Gerakan Perlawanan Rakyat terhadap Kolonial Belanda di Aceh Tenggara Tahun 1904 (Bagian II)

0
3697

Penulis : Sudriman, S.S

                  Irini Dewi Wanti, S.S., M.SP

                  Iskandar Eko Priyotomo, S.S., M.Hum

Judul     : Gerakan Perlawanan Rakyat terhadap Kolonial Belanda

                   di Aceh Tenggara Tahun 1904

 Penerbit : Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh(2008)

 Halaman : 92 halaman

Konsolidasi Kekuatan Masyarakat Tanah Alas

Tembakan yang pertama di perbatasan Alas terjadi pada petang Kamis malam Jumat tanggal 25 Rabiul Awal 1322 H atau 9 Juni 1904 sebagai pertanda dari pihak pasukan pengawal perbatasan kepada kampung-kampung di seluruh lembah Alas, dari perbatasan timur sampai barat yang panjangnya lebih kurang 25 km, terbentang pada kiri kanan Sungai Alas.

Kemudian pada tanggal 10 Juni, Van Daalen memerintahkan psukannya untuk bergerak menuju kampung Geger yaitu kampung orang Alas pertama yang nereka temui. Kampung itu telah dikosongkan oleh penduduknya. Dengan menggunakan teropong, diketahui bahwa di atas bukit Kampung Tanjung terdapat pertahanan rakyat. Namun begitu, Van Daalen memutuskan untuk tiak mengganggu pertahanan rakyat tersebut. pasukan Belanda akhirnya bergeak menuki Kampung Lawe Bakong. Di Kampong Lawe Bakong ini pasuka Belanda mendapat perlawanan pertama dari rakyat Alas. Karena kalah jumlah, rakyat Alas kalah dalam pertempuran tersebut.

Pada 11 Juni pasukan melanjutkan perjalanan ke Lawe Sagu. Ternyata kampung tersebut telah dikosongkan pada malam hari sehingga pasukan masuk dengan muadh. Pada jam 10.00 pagi, 2 brigade melakukan pengintaian di Sekita Kute Reh. Pertahanan itu letaknya di dalam Kejuruan Bambel di bawah Reje Njuhar.

Perlawanan Rakyat di Kute Reh

Sasaran pertama dari penyerbuan pasukan kolonial Belanda dalam peperangan di daerah Alas adalah Kute Reh. Pada tanggal 13 Juni, Van Daalen memerintahkan pelaksanaan serangan umum terhadap Kute Reh dengan menggunakan seluruh kekuatan pasukan Marsose dibantu oleh pasukan bala bantuan dari Kutaraja dan Kuala Simpang. Penyerangan dilakukan oleh Letnan Christoffel, 3 brigade dipimpin oleh Letnan Watrin dibantu oleh Letnan van Braani Morris yang merupakan pasukan penyerbu.

Setelah pasukan Marsose mendekati kute, pejuang Alas melepaskan tembakan dengan gencar. Dalam hiruk pikuk tersebut, Kapten Scheepens, komandan pasukan penyerbu Marsose tertembak bahunya oleh pejuang Alas. Dengan susah payah akhirnya psukan Marsose berhasil mematahkan perlawanan rakyat Alas, berkat senjatanya yang lengkap dan modern serta pengalaman dan teknik peperangan yang lebih tinggi. Akhirnya, Kute Reh dapat dikuasai oleh Belanda dengan korban yang sangat besar di pihak rakyat Alas.

Perlawanan Rakyat di Kute Likat

Benteng pertahanan rakyat Alas di kampung Kute Likat menjadi sasaran kedua bagi serangan kolonial Belanda setelah Kute Reh. Kute Likat termasuk dalam daerah kekuasaan Kejuruan Batu Mbulen. Kute Likat ini dipertahankan oleh orang-orang Gayo Lues keturunan Raja Kemala Derna yang telah lama bermukim di Alas, ditambah lagi dengan pasukan pejuang Gayo Lues yang mengundurkan diri dari medan perang Gayo Lues, di samping Alas sendiri.

Pada tanggal 20 Juni Van Daalen mengambil keputusan untuk menyerang Kute likat tanpa memberi peringatan terlebih dahulu. Serangan tersebut dilancarkan dengan kekuatan 11 brigade pasukan Marsose. Perlawanan rakyat Alas dengan Pasukan Belanda adalah perlawanan pedang melawan peluru. Akibatnya, pertahanan rakyat Alas hancur dan hampir seluruh lelaki yang hidup dibinasakan oleh Marsose kecuali hanya tersisa 2 orang saja.

Perlawanan Rakyat di Kute Lengat Baru

Kute Lengat Baru adalah benteng ke-3 dan benteng terakhir akyat Alas yang menjadi sasaran penyerbuan pasukan kolonial Belanda di daerah Alas. Kute Lengat Baru terletak tidak jauh dari Kute Likat. Sebelum menyerang Kute Lengat Baru, pasukan Marsose melakukan patroli pembersihan di sekeliling daerah Lengat Baru dengan kekuatan 40 orang di bawah pimpinan Kapten Stolk dan de Graaf. Setelah segala persiapan dianggap sudah cukup matang, pasukan Marsose secara serentak menyerak Kute Lengat baru dari segala penjuru.

Perlawanan rakyat Alas demikian hebatnya sehinga sukar bagi pasukan Marsose untuk menembusnya, serangan tiba-tiba yang dilakukan oleh kaum pria dan wanita dari lubang-lubang persembunyian sewaktu-waktu dapat terjadi. Untuk mematahkan perlawanan rakyat yang nekad tersebut, Van Daalen memerintahkan membakar lubang-lubang persembunyian tersebut. akibatnya lubang perlindungan tersebut hancur dan kubu pertahanan rakyat pun lumpuh. Pada akhirnya, Kute Lengat Baru jatuh ke tangan pasukan Marsose. Korban pihak Alas dalam pertempuran ini adalah yang terbesar dari korban pertempuran Alas sebelumnya. Dengan pasukan Belanda dalam peperangan di Tanah Alas, berakhirlah operasi militer Belanda yang dipimpin oleh Letnan Kolonel G.C.E Van Daalen. Selanjutnya pasukan Marsose meneruskan operasi militernya ke Tanah Karo dan Tanah Batak.