FPTA 2019-Ada yang baru dan menarik pada gelaran Festival Permainan Tradisional Anak (FPTA) pada tahun 2019 ini. Berbeda dengan konsep gelaran FPTA tahun-tahun sebelumnya. Salah satu yang baru dan juga sangat menarik adalah sisipan permainan bude trieng yang dimainkan oleh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Banda Aceh, yang merupakan tanda dibukanya gelaran FPTA 2019 secara resmi.
Jika ditranslasikan kedalam Bahasa Indonesia, bude trieng adalah meriam bambu, merujuk kepada sebuah permainan yang lazim dimainkan oleh anak-anak zaman dahulu pada setiap memasuki bulan suci Ramadhan atau bulan puasa. Bagi Sahabat Budaya yang menghabiskan masa kanak-kanak pada era 1990an kebawah, pasti sudah tidak asing dengan permainan ini, apa lagi bagi kita yang dulunya tinggal di perkampungan yang dekat dengan hutan bambu, bisa dipastikan tidak asing lagi dengan permainan bude trieng ini.
Bagaimana mungkin kita bisa lupa sahabat, dulu saat kita pamitan keayah dan bunda untuk tarawehan di langgar-langgar ataupun mesjid-mesjid, akan tetapi kita malah asik bermain bude trieng bersama teman sepermainan di pinggir kali, menyahuti dentuman bude trieng yang berasal dari kampung tetangga di seberang kali, berjuang sampai kita kehilangan alis akibat terbakar oleh api yang tiba-tiba keluar dari lobang pada pangkal bude trieng yang langsung menyambar ke arah wajah kita. Harga diri kampung pun serasa terhina jika dentuman yang keluar dari bude trieng milik kita kalah besar dengan dentuman bude trieng milik kampung tetangga di seberang sana. Besok malam dapat dipastikan kita akan kembali membalas harga diri tersebut.
Ini jugalah yang diungkapkan oleh Walikota Banda Aceh, H. Aminullah Usman,S.E., Ak., M.M., sesaat selesai memainkan bude trieng yang sengaja disiapkan oleh panitia FPTA 2019 sebagai simbol pembuka gelaran FPTA 2019. Beliau teringat kembali saat beliau masih remaja dahulu, bude trieng ini merupakan permainan wajib yang beliau dan teman-temannya mainkan saat bulan suci Ramadhan tiba. Tidak jarang, alis beliau hilang sebelah saat memainkan bude trieng ini.
Kepandaian Walikota Banda Aceh dalam bermain bude trieng ini memang terlihat jelas, dari tiga buah bude trieng yang disiapkan oleh panitia untuk dimainkan bersama dengan Dandim 0101/BS Kota Banda Aceh beserta Kapolresta Banda Aceh, justru bude trieng beliaulah yang pertama kali mengeluarkan dentuman keras. Karena salah satu kunci permainan ini adalah pada suhu minyak tanah yang ada dalam bambu pada bude trieng ini, harus betul-betul panas. Untuk memanaskan minyak tersebut dibutuhkan keahlian, dan beliau telah menunjukkan keahlian beliau bermain bude trieng. Jika saja panitia memperlombakannya, pastilah Walikota Banda Aceh menjadi pemenangnya.
Kepunahan permainan bude trieng ini sejalan dengan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait larangan memainkan bude trieng karena dentumannya yang dapat mengganggu kenyamanan masyarakat umum. Namun, harapannya bukan larangan yang harus dikeluarkan oleh pemerintah akan tetapi aturan dalam memainkan permainan bude trieng. Bukan begitu Sahabat Budaya?
Miftah Nasution