Sejarah Kesenian Genjek

0
4926

Genjek merupakan kesenian yang mengandalkan keharmonisan dan kekompakan warna vokal tanpa iringan alat-alat musik. Kata genjek berasal dari kata genjak yang berarti bersenda gurau. Genjek mulai ada di Kabupaten Karangasem sebelum Gunung Agung meletus, yakni sekitar tahun 1961, sedangkan gunung Agung meletus pada bulan Februari 1962.

Genjek berkembang pada masyarakat petani di sebagai musik hiburan di sela-sela musim tanam dan musim panen. Pada mulanya genjek dimainkan oleh kaum laki-laki setelah musim panen atau ketika ada waktu sela di antara musim-musim tanam dan musim panen. Di waktu-waktu senggang tersebut mereka berkumpul, bercerita, minum tuak, dan bersenda gurau. Sambil besenda gurau dan minum tuak, secara spontanitas mereka mereka bernyanyi dipadukan dengan cipak. Cipak merupakan seni vokal tidak bermakna tetapi tertata dengan ritme yang baik sehingga menghasilkan seni vokal yang harmonis tampa iringan alat musik.

Saat ini selain olah vokal, genjek mulai dilengkapi dengan alat musik seperti gerantang, kendang, ceng-ceng, gong pulu, kecapi, petuk, dan suling. Selain itu genjek yang berkembang saat ini di kalangan anak muda dimanfaatkan sebagai wadah untuk mengekspresikan imajinasinya dalam alur ritme yang teratur. (WN)