Lestarikan Tradisi Dikir Barat asal Belakangpadang

0
1335
Kepala BPNB Kepri, Toto Sucipto (tengah) foto bersama dengan pejabat Pemko Batam dan narasumber kegatan Belajar Bersama Maestro (BBM) Dikir Barat di Batam, Selasa (23/10) kemarin.

Kegiatan Belajar Bersama Maestro (BBM) Dikir Barat yang ditaja Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepri dibuka M Zein yang mewakili Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Pemko Batam, Selasa (23/10) kemarin di Hotel Da Vienna Boutique, Batam. Dikir Barat harus dilestarikan. Karya budaya dari Belakangpadang ini pantas diajukan dan ditetapkan jadi warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia.

Kepala BPNB Kepri, Toto Sucipto yang menjadi narasumber dalam kegiatan ini memaparkan kondisi inventarisasi WBTB di Kepri yang masih minim. Ia mengharapkan agar berbagai elemen yang peduli dengan budaya melakukan pencatatan WBTB. “Pencatatan WBTB di Kepri masih minim. Banyak karya budaya yang ada di sekitar kita belum dicatat. Bagaimana mau melestarikan kalau pencatatan saja tak kita lakukan,”kata Toto.

Kegiatan BBM sendiri berlangsung tiga hari. Hari pertama diisi pemaparan narasumber yang terkait program inventarisasi WBTB, kebijakan pelestarian Dikir Barat, termasuk pengetahuan tentang Dikir Barat dari peneliti BPNB Kepri, Zulkifli Harto dan maestro Dikir Barat, yakni Ruslan dan Muhammad Mizan.

Ketua panitia pelaksana kegiatan, Hendri Purnomo mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk merevitalisasi sastra lisan seni pertunjukkan “Dikir Barat” di Provinsi Kepulauan Riau. Kegiatan BBM tersebut merupakan upaya strategis dalam rangka penguatan jati diri dan pembangunan karakter bangsa melalui pembelajaran seni budaya kepada generasi muda. Tema Kegiatan Belajar Bersama Maestro di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2018 adalah “Dikir Barat Untuk Penguatan Jati Diri dan Pembangunan Karakter
“Peserta BBM sebanyak 85 orang. Ada guru-guru kesenian, pelajar SMA dan SMP, dari sanggar dan juga utusan dari Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Batam. Tak hanya teori, namanya BBM ada praktek. Peserta diakhir acara mempraktekkan apa yang didapat selama kegiatan,”kata Hendri, Jumat (19/10) kemarin.

Dikir Barat adalah satu bentuk persembahan nyanyian dan tarian. Asal usul sejarahnya hingga kini masih diperdebatkan, namun kebanyakan menyebutnya sebagai salah satu bentuk seni yang datang dari Selatan Thailand atau Utara Semananjung Malaysia. Pemain Dikir Barat terdiri dari 15 orang. Diantara pemain tersebut terdapat dua orang penting yaitu Juara dan Tukang Karut. Pada pertunjukan biasa, pemain Dikir Barat dilakukan dengan cara duduk bersila di dalam lingkaran bulat dan mengarah ke pengeras suara. Dengan cara ini suara akan menjadi lebih lantang dan dapat didengar dengan jelas. Persembahan Dikir Barat didukung dengan peralatan musik yang terdiri dari dabuka, kompang / rebana, canang dan tamborin/kerincing. Alat-alat musik dipilih oleh Juara yang digunakan untuk mengiringi tarian untuk suatu persembahan Dikir Barat. Kelengkapan lainnya dalam mendukung penampilan kesenian ini adalah tata busana. Para pemain Dikir Barat biasanya mengenakan seragam busana Melayu atau busana muslim.

Di Kepri, Dikir Barat pusatnya di Pulau Pemping, Lengkang dan sejumlah daerah di Kecamatan Belakangpadang.

Mantan Gubernur Kepri, HM Sani sudah menetapkan dan mengubah nama Dikir Barat yang ada di Batam menjadi Dikir Kepri Bermadah. **