Didisen, Teknik Menangkap Ikan Depik Gayo

0
1702
DIdisen, Teknik Menangkap Ikan Depik

Sobat Budaya, pernahkah anda mengunjungi dataran tinggi Gayo? Yang terletak di wilayah tengah provinsi Aceh ini merupakan salah tujuan favorit untuk dikunjungi di Aceh. di Gayo, pengunjung bisa menikmati kopi gayo yang memiliki aroma dan cita rasa yang khas sambil menikmati pemandangan alam Gayo yang indah dengan iklim yang sejuk khas pegunungan. Namun tahukah Sobat? selain kopi, Gayo juga identik dengan ikan depik, ikan endemik Danau Laut Tawar di Aceh Tengah. Ikan depik (Rasbora tawarensis) memiliki ukuran yang mungil, mirip teri. Bentuknya longjong, memiliki bagian punggung yang berwarna hitam, dan bagian perut ikan berwarna putih lembut. Ikan ini bisa ditemukan setiap waktu. Namun, ada waktu-waktu di mana ikan depik naik ke permukaan atau muncul dalam jumlah banyak. Masyarakat Gayo menyebutnya musim depik. Musim depik biasanya mucul pada saat awal musim hujan dan awal musim kemarau, ditandai dengan munculnya angin yang berhembus kencang disertai dengan hujan deras dan gerimis. Pada waktu-waktu itu ikan depik melakukan migrasi dengan tujuan menyesuaikan dengan suhu air.

Banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat Gayo untuk menangkap ikan depik, salah satunya yaitu dengan menggunakan alat yang disebut didisen. Didisen adalah kearifan lokal masyarakat Gayo untuk memperoleh ikan depik dengan kualitas yang baik. Teknik ini telah lama dipraktikkan oleh masyarakat Gayo dengan memanfaatkan mata air yang keluar dari dari batu gunung danau Lut Tawar dan membuat perangkap yang sedemikian rupa sehingga mengundang ikan depik untuk masuk ke dalam perangkap dengan sendirinya.

Bagian didisen yang pertama adalah batur, tanggul batu sejajar yang memunggungi mata air dan mengarah ke danau, sedangkan di bagian belakang dibuat pintu masuk yang dipasangi segapa. Segapa adalah perangkap ikan depik, dibuat dari rautan bambu seukuran lidi. Penampangnya berbentuk ring dengan diameter 30 cm, dilengkung dengan sebilah rotan besar bernama deku. Sedangkan dibagian tengah makin mengerucut, dibentuk dengan rotan kecil, dinamakan ongko. Diujungnya ada cemucut, pertemuan sejumlah rautan bambu, sehingga ikan depik yang sudah masuk, tidak bisa keluar. Ikan depik yang melewati segapa kemudian berkupul di dalam tung,

Sebelum tiba musim depik, nelayan harus membersihkan bebatuan di dasar air pada bagian depan tanggul, maupun dalam tung, yaitu wadah berbentuk kotak persegi yang menampung ikan yang terperangkan dan juga sebagai saluran air yang keluar dari mata air menuju danau. Alat pembersihnya menggunakan dayung, caranya seperti mendayung perahu, sehingga sedimen dibebatuan terangkat dan hanyut terbawa arus air.

Pada saat musim depik tiba, rombongan ikan-ikan depik dengan sendirinya akan menuju ke arah didisen karena dari dalam didisen ini mengalir air yang bersih serta dingin yang sangat disukai ikan depik untuk bertelur. Semakin lama jumlah ikan depik yang terperangkap mulai bertambah banyak, karena banyak kawanan ikan depik lainnya yang ikut masuk ke dalam tung karena tertarik dengan aroma ikan depik yang terlebih dahulu masuk ke tung. Ikan depik yang sudah melewati segapa, akan terjebak dalam tung, kotak kayu yang lantainya diserak batu dan kerikil. Ikan depik yang didapatkan dengan didisen kualitasnya lebih bagus daripada yang didapat dengan dijaring karena  bagian tubuhnya masih utuh, sehingga harganya lebih mahal. Ikan depik kemudian diolah dengan bumbu-bumbu seperti pada peungat, depik tangkep, dan dedah. Atau dimasak sederhanan dengan cara dipepes, dibakar, atau digoreng, sangat cocok dijadikan sebagai lauk pauk pendamping nasi. Gimana Sob, tertarik mencoba?

Artikel: Kodrat Adami

Foto: internet, merahputih.com