Zikir Guru Bura merupakan tradisi lisan yang disampaikan melalui senadung atau syair, yang berasal dari ulama-ulama yang dulu menyebarkan agama islam di tanah Bima.

Menurut Ust. Idham H. Ahmad (44 thn), Zikir Guru Bura terdiri dari dua penggalan kata yaitu, Zikir berarti mengingat dan Guru Bura berarti kematian. Sehingga Zikir Guru Bura berisi nasehat-nasehat terutama nasehat tentang kematian. Kematian adalah misteri ilahi, kapan dan dimana hanya Allah yang tahu. Oleh sebab itu, manusia harus terus mengingat kematian dengan selalu menjaga lisan dan perbuatan agar tetap “fitri” (suci dan bersih) ketika kembali kepada-Nya. Isi nasehat ini juga tentang pernikahan, kehidupan, tata karma, dan lainnya. Penyampaian nasehat melalui Zikir Guru Bura dilakukan pada saat ceramah agama di masjid-masjid atau pada saat upacara daur hidup masyarakat Bima umumnya.

Idham H. Ahmad (44 thn) – Khatib 2 Masjid Al-Munawarrah Kecamatan Sape

Contoh Nasehat Zikir Guru Bura yang berdasarkan dalil Al Qur’an dan Hadits:
1. Aina ngala samada ta dei ru’u ma made/samada wi’i wa’u ku ma made wara wa’u/jaga
ta made darura, made tiwi rero/putu kataho pu isi fatiha/dei putu wi’I ndi tiwi ro
wa’a/sodi si ba ruma/cambe ndai na rima.
Jangan Alpa mengingat kematian/ingatlah mereka yang telah mendahului kita/agar saat
kematian menghadang, kita sudah ada amalan/amalkan isi alfatihah/amalan yang selalu
dibawa kemana pun kita pergi/agar ketika Allah bertanya amalan kita, seluruh raga ini
dapat menjawab dengan pasti.
2. Wa’u si tua aina ca’u mpa’a teu, ricu pu samada sarumbu ta ndei ma made, sambea wi’i
wa’upu osu ra sia ndi wa’a, dei ma bantu ro tulu kaporo ruma tala
Jika sudah tua jangan mengundur-ngundur waktu berbuat kebaikan, ingatlah suatu saat
kita akan menghadapi kematian, segerakan sholat sebagai amalan yang akan kita bawa,
yang akan membantu kita saat di adili saat kematian.

(WN)

Sumber: Dokumen Pencatatan WBTB BPNB Bali