Datuk Rambai adalah seorang pengembara yang berasal dari daerah Aceh datang ke Kubu, daerah yang hari ini bernama Desa Nilap, Kecamatan Kubu Babussalam, Kabupaten Rokan Hilir, Riau. Ia datang ke Kubu untuk mengembangkan ajaran agama Islam . Nama aslinya Teuku Abdullah Pasai.
Nama Datuk Rambai sebenarnya bukanlah nama asli dari makam yang dianggap keramat tersebut. Nama itu diberikan masyarakat atas dasar adanya sebuah pohon rambai ditempat makam beliau berada. Maka dari hal itulah makam Teuku Abdullah Pasai ini diberi nama atau julukan sebagai Datuk Rambai. Tradisi ziarah ini dahulu bermula pada saat Tuan Guru Babussalam Syekh Abdul Wahab Rokan mengutus seorang menantu Beliau bernama Tuan Haji Abdul Fattah untuk ziarah ke makam Teuku Abdullah Pasai di Kubu. Beliau dan para jemaahnya berdoa kepada Allah,
semoga Negeri Kubu selalu dalam lindungan Allah dan dijauhkan dari segala macam bala serta wabah penyakit yang melanda daerah kubu saat itu.
Pada pelaksanaan Tradisi Ziarah Makam Datuk Rambai terdapat beberapa hal penting yang terbagi atas dua. Pertama, Tradisi Ziarah Makam Datuk Rambai dalam acara ritual tolak bala. Kedua, Tradisi Ziarah Makam Datuk Rambai dalam membayar niat (bernazar). Tradisi Ziarah Makam Datuk Rambai dalam acara ritual tolak bala dilaksanakan sekali dalam setiap tahunnya pada saat hari
keempat Idul Fitri. Upacara dimulai dari pukul 8 pagi hingga selesai, dengan tujuan untuk menolak bala serta membuang segala bentuk hal-hal buruk dan juga penyakit ke laut.
Pemimpin ritual tolak bala disebut dengan Atik oleh masyarakat kubu, dimana Atik ini didampingi oleh beberapa ustadz dalam ritual tolak bala yang bertugas membacakan ayat-ayat Al Quran setelah berzikir, dan juga terkadang membaca doa apabila sewaktu- waktu disuruh oleh sang Atik. Perlengkapan dan peralatan dalam acara ritual tolak bala ini ialah berupa bekal atau bokal dalam bahasa setempat yang berisikan nasi beserta lauk- pauknya, air mineral/air minum, mikropon atau pengeras suara, umbul-umbul atau bendera warna-warni, serta yang paling utama yaitu pompong (perahu motor) sebagai media kendaraan dalam pelaksanaan acara ritual tolak bala.
Tradisi ziarah makam Datuk Rambai dalam membayar niat (bernazar) biasa dilaksanakan oleh masyarakat yang mempunyai niatan/nazar saja yang sifatnya perorangan ataupun dalam cakupan kecil saja.Sistem nilai tradisi ziarah makam Datuk Rambai ini terdiri atas beberapa aspek yang tergambar pada Nilai Sejarah, Nilai Simbol pada Kain Putih, Nilai Keagamaan (Religius), dan Nilai Kekeluargaan.
Sumber: Haryandi, Ziarah Makam Datuk Ramai di Desa Nilap, Kecamatan Kubu Babussalam, Rokan Hilir. Jurnal Sosiologi FISIP Unri.
https://media.neliti.com/media/publications/127456-ID-tradisi-ziarah-makam-datuk-rambai-pada-m.pdf