Jakarta-Jumat, 15 Februari 2019, Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud, kembali mengadakan kegiatan Lokakarya Publikasi Kebudayaan. Bertempat di Discovery Hotel & Convention Ancol, Taman Impian Jaya Ancol Jl. Lodan Timur No. 7, Pademangan, kegiatan ini berlangsung selama tiga hari.

Kegiatan kumpul-kumpul admin/pengelola halaman web resmi milik Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud, ini terasa spesial karena kali ini bukan saja dihadiri oleh seluruh admin pusat dan satuan kerja (satker) namun juga dihadiri oleh masing-masing pimpinan satker, mulai dari direktur hingga kepala unit Eselon III. Ini dianggap penting demi mencapai target kerja pada bidang publikasi kebudayaan. Mendudukkan persepsi bersama tentang strategi komunikasi efektif agar publik mengetahui sejauh mana kinerja yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam menjalankan amanat UU No. 5 tentang Pemajuan Kebudayaan. Seminimalnya publik tahu dengan empat agenda kerja besar dari Direktorat Jenderal Kebudayaan pada tahun 2019 ini.

Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Dra. Sri Hartini, M.Si., melaporkan capaian target publikasi dari Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud) pada tahun 2018 yang lalu. Dari grafik yang beliau paparkan, menunjukkan bahwa publikasi dari Ditjenbud mengalami penurunan dari segi kuantitas jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang selalu mengalami tren kenaikan. Walau grafik tersebut juga harus dikritisi dari segi kualitas dan keefektifannya, karena bisa saja terjadi penurunan akan tetapi pada sisi yang lain justru lebih efektif sampai kepada masyarakat. Ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi tim publikasi Ditjenbud.

Menanggapi laporan dari Sesditjenbud tersebut, Hilmar Farid selaku Diretur Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud, menyampaikan bahwa pentingnya suatu strategi komunikasi publik yang efektif. Sebagaimana yang beliau sampaikan, “Informasi tentang kebudayaan dan kerja budaya yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan akan sampai dengan baik kepada publik jika dikomunikasikan dengan cara dan strategi yang baik. Publikasi apapun takkan berhasil jika strategi komunikasinya tidak tepat.”

Beliau menambahkan, banyak strategi yang dapat dilakukan oleh setiap satker dalam mengkomunikasikan kerja budaya tersebut kepada publik. Salah satu diantaranya adalah dengan menjalin kerja sama dan kemitraan yang baik dengan media massa lokal dan nasional. Juga bisa dengan menggandeng tokoh publik sebagai duta budaya yang dapat mempromosikan kebudayaan milik kita. “Kepala satker perlu memberi dukungan untuk penyebarluasan informasi kebudayaan kepada masyarakat. Kepala perlu menuliskan berbagai pemikirannya sehingga dapat menjawab setiap pertanyaan yang muncul dari masyarakat. Suara dari kepala satker tersebut tampil sebagai jawaban resmi yang mewakili pemerintah pusat.” ujar beliau.

Beliau juga menyebutkan bahwa selain strategi tersebut, pada tahun ini Kemdikbud telah menyediakan anggaran sebesar 40 milyar khusus untuk publikasi, karena sehebat apapun strategi komunikasi publik yang telah disusun tanpa adanya dukungan anggaran maka ini juga akan sia-sia belaka.

Pada hari kedua dan ketiga pelaksanaan kegiatan Lokakarya Publikasi Kebudayaan seluruh admin/pengelola halaman web milik Ditjenbud mengikuti beberapa materi penting sebagai penambah pengetahuan yang dapat menunjang strategi komunikasi publik tersebut. Materi tentang strategi publikasi disampaikan Amalia Susilawati Prabowo (Grup Alibaba); penggunaan dan pengelolaan media sosial yang disampaikan narasumber Syafiq Pontoh; dan materi tentang teknik fotografi dan videografi menggunakan smartphone oleh narasumber dari NetTv.

Miftah Nasution