Festival Bakar Tongkang yang menjadi tradisi tahunan warga Tianghoa di Bagan Siapi-api, Rokan Hilir, Provinsi Riau kembali digelar 28-30 Juni mendatang. Festival ini juga dikenal dengan nama Go Gek Cap Lak dalam bahasa Hokkien, yang berasal dari kata Go berarti ke-5 dan Cap Lak yang berarti ke-16, sehingga ritual tersebut dirayakan setiap tahun pada hari ke 16 bulan ke 5 sesuai dengan Kalender China.
Bakar Tongkang diartikan membakar kapal yang terakhir. Bakar Tongkang adalah tradisi tahunan yang memperingati keputusan penting pendatang Tionghoa pertama yang meninggalkan tanah airnya dengan kapal dan menetap di Riau di pulau Sumatera. Keputusan bersejarah ditandai dengan membakar Kapal (terakhir) tempat mereka berlayar, yang sekarang setiap tahun dirayakan dengan membakar replika kapal tradisional Tiongkok di puncak festival.
Festival Bakar Tongkang merupakan acara tahunan terbesar di Kabupaten Rokan Hilir. Selama festival, ritual dan doa oleh peserta di pura utama diawali, diikuti oleh prosesi budaya, berbagai atraksi oriental yang berbeda seperti Barongsai diadakan, serta panggung hiburan yang disiapkan untuk para pemain yang berasal dari Medan, Singkawang (Kalimantan Barat) serta dari negara tetangga Malaysia, Taiwan, dan Singapura yang membawakan lagu-lagu Hokkien.
Pada puncak festival, yang merupakan pembakaran replika kapal besar, kerumunan dengan cemas mengantisipasi di mana tiang utama akan jatuh. Warga setempat percaya bahwa arah di mana tiang utama jatuh (apakah menghadap ke laut atau menghadap ke pedalaman) akan menentukan nasib mereka di tahun yang akan datang. Jika tiang laut jatuh ke laut, mereka percaya bahwa keberuntungan akan datang sebagian besar dari laut, tapi ketika jatuh ke darat, maka keberuntungan tahun ini sebagian besar akan berasal dari daratan.
Replika kapal bisa berukuran sampai 8,5 meter, lebarnya 1,7 meter dan beratnya mencapai 400Kg. Kapal itu akan disimpan untuk satu malam di Klenteng Hok Hok Eng, diberkati, dan kemudian dibawa dalam sebuah prosesi ke tempat di mana kapal ini akan dibakar. Prosesi tongkang juga melibatkan atraksi Tan Ki di mana sejumlah orang menunjukkan kemampuan fisiknya yang luar biasa dengan menusuk diri dengan pisau tajam atau tombak namun tetap tidak terluka, agak mirip dengan tradisi Tatung di Singkawang di Kalimantan Barat. Sesampainya di situs tersebut, ribuan potongan kertas permohonan berwarna kuning akan dilekatkan pada kapal yang membawa doa dari orang-orang untuk nenek moyang mereka, sebelum kapal tersebut akhirnya dibakar.
Ritual ini juga merupakan manifestasi ucapan terima kasih oleh rakyat kepada para dewa Ki Ong Ya dan Tai Su Ong yang telah membawa nenek moyang mereka dengan selamat ke Bagansiapi-api. Para dewa Ki Ong Yan dan Tai Su Ong mewakili keseimbangan antara kebaikan dan kejahatan, kebahagiaan dan kesedihan, serta keberuntungan dan bencana.
Kepala Dinas Periwisata Kepemudaan dan Olahraga Rohil H Ali Asfar Msi menyampaikan, bahwa pada penyelenggaraan Ivent Wisata Nasional Bakar TongkangTahun 2018 ini, direncanakan berbeda dari pelaksanaan Iven Bakar Tongkang pada tahun sebelumnya.
Sebelum pelaksanaan perayaan puncak hari “H” Iven Bakar Tongkang 30 Juni 2018 Pemkab melalui Disparpora Rohil akan melaksanakan beberapa rangkaian acara, yang antara lain Bakar Tongkang Fashion Carnaval pertunjukan pentas seni yang telah dikoordinasikan dan didukung oleh Kementrian Pariwisata.**