Gambelan Selonding adalah gambelan kuno yang paling sakral dalam melengkapi upacara keagamaan (Hindu) di Bali yang berlaras pelog Sapta Nada, contohnya seperti Selonding yang ada di Trunyan, di Bugbug, Tenganan, Ngis Selumbung , Timbrah, Asak, Bungaya, Besakih, Selat, Bantang dan lain-lainnya.

Dalam konteks Desa Adat Bugbug, Selonding (yang disimpan di dekat Pura Piit Bugbug) ini selalu mengiringi prosesi upacara besar di Pura-pura di Bugbug, seperti Usaba Sumbu dan rangkaian Usaba Gumang di Bukit Juru. Para penabuhnyapun bukanlah orang sembarangan.

Menurut Lontar Prekempa bahwa semua tetabuhan atau gambelan lahir dari Suaraning Genta Pinara Pitu. Suaraning Genta Pitara Pitu adalah suara sejati yang berasal dari suaranya alam semesta atau bhuana, suara suara yang utama yang berasal dari suaranya semesta itu ada tujuh suara banyaknya yang disebut dengan sapta suara. Suara ini berasal dari Akasa disebut Byomantara Gosa. Ada pula suara yang disebut Arnawa Srutti yaitu suara yang keluar dari unsur Apah. Yang lain ada disebut dengan Agosa, Anugosa, Anumasika dan Bhuh Loko Srutti. Yang terakhir disebutkan suara yang keluar dari unsur Pertiwi. Sapta suara yang merupakan inti dijadikan sebagai sumber yang dihimpun oleh Bhagawan Wismakarma menjadi Dasa Suara, yaitu lima suara Patut Pelog sebagai Sangyang Panca Tirta dan lima Suara Patut Selendro sebagai Pralingga Sangyang Hyang Panca Geni. Unsur Dewata yang merupakan Prabawa dari Yang Maha Tunggal yang melingga pada Dasa Suara yang dihimpun menjadi Gegambelan.

Selonding merupakan gamelan Bali yang usianya lebih tua dari gamelan-gamelan yang kini populer dipakai dalam kesenian maupun dalam upacara adat dan agama. Tidak semua desa di Bali memiliki budaya yang dekat dengan jenis gamelan ini, kecuali beberapa desa tua di belahan selatan dan timur pulau Bali, seperti Bugbug, Tenganan, Bungaya dan Timbrah dan Asak, Ngis. Tidak seperti gamelan lainnya yang bilah-bilah perunggu digantung dengan tali sapi pada badan gamelan, pada selonding bilah-bilah perunggu bahkan yang lebih tua bilah bilah besi diletakkan dengan pengunci secukupnya di atas badan gamelan tanpa bilah resonan (bambu resonan) seperti jenis gamelan saat ini. Dengan suara yang khas, selonding dengan nada klasiknya mengiringi penari rejang dalam “mesolah” persembahan tari dalam upacara yadnya di desa-desa tua seperti Tenganan, Bugbug, Asak dan beberapa desa di belahan timur pulau Bali. (WN)

Sumber: Dokumen Pencatatan WBTB BPNB Bali