Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh, wilayah kerja Provinsi Aceh dan Sumatera Utara, Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Kebudayaan – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk pertama kalinya, sukses menggelar ULOS EXTRAVAGANZA di Sipinsur Geosite Park Kab. Humbang Hasundutan.
COVID 19 telah mengubah tatanan hidup manusia di seluruh dunia. Kerugian tak terniliai, penderitaan tak terhitung, melanda semua sektor, tak terkecuali bidang budaya. Banyak hal yang dipaksa berhenti hingga batas waktu yang tidak dapat ditentukan. Siapapun tidak mampu melawan kondisi ini. Pada akhirnya seluruh makhluk hidup di muka bumi diminta berdamai dengan virus yang menakutkan itu. Di Aceh, budaya juga mengalami perubahan yang signifikan. Seniman, budayawan, pegiat dan praktisi budaya kehilangan ruang untuk mengekspresikan karyanya, bahkan kehilangan mata pencaharian.
Kondisi yang sungguh memprihatinkan ini menuntut hadirnya negara untuk memberi solusi atas keadaan yang belum tampak tanda-tanda akan berakhir ini. Di sinilah Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh hadir untuk memecah kebuntuan dan mencoba meghidupkan kembali kegiatan budaya dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan program pemerintah dalam hal menghadapi pandemi covid 19. Salah satu caranya adalah dengan membuka peluang berkegiatan dalam program-program virtual, memanfaatkan aplikasi-aplikasi daring yang sesuai dengan substansi karya budaya yang diangkat.
Kepala BPNB Aceh, Irini Dewi Wanti, S.S., M.SP. menyampaikan bahwa program Ulos Extravaganza ini digagas sebagai acara yang mengangkat karya budaya berupa tenun tradisional khas masyarakat etnis Batak di Sumatera Utara yang disebut Ulos. Ulos dengan segala nilai budaya yang melekat di dalamnya telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada tahun 2014. Ini menunjukkan bahwa secara hukum ulos sudah menjadi kekayaan Indonesia yang harus diperhatikan kelestariannya. Sejak penetapan itu, tanggal 17 Oktober ditetapkan menjadi Hari Ulos yang oleh masyarakat Batak dan dirayakan dengan segenap rasa bangga.
Adalah sebuah kebanggaan bagi BPNB Aceh dapat menghadirkan sejumlah karya perancang busana asli Batak dari Kab. Tapanui Utara dan Samosir; Manjungjung Hutabarat, Tri Meyani Malau, Anastasya Simanjuntak dan Perri Sagala. Busana yang didesain dalam tema Modis dan Etnik mengangkat beberapa jenis Ulos seperti Ulos Sadum, Ulos Pelangi ‘ragihuting’, Ulos Sibolang, Ulos Pinucaan, Ulos Mangiring yang melalui tangan-tangan muda terampil itu dikreasikan menjadi busana indah dan trendi agar digandrungi semua lapisan masyarakat termasuk kaum milenial. Sehingga tampil trendi dengan ulos dapat dikampanyekan sebagai gerakan bersama mencintai Ulos.
Ulos tidak hanya sekedar kain bagi mereka, ulos memiliki ragam dengan peruntukannya masing-masing, berbeda motif berbeda pula makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Ulos kerap kali tampil dalam setiap upacara adat yang diselenggarakan menyangkut daur hidup masyarakat, sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Namun melalui Ulos Extravaganza, BPNB Aceh mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mengenal Ulos lebih dekat dan ikut bangga memakai Ulos sebagai salah satu identitas keindonesiaan.
Artikel: Kodrat Adami
Foto: