Banda Aceh-Butuh unit khusus serta strategi baru buat sekedar menekuk lutut para pejuang Aceh di hadapan pemerintah kolonial Hindia Belanda pada masa lalu. Koninklijk Nederlands-Indische Leger, biasa kita kenal dengan singkatan KNIL, sudah angkat tangan dengan kegigihan rakyat Aceh. Inilah yang mendasari berdirinya Marechaussee te Voet (Marsose dalam Bahasa Indonesia) pada 20 April 1890 yang hari ini merupakan salah satu cikal bakal dari Korps Speciale Troepen alias kesatuan pasukan khusus milik Belanda.
Selain poto-poto masa lalu, Peutjut Kerkhof merupakan satu-satunya saksi bisu dari keberadaan unit khusus (Marsose) ini di Nusantara. Ada beberapa pemakaman peninggalan masa kolonial yang diperuntukkan khusus bagi bangsa asing/Eropa, akan tetapi hanya Peutjut Kerkhof inilah satu-satunya tempat pemakaman khusus militer pada masa kolonial di Indonesia. Di dalamnya terdapat 2200 makam prajurit dan perwira yang berasal dari KNIL dan Marsose yang kesemuanya merupakan korban dari kegigihan para pejuang Aceh.
Awalnya, pada abad ke-17, Peutjut Kerkhof ini merupakan makam dari Meurah Pupok atau yang sering dipanggil dengan Pocut. Beliau merupakan putra mahkota dari Iskandar Muda, penguasa Kerajaan Samudera Pasai. Pada masa kolonial Hindia Belanda makam ini dijadikan sebagai pemakaman khusus bagi bangsa asing yang berasal dari timur dan terkhusus bagi bangsa barat/Eropa. Sejak itulah pemakaman ini dinamakan dengan Peutjut Kerkhof, Peutjut merujuk dari nama panggilan Meurah Pupok yakni Pocut, dan Kerkhof yang artinya adalah halaman gereja, merujuk kepada kebiasaan orang Eropa yang mayoritas beragama Nasrani yang menjadikan halaman gereja sebagai tempat pemakaman.
Banyak masyarakat yang tidak mengetahui dan tidak peduli dengan keberadaan Peutjut Kerkhof ini. Padahal ini adalah satu-satunya pemakaman militer peninggalan pemerintah kolonial Hindia Belanda yang ada di Indonesia. Untuk itulah pada tanggal 18 Oktober 2016 kemaren Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh bekerja sama dengan Peutjut Stichting-Fonds (Yayasan Dana Peutjut) melaksanakan kegiatan Dialog Kesejarahan dan Pameran Foto Aceh Tempo Doeloe dengan tema Aceh Looking Back bertempat di Peutjut Kerkhof. Dialog kesejarahan yang ditayangkan offline di i-News (tv lokal) ini diisi oleh Mr. R. J. Nix (Ketua Peutjut Stichting-Fonds untuk Belanda), bapak Rusdi Sufi (Ketua Peutjut Stichting-Fonds untuk perwakilan Indonesia), ibu Irini Dewi Wanti (Kepala BPNB Aceh), dan bapak M. Riza (Kadisbudpar. Kota Banda Aceh).
Pada sesi dialog ini para narasumber bercerita tentang sejarah Kerkhof, menerangkan tentang pentingnya keberadaan Kerkhof, memposisikan Kerkhof sebagai sebuah monumen yang melambangkan simbol perdamaian. Sudah saatnya kita berdamai dengan masa lalu. Selain acara Dialog Kesejarahan, di Peutjut Kerkhof juga diadakan rangkaian acara Pameran Foto Aceh Tempo Doeloe. Pameran ini merupakan pameran terbuka yang akan memajang puluhan foto Aceh di masa lalu. Pameran ini akan berlangsung selama satu bulan, sejak tanggal 18 Oktober s/d 10 November 2016.
Sobat, silah berkunjung bila ada waktu luang agar kita bisa melihat betapa hebatnya perjuangan rakyat Aceh tempo doeloe. Sekalian selfie atau groupie sobat, siapa tahu foto para sobat bisa jadi pemenang pada ajang foto terbaik yang akan kita adakan dalam waktu dekat di akun instagram kita sobat. Ditunggu yah sobat.
🙂