Tonil, Menghibur Perantau Saat Mudik Lebaran

0
2056
Penampilan tonil di Balai Desa Sungai Pinang, Lingga. Foto:marwahkepri.com

Tonil adalah sebuah sandiwara. Seni pertunjukan tonil itu sendiri dalam tradisi Melayu memang ada sejak dahulu. Tonil merupakan satu produk budaya Melayu dalam bentuk
sandiwara yang hidup dan tumbuh subur di Riau dan Kepulauan Riau sejak lama. Tahun 1980-an begitu hidup.

Di dalam kisah yang dimainkan, komedi atau kelucuan menjadi bagian penting sembari menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat pada masa dahulu. Budaya humor ini dalam kebudayaan Melayu dapat pula ditandai saat mulai berkembangnya dunia seni pertunjukan tradisional seperti Mak Yong, Bangsawan, Mendu, Mamanda, Randai Kuantan dan tradisi lisan lainnya. Bumbu humor selalu menjadi bagian terpenting dari setiap pertunjukan baik dari sisi improvisasi para pemain maupun karakter tokoh dan kemasan cerita yang dipentaskan.

Menyaksikan tonil yang penuh pesan ini, sudah pasti terhibur. Keletah, senda gurau yang menghibur membuat penonton terbahak-bahak. Membangkit batang terendam.
Sejumlah pelaku seni Desa Sungai Pinang, kecamatan Lingga Timur menggelar pementasan di Balai Desa Sungai Pinang tanggal 29 Juni lalu. Para pemain
tonil selama dua malam berhasil memecah tawa puluhan warga yang menyaksikan.

Warga terlihat antusias karena tonil itu menceritakan sedikitnya tentang kehidupan bermasyarakat. Suasana kemelayuan masih kental terasa dengan bahasa yang digunakan. Karakter yang lucu dari tiap pelaku seni membuat suasana seisi gedung balai desa riuh dengan tawa. Tonil ini juga terdapat unsur pendidikan keagamaan yang membangun.

Salah satu pelaku seni, Rajiman mengatakan kegiatan yang dilakukan merupakan inisiatif kawan-kawan guna mengisi kekosongan acara disuasana hari raya idul fitri 1438 H ini.
“Untuk menghibur sesama. Kita berharap semoga masyarakat terhibur. Perantau banyak yang mudik,”kata Rajiman.

Sementara disisi lain suksesnya pementasan ini dia sampaikan tidak melalui anggaran yang banyak. Acara digelar dengan dana suka rela.
“Kami juga minta secara ikhlas tiap penonton, nak kasihnya berapa. Nak Rp 1.000, 2.000 maupun 5.000,”ujarnya.

Tidak hanya warga desa Sungai Pinang, beberapa warga sekitar juga turut menyaksikan. Sementara salah satu penonton mengakui senang melihat pertunjukan teater tersebut. Tampilan pelakon yang lucu dia katakan berhasil memecahkan tawa seisi ruang, tidak terkecuali dirinya.”Luculah, orang-orang tua memang pandai berlakon,”ujar dia.**