Mitologi Pulau Weh dan Sabang

0
5295
Mitologi Pulau Weh dan Sabang

Nama Pulau Weh tidaklah sepopuler Sabang, yang merupakan salah satu destinasi wisata terkenal di Aceh, kota yang justru berada di dalam kawasan Pulau Weh. Jika Sobat Budaya tidak percaya, coba deh bertanya kepada mbah Google, ketik saja kalimat “titik nol Aceh” pada aplikasi pencarian Google kemudian tekan enter. Lihat apa yang akan dimunculkan oleh Google, apakah yang muncul Titik Nol Kilometer Pulau Weh atau justru yang muncul malah Titik Nol Kilometer Sabang?

Namun, berdasarkan mitologi yang tersebar di tengah-tengah masyarakat Aceh, cerita tentang sejarah terbentuknya Pulau Weh dengan sejarah asal-usul nama Kota Sabang menyatu dalam cerita mitologi tentang perseteruan antara Raja Alam yang bijaksana dan Raja Daru yang berhasrat untuk menguasai wilayah kekuasaan Raja Alam yang terkenal makmur pada masa itu.

Hasrat Raja Daru terhalang karena Raja Alam memiliki peliharaan seekor naga sakti yang diberi nama Sabang. Naga ini sangat patuh dan setia kepada Raja Alam. Inilah yang menyebabkan Raja Daru meminta pertolongan kepada dua raksasa, Seulawah Agam (laki-laki) dan Seulawah Inong (perempuan).

Terjadilah pertarungan antara naga Sabang dengan Seulawah Agam dan Seulawah Inong. Sadar akan kekuatan kedua raksasa tersebut, naga Sabang berpesan kepada Raja Alam bahwa mereka akan kalah karena ia tidak akan bisa menang melawan kedua raksasa tersebut, dan ia pun menyampaikan bahwa pada saat ia kalah maka sungai yang memisahkan dua wilayah kekuasaan Raja Alam dan Raja Daru akan menyatu, bumi akan berguncang keras dan air laut akan surut, dan naga Sabang meminta Raja Alam dan seluruh rakyatnya melarikan diri ke tempat tinggi karena pada saat air laut surut kemudian akan muncul ie beuna (gelombang laut yang melanda daratan karena gempa) yang akan menghantam daratan.

Singkat cerita, kalahlah naga Sabang, kepalanya putus ditebas oleh Seulawah Agam. Kepala (ulee) naga Sabang yang telah terputus (lheuh) dibuang oleh Seulawah Agam ke lokasi yang saat ini dikenal dengan Ulee Lheue, sebuah kampung yang masuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Meuraksa, Kota Banda Aceh. Kalau Sobat Budaya pernah berkunjung ke Kota Banda Aceh dan melakukan perjalanan ke Kota Sabang, pasti sudah tidak asing dengan daerah Ulee Lheue, karena pelabuhan yang ada di Ulee Lheue adalah satu-satunya akses penyeberangan menuju Kota Sabang.

Adapun tubuh naga Sabang dilempar oleh Seulawah Inong jauh ke tengah lautan. Tubuh naga Sabang inilah yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya Pulau Weh. Jadi Sobat, itulah sebab kenapa pulau tersebut dinamakan Weh yang berasal dari kata weh dalam bahasa Aceh yang artinya pindah atau pergi, sebagai gambaran weh (pindah/pergi atau bisa dimaknai terpisah) antara badan dan kepala naga Sabang yang terputus (ulee lheuh yang merupakan asal usul dari nama Kampung Ulee Lheue).

Artikel & Foto: Miftah Nasution