Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan ritual Basmerah Nyambleh Sasih Kanem di Desa Pekraman Taman Pohmanis. Diantaranya yaitu persiapan, puncak ritual dan penutup (akhir ritual. Secara lebih detail akan diuraikan melalui penjelasan berikut ini.

Persiapan


Tahapan ini berupa proses pembuatan sarana upakara dimulai dari dua hari sebelum pelaksanaan ritual tersebut. Biasanya dalam persiapan ini pengayah perempuan membuat perlengkapan upakara seperti banten dan kelengkapan lainnya, dan beberapa pengayah laki-laki mempersiapkan kelengkapan seperti pelinggih Ida Bhatara Sasuhunan Tapakan Barong dan Rangda serta tempat duduk pemangku ketika memimpin jalannya ritual di perempatan/catus patha desa.

Puncak Ritual

Tahapan ini dibagi menjadi beberapa raingkaian seperti: pemendakan Ida Bhatara Sasuhunan Tapakan Barong dan Rangda di Gedong Pesimpenan Bale Agung, persembahyangan bersama, pecaruan siap lima (panca warna) nangun urip, dan prosesi Basmerah yang akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Pemendakan Ida Bhatara Sasuhunan Tapakan Barong dan Rangda di Gedong Pesimpenan Bale Agung
Prosesi ini dilaksanakan ketika segala persiapan ritual telah siap di perempatan/catus patha desa. Beberapa masyarakat dan pemangku melaksanakan prosesi Pemendakan Ida Bhatara Sasuhunan Tapakan Barong dan Rangda di Gedong Pesimpenan Bale Agung. Prosesi dilaksanakan dengan iringan suara gambelan, kulkul, dan nyanyian-nyaian suci menuju perempatan/catus patha desa. Ida Bhatara Sasuhunan Tapakan Barong dan Rangda sebagai simbol Tuhan Yang Maha Esa nyaksiang (sebagai saksi) posesi ritual Basmerah Nyambleh Sasih Kanem di Desa Pekraman Taman Pohmanis.

b. Persembahyangan Bersama
Persembahyangan dilaksanakan ketika pemangku telah selesai menghaturkan upakara yang telah dipersiapkan sebelumnya. Persembahyangan dilaksanakan sebanyak lima kali (panca sembah), serta ditambah dengan sembah nyaksiang caru dan sembah untuk ibu pertiwi.

c. Pecaruan Siap Lima (panca warna) Nangun Urip
Prosesi ini dilengkapi dengan sesajen berupa lima ekor ayam yang telah disembelih diletakkan pada masing-masih arah mata angin. Ayam hitam dengan urip 4 berada di arah utara, ayam putih dengan urip 5 di timur, ayam merah dengan urip 9 di selatan ayam kuning dengan urip 7 di barat, dan ayam berumbun (warna-warni) dengan urip 8 di tengah. Sesajan pecaruan ini dipersembahkan kepada Bhuta Kala, umumnya didominasi dengan sesajen yang berbau amis seperti jahe, tuak, arak, berem, dan bawang. Kelengkapan lainnya berupa sapu lidi dan tulud yang digunakan sebagai simbol pembersihan, serta kulkul sebagai pemanggil dan pengusir Bhuta Kala. Pecaruan ini bertujuan agar Bhuta Kala dapat menjadi Bhuta Hita yang sudah tidak mengganggu aktivitas manusia dan alamnya.

d. Prosesi Basmerah
Prosesi ini merupakan puncak dalam ritual ini, yaitu identik dengan nyambleh (nyembelih) kucit butuan (anak babi jantan) yang darahnya dioleskan pada setiap dahi masyarakat. Melalui tetesan darah ini lengkap sudah prosesi ritual Basmerah Nyambleh Sasih Kanem ini dengan kelengkapan lima zat cair yang telah dipersembahkan, yaitu tuak simbul putih, arak simbul kuning, berem simbul hitam, darah simbul merah, dan campuran keempat warna tersebut disebut berumbun.

Penutup (Akhir Ritual)

a. Pecaruan di Masing-masing Pintu Masuk Rumah (lebuhan)
Prosesi ini dilaksanakan oleh masih-masing masyarakat di setiap pintu masuk rumahnya. Upakara yang digunakan adalah berupa sanggah cucuk yang lengkap dengan tulung sayut, canang sari, sodan, daksina yang dihaturkan dengan segehan dan tetabuhan tuak, arak, dan berem. Pecaruan di perempatan/catus patha untuk lingkungan desa, sedangkan yang di lebuhan tersebut untuk masing-masing pekarangan rumah masyarkat.

b. Prosesi Ida Bhatara Sasuhunan Tapakan Barong dan Rangda Nyatur Desa
Nyatur desa yang dimaksud adalah Ida Bhatara Sasuhunan Tapakan Barong dan Rangda diiring oleh segenap masyarakat berkeliling desa (melancaran) diawali ke arah barat menuju kuburan, ke utara menuju Pohon Kepuh sebagai perbatasan desa, ke timur menuju tempat memohon kayu untuk Tapakan Barong pada masa lampau yang disebut dengan Alas Babian sekaligus sebagai perbatasan desa, ke selatan menuju perbatan desa, dan terakhir kembali ke tengah desa, yaitu Gedong Panyimpenan di Bale Agung. Prosesi ini merupakan akhir dari ritual, karena Ida Bhatara Sasuhunan Tapakan Barong dan Rangda Nyatur Desa sudah berkeliling untuk nangluk (membatasi) agar merana/penyakit tidak masuk ke desa. Selain itu, ketika melaksanakan prosesi Basmerah di perempatan/catus patha desa masyarakat juga sudah memiliki tanda darah di dahinya sebagai simbol telah mengikuti ritual dan tidak akan diganggu lagi oleh hal-hal yang bersifat negatif. (WN)

Sumber: Dinas Kebudayaan Kota Denpasar
Editor   : Wakhyuning Ngarsih