Orang Laut Menginspirasi

0
352
Potret Orang Laut Lingga foto:hasbi
  • Masuk 10 Proposal Eagle Award 2017

Penggiat Budaya Kemdikbud yang bertugas di Lingga, Kepri, Muhammad
Hasbi mencatat prestasi membanggakan. Karyanya, naskah Film Dokumenter:
Diaz “Membaca Orang Laut” masuk 10 besar Proposal Ide Terbaik Eagle
Award  Documentary Competition 2017 dengan tema Indonesia Cerdas.

Hasbi bersama Muhammad Hasanul Asyary mengangkat tema Orang Laut di
Lingga melalui sosok Densy Fluzianti atau yang akrab disapa Densy Diaz.
“Alhamdulillah, proposal kami tembus 10 besar. Dalam waktu dekat kami
berangkat ke Jakarta untuk penjurian tahap selanjutnya. Piching
forum,”kata Hasbi, kemarin.

M Hasbi

Putra Lingga ini mengaku sangat mengagumi sosok Orang Laut. Orang laut dianggapnya selalu menginspirasi. Orang laut diyakininya dapat kembali menjadi ujung tombak Maritim di Indonesia. Mereka memiliki Kebolehan membaca angin, bintang, pasang dan surut. Selama ini kearifan lokal Orang Laut selalu diabaikan. “Ada sosok manusia seperti Bu Densy Diaz yang datang dari daerah berbeda. Tapi memiliki kepedulian terhadap Orang Laut Lingga,”ujarnya.

Densy sendiri sosok menarik. Wanita kelahiran Curup, Rejang Lebong,
Bengkulu ini awalnya datang ke Lingga karena ikut suaminya yang bekerja
di kapal kargo. Ia sering jalan-jalan ke pulau-pulau dan melihat
kondisi Orang Laut yang kehidupannya jauh tertinggal dari
saudara-saudaranya di Kabupaten Lingga. Sejak 2014, ia mulai aktif
dalam membina Orang Laut yang ada di Selat Kongky, Desa Penaah,
Senayang.

Orang Laut di sana kondisinya buta huruf. Densy pun tergerak untuk
membebaskan mereka dari buta huruf dengan cara mengajarkan mereka
belajar menulis dan membaca. Ia pun bergerak dari satu pulau ke pulau
lain di Desa Penaah untuk mengajar. Ibu dua anak kelahiran 21 Juni 1976
ini memiliki obsesi membuka sekolah alam di pulau-pulau yang dihuni
Orang Laut. Dengan keberadaan sekolah itu, anak-anak Orang Laut secara
perlahan bisa bebas dari buta huruf. Selain memberantas buta huruf, ia
juga aktif menyampung aspirasi Orang Laut di pulau-pulau untuk
disampaikan ke pemerintah daerah dan pengambil kebijakan lainnya.
Eagle Award 2017 sendiri mengambil tema Indonesia Cerdas. Proses
penjurian tahap satu dilakukan dengan metode wawancara dengan
conference call untuk mencari dan memilih 10 proposal terbaik. Kriteria
penilaian pada penjurian tahap satu ini adalah kesesuaian tema,
kedalaman riset, kedekatan, keunikan ide cerita dan potensi visual.
Dewan juri kali ini terdiri dari Adrian Jonathan (Kritikus Film),
Ariani Djalal (Sutradara/Produser), Aryo Danusiri (Sutradara), Tjandra
Wibowo (Produser) dan Wisnu Suryapratama (Sutradara).

10 proposal yang lolos penjurian tahap wawancara sebagai berikut:

1. Aujat : Melawan Realitas – Protus Hyasintus Asalang & Handrianus
Koli Basa Belolon Asal Papua
2. Di Atas Genteng – ika Yuliana & Sangga Arta Witama Asal DKI Jakarta
3. Diaz “Membaca Orang Laut – Muhammad Hasbi & Muhammad Hasanul Asy’ary
Asal Riau
4. Gubuk Baca Gang Tato – Cut Febrina Hapsari & Risky Karina Putri Asal
Malang Jatim
5. Kabut Asa Baling Karang – Ikhsan & Nurhayatul Ulfah Asal Aceh
6. Lentera Di Pundak Ngatapapu – Lucky Arie & Nur Muthiawati Asal Sigi
Sulawesi Tengah
7. Melukis Mimpi Anak TKI di Serawak Malaysia – Ineu Rahmawati & Akhmad
Syaifuddin Asal Jawa Barat
8. Mendengar Senyuman – Carya Maharja & Radisti Ayu Praptiwi Asal DKI
Jakarta
9. Perawat Huruf-Huruf Di Kampung Nelayan – Tantry Ika Adriati & Yulien
Lovenny Ester Gultom Asal Sumatera Utara
10. Sekolah Kolong Tanpa Seragam – Syamsuddin & Samsuddin Asal Mamuju
Sulbar. **