Makmeugang/Meugang
Makmeugang atau meugang, adalah salah satu tradisi masyarakat Aceh dalam memuliakan tiga momentum penting dalam Islam. Dilaksanakan tepat satu hari sebelum memasuki bulan suci Ramadhan (meugang puasa), hari terakhir berpuasa atau satu hari sebelum memasuki hari raya Idul Fitri (meugang uroe raya puasa), dan sehari sebelum Idul Adha (meugang uroe raya haji).
Untuk lebih jelasnya silahkan buka link berikut ini: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbaceh/makmeugang-tradisi-turun-temurun-masyarakat-aceh/
Meugang sebagai sebuah tradisi telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTB Indonesia) dari Provinsi Aceh pada tahun 2016 yang lalu. Di Hotel Millenium Sirih, Jl. Fachruddin No. 3, Jakarta Pusat, pada tanggal 13 s/d 16 September 2016 yang lalu, delapan mata budaya dari Aceh disidang agar ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Delapan mata budaya milik Aceh tersebut adalah Mak Meugang (Aceh), Nandong (Simeuleu), Guel (Gayo), Likok Pulo (Aceh), Pacu Kude (Gayo), Menatakhken Hinei (Singkil), Canang Kayu (Singkil), dan Maracu (Aneuk Jamee).
Penetapan Mak Meugang/Meugang sebagai WBTB Indonesia tidaklah berhenti sampai kepada penetapan saja dan pemerintah daerahnya mendapatkan sertifikat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Ada tugas yang lebih penting lagi yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah asal dari WBTB Indonesia tersebut, yakni mempertahankan, pengembangan, dan mempromosikan WBTB Indonesia tersebut.
Atas dasar itulah pemerintah Kota Banda Aceh bekerja sama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh (BPNB Aceh) melaksanakan Festival Meugang 2018. Sebagai bentuk usaha mempertahankan dan mengembangkan serta mempromosikan tradisi Mak Meugang/Meugang ini.
Bertempat di depan Kantor Keuchik (Lurah) Peunayong, Festival Meugang 2018 ini dibuka secara resmi oleh Walikota Banda Aceh, Aminullah Usman. Festival yang dibuka dari pukul 09.30 WIB hingga pukul 16.00 WIB ini diisi dengan berbagai kegiatan seperti pasar daging murah, lomba membelah kepala sapi yang diikuti oleh sepuluh orang peserta, expo histori meugang, pameran meugang, masak dan makan bersama kuah beulagong, dan tak ketinggalan hiburan artis lokal Aceh.
Artikel & Foto: Miftah Nasution