking.
Dalam membuat golok sulangkar. Diperlukan, bahan dan beberapa buah peralatan. Di antaranya, Besi atau baja, yang menjadi bahan dasar. Sementara. Peralatan yang diperlukan adalah, pahat. Pahat digunakan untuk membelah dan memotong bahan yang akan dijadikan golok. Peralatan lainnya, yaitu. Pengkorek api. Capit. Talenan besar dan kecil. Bak air. Arang. Ubub. Dan, Palu dari berbagai ukuran.

  • Pengkorek api digunakan untuk mengkorek bara api. Perkakas ini terbuat dari besi sepanjang 50 sentimeter. Bagian ujung melengkung. Sementara. Ujung lainya diberi pegangan, yang terbuat dari kayu.
  • Capit. Digunakan untuk menjepit, atau, mengambil bahan golok, yang masih dalam keadaan membara.
  • Talenan atau Paron. Digunakan sebagai alas tempa an. Alat ini terbuat dari besi baja.
    Bak air. Digunakan untuk mendinginkan go lok. Caranya adalah dengan mencelupkan besi atau baja, yang sedang membara. Proses ini dilakukan berulang-ulang.
  • Arang. Berfungsi sebagai bahan bakar. Agar tetap membara, arang harus ditiup secara terus menerus dengan menggunakan Ubub.
  • Ubub. Peralatan pande besi yang berfungsi sebagai pemompa udara ke tungku pembakaran. Ubub terbuat dari kayu nangka sepanjang 1,5 meter. Proses kerja ubub adalah, dengan menekan tongkat kayu secara bergantian, agar suhu bara api dapat tetap terjaga.
  • Palu. Digunakan untuk memipih, atau menipiskan bahan golok, saat masih dalam keadaan membara.

    Proses pertama dalam pembuatan golok sulangkar adalah, memilih jenis logam yang akan ditempa. Setelah mendapatkan jenis logam yang diinginkan, logam kemudian dibawa ke lokasi tempa. Tidak lupa. Air yang telah diberi doa, pada saat pelaksanaan ritual golok ciomas, yang dilaksanakan pada bulan maulud, kemudian, dibawa, dan, dimasukan ke dalam bak air. Seorang pande besi kemudian memilih dan menyusun beberapa buah logam, sesuai dengan jenisnya. Lalu, susunan logam tersebut dijepit dengan menggunakan capit. Susunan logam tersebut kemudian dimasukan ke dalam tungku pembakaran. Suhu api di dalam tungku kemudian ditingkatkan, dengan menambahkan arang, dan, tiupan angin yang dihembuskan oleh ubub. Kestabilan dalam menjaga hembusan angin sangat diperlukan, agar logam lebih cepat membara.
    Pembuatan Golok Sulangkar. Umumnya, hampir sama dengan pembuatan golok di daerah lain. Hanya, di Ciomas dikenal, tempa khusus, yang disebut teknik tempa tumpuk. Yaitu, menumpuk 3 sampai dengan 4 bilah pelat besi menjadi satu, untuk dibakar dan ditempa, menjadi jenis golok yang diinginkan.
    Pada beberapa jenis golok, ada juga yang dikombinasi dengan teknik tempa lipat. Yaitu, setelah tumpukan besi dibakar. Bara besi yang sudah agak lunak, dilipat, untuk kemudian ditempa sebanyak 4 sampai dengan 5 kali pembakaran dan penempaan. Setelah beberapa kali ditempa, lempengan besi yang telah berbentuk golok, kemudian dibentuk, sesuai dengan model, dan ukuran yang di inginkan. Kemudian, setelah terbentuk sempurna. Dilakukan proses finising dengan menggunakan kikir listrik. Setelah selesai, pada bagian terakhir proses pembuatan, bentuk golok lalu dirapihkan. Agar, terlihat bersinar.
    Proses lanjutan dari pembuatan Golok Sulangkar Ciomas adalah, pembuatan gagang dan sarangka. Peralatan yang diperlukan untuk membuat gagang golok dan sarangka di antaranya. Bor listrik. Gergaji. Pisau. Dan, Gurinda. Tidak seperti bentuk gagang golok pada umumnya. Yang biasa digunakan, sebagai perkakas. Gagang Golok Sulangkar, biasanya berbentuk ukiran, yang memiliki, nilai artistik tinggi. Bentuk gagang biasanya menyerupai, kepala tokoh pewayangan, atau hewan yang memiliki mitos mistis. Seperti, harimau, ular, dan sebagainya. Ukiran gagang golok menggunakan teknik cukilan. Teknik tersebut menambah tinggi nilai sebuah Golok Sulangkar.
    Pembuatan gagang dimulai dengan memotong kayu jawar. Disesuaikan dengan besar kecilnya sebuah golok. Kemudian, kayu lalu dipapas untuk menghasilkan bentuk dasar. Setelah itu, kayu dipahat dan diukir sesuai dengan pesanan yang diinginkan pembeli. Bor digunakan untuk membuat lubang untuk memasukan batang golok. Gagang yang sudah jadi, lalu dihampelas, dan dicat.
    Sama halnya dengan pembuatan gagang golok. Pembuatan sarangka juga memerlukan teknik papas dan cukil. Perbedaannya, sarangka tidak harus diukir. Teknik cukilan digunakan untuk memperoleh ruang batang golok.
    Setelah bagian luar jadi dibentuk. Kemudian, bagian dalam dipola dengan golok yang akan menjadi pasangannya. Setelah itu, bagian yang telah dipola lalu dicukil untuk membuat lubang batang golok. Dua bagian yang telah dicukil kemudian disatukan. Proses penyatuan ini menggunakan lem dan karet. Bagian terakhir pada pembuatan sarangka adalah, menambahkan aplikasi yang terbuat dari tanduk kerbau. Hal ini dilakukan, agar sarangka menjadi lebih bagus, dan, memiliki nilai seni yang tinggi.

Sumber: Risa Nopianti, dkk, Golok Sulangkar Ciomas, Laporan Perekaman kebudayaan dan kesejarahan. Bandung: BPNB Jawa Barat, 2016.