CERITA MESJID BABUL KHAIR DI PULAU SIMEULUE

0
4174

Oleh: Cut Zahrina, Dahlia, Fariani, Muhammda Affan, Nasrulhamdani, Sudirman dan Titit Lestari

*merupakan salah satu hasil penelitian “Pemetaan Mesjid-Mesjid Bersejarah di Aceh dan Sumatera Utara” di BPNB Aceh

Mesjid Babul Khair di Pulau Simeulue (Foto: Cut Zahrina, Dahlia dan Fariani)
Mesjid Babul Khair di Pulau Simeulue
(Foto: Cut Zahrina, Dahlia dan Fariani)

 

  Mesjid Babul Khair atau Mesjid Teungku Di Ujung

Mesjid Babul Khair terletak di Desa Kuta Padang, Kecamatan    Simeulu Tengah, Kabupaten Simeulu Provinsi Aceh.  Bangunan  Mesjid yang sekarang ini merupakan bangunan baru sebagai  pengganti Mesjid tua yang pernah berdiri sebelumnya. Adapun  cikal bakal berdirinya Mesjid Babul Khair pertama sekali  dibangun oleh Tgk Khalilullah atau dikenal juga dengan nama  Teungku Di Ujung, di lokasi Desa Latak Ayah dekat pantai  tepatnya di muara teluk Kuta Padang dilokasi ini juga terdapat makam Tgk Khalilullah. Pada awalnya Mesjid yang dibangun oleh Tgk Khalilullah dalam bentuk sangat sederhana berbentuk bujur sangkar dengan tiang-tiang kecil dari kayu dan beratap rumbia.

Kisah perjalanan Tgk Kalilullah ke pulau Simeulu diperkirakan pada abad 17 ketika Aceh diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1607–1636) beliau berasal dari Sumatera Barat (Padang) yang hendak menunaikan haji, namun sebelum berangkat ke Mekkah beliau singgah di Aceh dan hendak bertemu dengan sultan. Setelah bertemu dengan sultan maka berlangsunglah dialog antara Khalilullah dengan Sultan Iskandar Muda sehingga sultan  meminta kepada Tgk. Khalilullah untuk mengislamkan masyarakat Simeulu. Hal  itu lebih besar pahalanya daripada menunaikan ibadah haji. Sultan juga menjodohkannya dengan Putri Melur setelah itu berangkatlah Khalilullah menuju Simeulu untuk saling bahu membahu dalam menyiarkan Islam di sana. Bersamaan dengan itu untuk meningkatkan pengembangan agama Islam di sana maka Tgk. Khalilullah membangun sebuah Mesjid dalam bentuk yang sangat sederhana, Mesjid tersebut digunakan sebagai tempat aktivitas agama. Kemudian Mesjid tersebut diberikan nama Babul Khair.

Mesjid Babul Khair dalam kurun waktu sekian lama tentu saja aus dan keropos dimakan usia, sehingga dilakukan renovasi beberapa kali. Pada tahun 1907 terjadi gempa bumi dan smong atau Tsunami di Simeulue dan menghancurkan  bangunan Mesjid di sekitar pantai itu. Berdasarkan kesepakatan beberapa tokoh masyarakat maka Mesjid ini dibangun kembali, namun lokasinya bukan ditempat bangunan lama dipindahkan ke tempat yang lebih nyaman yaitu lokasi Desa Kuta Padang sebagaimana yang terlihat sekarang ini. Pembangunan Mesjid Babul Khair yang baru tetap mengikuti bentuk dan pola bangunan Mesjid yang lama yaitu masih berkonstruksi kayu berbentuk bujur sangkar, dengan atap tingkat dua memiliki kubah sebanyak satu buah. Pada 2004 yaitu terjadi lagi gempa dan tsunami Mesjid Babul Khair juga mengalami kerusakan di beberapa bagian terutama pada tiang-tiang Mesjid yang retak-retak yaitu akibat gunjangan gempa.

Mesjid Babul Khair juga terkenal dengan nama Mesjid Tgk Di Ujung, hal itu untuk  mengenang jasa tokoh pendirinya yaitu Tgk Khalilullah yang sering dipanggil oleh masyarakat setempat dengan nama Tgk Di Ujung. Arsitektur Mesjid Babul Khair yang baru tetap mengikuti pola bangunan yang lama yaitu berbentuk bujur sangkar, dengan arah hadap ke timur. Namun bahannya sudah berbeda dengan bahan bangunan lama. Mesjid yang lama bahan bangunannya adalah kayu sedangkan yang baru bahan bangunannya terbuat dari bata, semen dan kayu, dengan lantai terbuat dari keramik berwarna putih. Pintu masuk ruang utama terdapat  di sisi timur dan utara, terbuat dari jeruji besi yang dicat dengan warna hijau.

Tiang-tiang di dalam ruang utama berjumlah 30 buah dan dibentuk lengkungan pada bagian atasnya. Konstruksi bangunan atas masih terbuat dari dinding-dinding kayu yang sudah keropos dan rusak. Dinding terbuat dari tembok, pada bagian atas dinding sisi utara dan selatan diberi hiasan terawangan dari beton, sekaligus berfungsi sebagai sirkulasi udara. Sedangkan  dinding sisi timur terbuat dari susunan tembok bermotif terawang dan diatasnya terdapat jalusi terbuat dari besi bermotif bunga. Jendela terdapat pada dinding sisi utara berjumlah 6 buah dan pada dinding sisi selatan berjumlah 7 buah masing-masing terdiri dari tiga daun jendela yang terbuat dari kaca bergaya spanyol. Bentuk atap bertingkat dua  terbuat dari seng.

Teras terdapat di sisi timur dengan pintu masuk berada di sisi timur dan utara.  Di sisi barat terdapat ruangan mihrab yang berbentuk tiga buah relung yang ditopang dengan 4 buah tiang  yang direlif. Pada relung  tengah terdapat mimbar terbuat dari kayu  berbentuk meja dan pada bagian belakang mimbar diberi dinding dibentuk seperti kubah terbuat dari tripleks.  Ditengah-tengah atap kedua  terdapat sebuah kubah berukuran besar terbuat dari susunan kayu sirip berwarna hitam. Diatas kubah terdapat mustaka berbentuk segi menyerupai bentuk batu permata dan diakhiri dengan tiang.