Syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia-Nya Jurnal Suwa Volume 23, No. 1 ini dapat diterbitkan. Sejalan dengan tujuan penerbitan Jurnal Suwa, yaitu pelestarian sejarah dan nilai budaya, memberikan pencerahan, pengetahuan, serta wawasan kebudayaan kepada masyarakat, jurnal kali ini menampilkan 7 artikel hasil penelitian sejarah dan nilai budaya di wilayah kerja BPNB Aceh, yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Artikel-artikel tersebut sebagai berikut.

Jurnal Suwa Volume 23, No. 1 ini diawali artikel yang berjudul “Gotong Royong dan Solidaritas Pemuda Gayo dalam Tantangan Perubahan” yang ditulis oleh Agung Suryo Setyantoro. Dalam artikel ini dibahas pemuda Gayo yang terikat dalam kelompok belah bernegosiasi dengan perkembangan zaman yang menggerus solidaritas kelompoknya. Dijelaskan bahwa belah pada masa kini masih tetap relevan mengikat pemuda Gayo dalam sebuah identitas terwujud dalam berbagai gelaran hajatan dan kehidupan sosial lainnya. Upaya adaptif itulah yang membuat mereka tetap mampu menjaga tradisi di tengah modernitas. Artikel ini dibahas dengan metode kualitatif. Sumber diperoleh melalui pengamatan langsung serta wawancara bebas dan mendalam. Dalam artikel ini disimpulkan bahwa Pemuda Gayo di Aceh Tengah sebagai penyokong utama tradisi melakukan upaya adaptif yang membuat mereka tetap mampu menjaga identitasnya. Identitas ke-Gayo-an yang ditunjukkan oleh pemuda Gayo pada masa kini tampil lebih “modern” dengan memanfaatkan teknologi. Salah satu temuan baru dalam artikel ini disebutkan bahwa tidak benar anggapan solidaritas antarpemuda Gayo mengalami degradasi, karena dalam realitasnya masih berjalan walaupun dengan kemasan yang lebih kekinian.

Artikel berikutnya berjudul “Kajian Prakmatik Tuturan Bijak Peri Mestike dalam Budaya Gayo” hasil penelitian yang dilakukan oleh Joni. Dalam artikel ini dijelaskan tentang relasi tuturan bijak dan peranan nilai-nilai budaya Gayo. Penjelasan tersebut dikaji dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Pendekatan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui strategi dan bentuk-bentuk kerjasama dan kesantunan yang ada dalam ungkapan bijak. Penulis menggunakan metode kualitatif bentuk etnografi dan jenis penelitian lapangan (fieldwork). Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang didukung dengan data dan argumentasi, tuturan bijak merupakan realisasi dari budaya masyarakat Gayo yang bertumpu pada nilai-nilai adat Gayo yang lebih menekankan bagaimana tindak tutur diungkapkan.

Dharma Kelana Putra menulis artikel yang berjudul “Kebangsawanan di Nias bagian Selatan.” Sebuah penelitian yang mengisahkan konsep kebangsawanan yang ada pada masyarakat Nias Selatan, khususnya dalam rumpun Maniamölö. Dikisahkan bahwa pada masa lalu, kebangsawanan tidak hanya sebatas kekuasaan hingga prestasi dan prestise perseorangan, tetapi juga berkaitan dengan tatanan sosial yang berlaku dalam masyarakatnya. Seorang bangsawan adalah simpul yang mampu menguatkan kohesi sosial dan menjamin keberlangsungan masyarakat, sehingga menjadi seorang bangsawan harus melalui serangkaian prosesi adat yang panjang dan relatif berat. Dalam masyarakat Nias, bangsawan memiliki kekuasaan untuk mengelola sumber daya yang ada di wilayahnya. Hasil pengelolaan ini memberikan kekayaan bagi para bangsawan, yang kemudian didistribusikan kepada masyarakat melalui pesta dan upacara adat. Penulis mengkaji permasalahan tersebut dengan menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Dalam artikel tersebut juga dijelaskan bahwa pada saat ini, kebangsawanan tidak dianggap penting karena seorang bangsawan tidak memiliki kekuasaan untuk memerintah dalam struktur pemerintahan formal dan mereka sudah kehilangan kemampuan untuk mengelola sumber daya.

“Perubahan Sosial Budaya pada Masyarakat Nias Selatan,” sebuah artikel hasil penelitian Anita Syafitri. Dalam artikel ini dibahas perubahan sosial budaya, pada mulanya masyarakat Nias memiliki kekayaan sosial budaya yang diwariskan oleh leluhurnya. Namun, masyarakatnya yang dinamis terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman. Hal tersebut berdampak pada terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat. Perubahan sosial budaya pada masyarakat Nias Selatan terjadi pada sistem kepercayaan, sistem mata pencaharian, dan sistem pemerintahan desa. Penelitian ini dilakukan melalui metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan studi pustaka. Dalam artikel tersebut disimpulkan bahwa perubahan sosial budaya diakibatkan oleh masuknya Agama Kristen, undang-undang pemerintahan desa, dan UU yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia.

“Gerakan Pembaharuan Pendidikan Agama di Aceh Selatan pada Abad XX”, artikel yang ditulis oleh Sudirman. Dalam artikel ini dijelaskan pengaruh pendidikan agama di Sumatera Barat terhadap gerakan pembaharuan pendidikan agama di Aceh Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial-agama. Dalam penelitian ini digunakan metode sejarah dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dan wawancara. Hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pembaharuan pendidikan agama di Aceh Selatan dipengaruhi oleh sistem pendidikan di Sumatera Barat. Masyarakat Aceh Selatan terjalin hubungan sejarah dengan Sumatera Barat karena sebagian besar masyarakat Aceh Selatan adalah keturunan etnis Minangkabau. Gerakan-gerakan reformis dari lulusan pendidikan di Sumatera Barat berpengaruh langsung terhadap paham keagamaan di Aceh Selatan. Hal itu menyebabkan perkembangan pendidikan di Aceh Selatan tidak terlepas dari dua pola pemahaman ajaran Islam, yaitu pemahaman tradisional dan modern. Pembaharuan sistem pendidikan menimbulkan gejolak sosial di masyarakat, terutama antara kaum tua dengan kaum muda. Lulusan sekolah-sekolah agama modern dari Sumatera Barat mendirikan sekolah-sekolah agama modern dan mengajar di Aceh Selatan. Dari pemuda-pemuda yang telah mendapatkan pendidikan modern timbullah nilai-nilai dan norma-norma baru yang menyangkut pandangan mereka tentang pendidikan.

Cut Zahrina melakukan penelitian tentang tokoh seni tutur Aceh yang berjudul “Teungku Adnan PMTOH (Tokoh Seni Tutur di Aceh)”. Dalam artikel ini dibahas biografi  atau perjalanan hidup dan karya  tokoh seni tutur Aceh,  Teungku Adnan PMTOH. Dijelaskan bahwa Teungku Adnan PMTOH, seorang seniman dengan hikayatnya telah mengangkat budaya Aceh ke seluruh pelosok daerah Aceh bahkan Nusantara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan studi pustaka. Disimpulkan bahwa Teungku Adnan PMTOH adalah salah seorang putra Aceh yang semasa hidupnya dihabiskan untuk berkarya sebagai tokoh seni tutur Aceh. Dia hadir dan diundang dalam berbagai kegiatan budaya sehingga sukses dalam menghibur masyarakat. Teknik panggung yang dikuasainya menjadi daya tarik bagi para penikmat hikayatnya. Daya tarik tersebut diwujudkan dengan melakonkan cerita yang didukung oleh properti, sehingga menjadikan kisah tersebut seperti benar-benar terjadi.

Hasil penelitian tentang megalitik di pulau Nias yang dilakukan oleh Andri Restiyadi, berjudul “Membaca Megalitik Nias Selatan: Sebuah Interpretasi Terhadap Megalitik Orahili Fau dan Bawömataluo. Dalam artikel ini penulis membahas makna dan peran megalitik Nias Selatan pada masyarakat pendukungnya. Hal itu dimaksudkan untuk mengetahui “cara kerja” megalitik pada dunia sosial masyarakatnya. Melalui penelitian yang bersifat deskriptif-analitis ini, disimpulkan bahwa megalitik Nias Selatan merupakan hasil proses dialogis-aktif antara masyarakat dan lingkungan alam sekitarnya. Megalitik sebagai monumen merupakan media menghadirkan kembali perisitwa pesta jasa yang terjadi pada masa lampau, megalitik berperan aktif dalam mereproduksi kondisi sosial-budaya masyarakat Nias Selatan.

Sudirman