Penaga Jadi Kawasan Wisata Melayu

0
301
Diskusi Wakil BP Kawasan Bintan dengan staf BPNB Kepri di Ruangan Perpustakaan.

* BP Kawasan Bintan Kunjungi BPNB Kepri

Anggota Badan Pengusahaan (BP) Kawasan Free Trade Zone Bintan menyambangi kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepri, Selasa (17/10)kemarin. Dalam diskusi, BP Kawasan Bintan memintan masukan terkait rencana menjadikan Penaga di Bintan menjadi kawasan wisata Melayu.

Wakil Ketua Bidang Pengawasan BP Kawasan FTZ Bintan, Radif Anandra mengatakan, pihaknya berupaya menjadikan kawasan wisata Melayu di Penaga.Sejauh ini Bintan belum memiliki kawasan yang jadi unggulan untuk wisata budaya.”Makanya kami datang ke BPNB Kepri. Kami banyak masukan terkait budaya baik tradisi maupun kesejarahan yang ada di Bintan. Ternyata di Penaga sendiri ada tarian Melemang. Kami belum tahu ini,”kata Radif dalam diskusi.

Berbagai potensi budaya yang ada di Bintan akan dikumpulkan dan jadi bahan paparan untuk promosi Penaga jadi kawasan wisata Melayu. Mereka mengumpulkan bahan-bahan terkait arsitektur rumah Melayu, pakaian maupun tradisi yang lainnya. “Kami akan paparkan di Jakarta dalam waktu dekat. Nantinya juga dipaparkan pada invenstor dari Hongkong. Konsepnya di Penaga nanti ada kawasan wisata Melayu. Ada rumah adat, rumah penduduk berornamen Melayu. Tradisi Melayu Bintan juga ditampilkan di sana. Termasuk kesenian khas Bintan, seperti Makyong, melemang dan sebagainya
,”ujarnya.

Peneliti Madya BPNB Kepri, Anastasia Wiwik Swastiwi P.hD menilai, Penaga tepat dijadikan pusat wisata Melayu. Bintan, katanya memiliki sejarah panjang sebagai cikal bakal Kemaharajaan Melayu. Pusat Kerajaan Bentan (Bintan) dulunya dikawasan Kota Kara yangn letaknya sekitaran Gunung Bintan. Daerah ini dekat dengan kawasan Penaga, Tembeling dan Pengujan, daerah tua di Bintan yang sangat bersejarah. “Dari Bintan semuanya bermula. Dari Bukit Siguntang, pindah ke Bintan. Baru ke Tumasik, Malaka, baru kembali ke Bintan.
Jadi awal Kemarajaan Melayu berawal dari Bintan ini,”kata Wiwik.

Dalam kunjungan ini, Wiwik menyerahkan sejumlah buku refensi terkait sejarah dan budaya Melayu baik Bintan, Anambas dan juga Jambi.
Radif Anandra mengapresiasi banyaknya informasi dan data-data yang disampaikan dalam diskusi. “Banyak budaya Melayu Bintan yang belum tergali dan kami tahu,”
ujarnya.**