Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan, hal yang paling ditunggu-tunggu oleh umat muslim adalah merayakan Idul Fitri bersama keluarga. Selain ajang silaturrahmi dan bermaaf-maafan, Idul Fitri identik dengan berbagai makanan khas yang lezat yang biasanya disantap usai melaksanakan Shalat Ied. Di dataran tinggi Gayo, ada satu hidangan khas yang hanya khusus dikonsumsi pada hari Lebaran, hidangan itu disebut dengan Cecah Reraya.
Cecah reraya atau juga disebut dengan cecah kekulit adalah makanan berupa gulai yang dibuat dari kulit, hati, otak, daging dan bagian tubuh lainnya yang bisa dikonsumsi dari kerbau atau sapi yang biasanya tak terpakai dalam masakan lauk. Cecah reraya merupakan kreativitas dari endatu suku Gayo memanfaatkan sumber makanan agar tidak terbuang begitu saja. Bagi masyarakat Gayo, cecah reraya merupakan menu selamat tinggal bulan Ramadhan dan selamat datang 1 Syawal, hari kemenangan. Cecah ini dipercaya berkhasiat mencegah terjadinya gangguan organ pencernaan bagi orang yang berpuasa selama bulan Ramadhan.
Yang membuat cecah reraya menjadi khas adalah karena citarasa kelat dari bumbu khusus serutan pohon uwing atau tingkem yang diperas getahnya. Rasa kelat inilah yang diyakini membantu proses penyesuaian kondisi pekerjaan organ perut dari berpuasa ke kondisi yang tidak lagi berpuasa.
Cara meraciknya yaitu, bahan-bahan dirajang halus setelah direbus hingga lunak. Khusus untuk kulit setelah dipanggang terlebih dahulu hingga bulu-bulu gosong terbakar. Bagian yang gosong diserut dengan pisau dan direbus hingga kulit tersebut lunak.
Kulit uwing atau tingkem diserut halus lalu diperas airnya dan dicampur dengan bumbu lainnya diantaranya bawang putih, bawang merah, merica, lengkuas, asam sunti, asam jawa, ketumbar, kelapa gonseng dan garam. Seluruh bumbu yang telah digiling halus dicampurkan dengan bahan cecah reraya lainnya dan langsung bisa disajikan.
Cecah reraya adalah kearifan lokal suku bangsa Gayo dalam mengolah bahan makanan sehingga memiliki cita rasa yang lezat dan memiliki khasiat tersendiri bagi yang mengkonsumsinya. makanan ini sangat baik untuk dikonsumsi di hari raya untuk mengantisipasi rasa sebah dan sakit perut akibat kebanyakan makan di hari lebaran. Kehadirannya di setiap hari raya membuat makanan ini melengkapi kebahagiaan, kemenangan dan momen silaturrahmi di hari Idul Fitri.
Penulis: Kodrat Adami
Sumber foto: http://dina20yunita.blogspot.com