BINES: Tradisi Berkesenian di Dataran Tinggi Gayo

0
5334

IMG_8888 - Copy

Assalam ke mualaikum 

Jamut murun murun ganti ni mat jari

Salam salaman ari kami

Selaku pemberkat 

 Seni adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Gayo Lues. Seni selalu ada di setiap sendi kehidupan mereka. Seni juga mempengaruhi perkembangan hidup masyarakat sampai saat ini. Bahkan dalam setiap upacara daur hidup, seni memiliki peran yang tidak dapat dikesampingkan.

Dalam potongan wawancara dengan Ali Husin (45), Ketua Dewan Kesenian Aceh Kabupaten Gayo Lues yang juga menjabat sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Gayo Lues menyampaikan bahwa pada salah satu pidato Bupati Gayo Lues pernah menyebutkan, meski ber-seloroh, “pemimpin Gayo Lues itu harus menguasai seni tradisi.” Menurut penuturan Ali Husin:

“sampai saat ini sudah begitu kenyataannya, saya pun menjadi anggota DPRD sekarang karena saya syeh dalam Saman. Pendidikan saya hanya Sarjana Hukum, ilmu pun biasa saja, latar belakang keluarga juga seniman, tidak ada yang politisi, sehari-hari hidup bertani dan menggembala ternak, tidak ada yang istimewa. Yang saya tahu, orang Gayo mengenal saya, kepribadian saya, dan kemampuan saya melalui penampilan Saman dari satu pementasan ke pementasan lainnya. Tanpa saya sadari,  saya semakin dikenal orang. Dan orang mengenal saya sebagai Syeh Saman.”

Penjelasan responden di atas dengan jelas menunjukkan bahwa tradisi berkesenian di Gayo Lues lebih dari sekedar media pertunjukan seni, utamanya seni tari.

Tari Saman adalah tari yang sudah lumrah dan sering kita dengar dan lihat. lalu, bagaimana dengan Tari Bines? Tari ini sesungguhnya merupakan tari yang tidak kalah bermaknanya dengan Tari Saman khususnya bagi masyarakat Gayo. Tari Bines lahir sebagai “belahan jiwa” Tari Saman. Dahulu, dalam setiap jalu (pertandingan) Saman, Tari Bines ditampilkan pada jeda penampilan satu grup Saman dengan grup Saman lainnya.

Berdasarkan keterangan lisan dari Syafruddin (40) Kepala Bidang  Pariwisata Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kab. Gayo Lues Tari Bines sudah muncul sejak dulu tanpa ada yang dapat memastikan kapan tepatnya tarian ini muncul. Namun, dapat dipastikan bahwa tarian ini justru muncul karena para perempuan di Gayo Lues tidak diperbolehkan menari Tarian Saman yang keras dan kencang serta diikuti dengan gerakan memukul-mukul dada, sehingga para leluhur dulu menciptakan tarian lain yang dianggap layak untuk ditarikan oleh para perempuan.

Sejak dulu hingga sekarang, tari ini sering ditarikan oleh perempuan dan diawali dengan lantunan syair yang dinyanyikan beralun dan dinyanyikan lebih dahulu oleh seorang dari penari yang terdepan. Syair awal pada setiap unit gerakan tersebut disebut reudet dan kemudian dinyanyikan oleh penari lainnya secara serempak atau disebut saur dalam gerakan berdiri, berlingkar, berbaris hingga bersaf. Umumnya tarian ini ditampilkan oleh satu grup tari berjumlah 12 orang perempuan namun dapat pula ditampilkan oleh hingga 40 orang dengan durasi penampilan kurang lebih 30 menit.

Kunci Gerak Tari Bines adalah, surang saring yang berarti selang seling, rempak  adalah gerakan satu arah dan sama, alih adalah gerakan perubahan (alih tangan) dari bertepuk ke gerakan tangan yang lain seperti gerakan mengayun tangan dan langkah, gerakan yang menunjukkan langkah kaki yang selalu dilakukan sambil membentuk pola lantai U dan pola lantai baris berbanjar. Tari Bines selalu diawali dengan syair Birsemillah…. diikuti dengan gerak pola lantai Letter U dan diakhiri dengan ucapan Eeee….Uuuuu…., merupakan gambaran kesenangan gadis-gadis Gayo setelah melakukan satu tarian Bines.

IMG_8878
Gerakan Salam pada pola Letter U

Dilihat dari eksistensinya dalam kehidupan masyarakat Gayo Lues hingga saat ini,Tari Bines sudah menjadi sebuah tradisi yang membumi, yang tidak putus pewarisan dan kaderisasinya serta tidak lekang dimakan oleh perubahan zaman karena perubahan yang membentuk Tari Bines sekarang ini tidak menghapus citra dan hakikat Tari Bines itu sendiri. Tari Bines merupakan sebuah tradisi berkesenian yang mengakar dan membumi, diwariskan dan mampu bertahan dalam derasnya arus perkembangan zaman dengan hanya mengalami beberapa perubahan yang menjadikannya Tari Bines yang dapat kita nikmati sampai saat ini.

Hal ini pula yang membedakan Tari Bines di Gayo Lues dengan Tari Bines di daerah lain. Eksistensi Tari Bines di Gayo Lues juga telah menjadi sosok yang dengan-nya masyarakat dapat mengekspresikan diri dan eksistensi diri kesukuan masyarakat Gayo Lues dapat disempurnakan.

–Ahmad Syai, et al, 2012, “Bines Tradisi Berkesenian di Dataran Tinggi Gayo”. Banda Aceh, Balai Pelestarian Nilai Budaya.—