Lebai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya pegawai masjid atau orang yang mengurus suatu pekerjaan yang bertalian dengan agama Islam di dusun (kampung). Lebai identik dengan anggapan orang alim dan paham tentang agama Islam. Nah, di masa Kerajaan Johor Riau Lingga Pahang pada abad 18, ada kisah lebai palsu. Namanya, Lebai Tamat, kadang ada yang menyebut Lebai Kamat, konon berasal dari Minangkabau yang memang dikenal sebagai negerinya para ulama.
Kisah ini ada diceritakan Raja Ali Haji dalam Tuhfat al-Nafis. Pada masa Sultan Mahmud Riayat Syah memerintah Kerajaan Johor Riau Lingga Pahang, dengan Yang Dipertuan Muda Riau (YDM), Raja Jaafar, tersebut ada kisah seorang lebai yang sesat. Namanya Lebai Tamat. Dalam cerita tersebut tidak pernah diundangkan secara jelas dari mana asal usul dan silsilah keturunannya. Karena itu mungkin, kisah ini dapat menyebar secara luas ke seluruh penjuru tanah Melayu sebagai legenda, dan kemudian dikisahkan lagi dari generasi ke generasi dengan visi dan amanat sesuai kepentingannya.
Lebai Tamat ini datang ke Daik Lingga, pusat Kerajaan Johor Riau Lingga Pahang. Entah karena keahlian retorikanya atau sengaja memperlihatkan kekuatan ilmunya, lebai ini bisa bertemu sultan. Ia berhasil meyakinkan sultan, sosok dirinya sebagai seorang ahli agama Islam.Kedatangannya disambut dengan baik seiring niat baik si Lebai itu sendiri untuk berdakwah dan mengajarkan ilmu keagamaan di lingkungan istana maupun di kalangan rakyat pada umumnya.
Sultan memberikan izin kepada lebai itu untuk mendatangi dan mengumpulkan banyak orang di berbagai tempat di wilayah kesultanan Johor Riau, baik sebagai penceramah atau sebagai pemimpin kerohanian dalam sebuah perkumpulan tarikat. Namun dalam perjalanannya, ajaran-ajaran agama Islam yang didakwahkan dan didengar oleh rakyat itu sangat berbeda dengan pokok-pokok ajaran Islam pada umumnya. Perbedaan itu semakin hari semakin jelas diketahui oleh para
pengikutnya, hingga keberadaannya dicurigai sebagai pemimpin aliran agama yang sesat. Berbagai hal yang berkaitan dengan syariah dan ibadah pun diajarkan tidak sebagaimana mestinya.Konon, ia juga mengajar murid-muridnya cara bersuci tanpa menggunakan air dengan tetesan air liur burung yang datang dari
surga.
Dalam suatu pertemuan si Lebai itu menitahkan dirinya sebagai titisan malaikat, bahkan mengaku pula sebagai tuhan. Ada juga yang memanggilnya Habib Rahman, sebagian lagi menganggapnya sebagai Wali Keramat. Sebagian besar dari pengikutnya menjadi resah dan kemudian melaporkannya kepada Sultan. YDM Riau, Raja Jaafar marah besar dan memerintahkan kepada anak buahnya untuk mengusir Lebai Tamat dari Daik Lingga.
Setelah diusir dari kesultanan Johor Riau Lingga Pahang, menurut kisahnya, Lebai Tamat pergi ke arah selatan menuju sebuah kerajaan di negeri
Palembang. Namun apa yang terjadi di tempat itu tidaklah berbeda dengan sebelumnya. Ia pun mengajarkan berbagai hal ajaran Islam yang aneh itu kepada para pengikut barunya tanpa perubahan. Keanehan itu menjadi semakin tampak ketika dirinya mengaku-aku kepada para pengikutnya sebagai titisan reinkarnasi Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan Muda Riau IV dengan cara menceritakan dan menirukan perilaku perilaku Raja Haji semasa masih berjaya.
Di daerah lampung,ia mendapat pengikut baru yang banyak jumlahnya, dan sebagian besar dari di sana adalah masyarakat keturunan Bugis. Kedoknya dalam hitungan waktu yang tak lama terbongkar. Pasalnya, ia mengaku sebagai Raja Haji Fisabilillah. Orang Bugis di tempat itu telah mengenal dan mengakui Raja Haji sebagai tokoh mulia yang telah meninggal. Kehebohan cerita ini akhirnya sampai ke Kerajaan Johor, Riau Lingga Pahang.
Sultan Mahmud langsung memerintahkan Raja Jaafar untuk menangkap dan membawa Lebai Tamat ke Daik Lingga. Setelah mendengar kabar bahwa
dirinya akan ditangkap oleh Sultan Mahmud, Lebai Tamat menghilang dan tidak lama kemudian sudah berada di bawah perlindungan Raja ldris, saudara Raja Jaafar. Ia dapat kabur ke wilayah lnderagiri. Namun, pelarian Lebai Tamat berakhir. Raja Jaafar menyusun strategi damai dengan cara mengaku sebagai pengikut setia, dan membujuknya untuk diberi posisi terhormat di wilayah Kesultanan Johor Riau Lingga Pahang.
Lebai Tamat dibujuk supaya datang ke istana. Ia berhasil ditangkap dan dipenggal lehernya. Kepalanya dibawa ke Daik Lingga untuk diperlihatkan kepada Sultan Mahmud Riayat Syah, sebagai tanda lebai penipu itu sudah berhasil dibunuh. Kisah Lebai Tamat bukan satu-satunya cerita di negeri ini. banyak lagi kisah orang yang mengaku-mengaku tuhan, malaikat, nabi atau pun sultan. Tujuannya satu, menipu untuk kepentingan diri sendiri. **