Dua sineas muda Kepri, Fauzan Azima dan Muhammad Kurniawan tampil sebagai pemuncak 1 dan pemuncak 2 dalam Gelar Apresiasi Film Kebudayaan (Grafika) 2 yang ditaja Balai Pelestarian Nilai Budaya(BPNB) Kepri. Penganugerahan dilalukan di Grand Ballroom Hotel Alpha, Pekanbaru, Kamis (12/10) lalu.
Fauzan mengangkat film dengan judul Jong, sebuah permainan orang Melayu Kepri. Sementara, Muhammad Kurniawan tampil dengan karyanya Wayang Cecak, tradisi dari Pulau Penyengat, Kepri. Empat finalis lainnya adalah M Ali Surakhman (Jambi) dengan karya Nyaleh Guru, disusul Heru Sandra H dari Meranti (Riau) judul karya Bah Jamel. Pemuncak harapan II Ihsan Idam Dewindra dari Pangkalpinang (Babel) dengan karya Dulang Nganggung. Sementara pemuncak harapan III Sean Popo Hardi dari Jambi dengan karya Sko.
Grafika 2 kegiatannya tak hanya pemberian anugrah, tapi disejalankan dengan workshop film kebudayaan di dua lokasi, yakni Hotel Alpha, Pekanbaru dan Taman Gemala, Dinas Kebudayaan Riau. Ada enam narasumber dalam workshop film dokumenter ini. Yakni, Kepala BPNB Kepri, Toto Sucipto, Kadis Kebudayaan Riau, Yoserizal Zen, DR Elmustian Rahman. Sementara, untuk praktek lapangan
menghadirkan sineas Iska M Sutardi (Jakarta), Ary Sastra (Tanjungpinang) dan Sendy Al Pagari.
Acara pembukaan workshop dibuka Kadis Kebudayaan Provinsi Riau, Yoserizal Zen. Ia mengapresiasi adanya workshop film dokumenter kebudayaan yang ditaja BPNB Kepri yang dapat menggugah dan memberikan semangat sineas film di Riau semangat bekerja.
“Jujur sineas Riau banyak berkarya dalam menghasilkan film. Sayangnya kurang diapresiasi. Mau ditampilkan dimana. Tayang di televisi, sineasnya yang harus membayar bukan sebaliknya. Ironis sekali,”kata Yoserizal.
Yoserizal berharap sineas atau komunitas film di Riau makin aktif dalam melakukan perekaman film dalam mendukung pencatatan warisan budaya tak benda (WBTB). Tahun 2017 ada 16 karya budaya yang ditangguhkan atau belum ditetapkan sebagai WBTB oleh Kemdikbud karena terkendala daya dukung perekaman (video).
Sementara, Kepala BPNB Kepri, Toto Sucipto meminta data-data kebudayaan dikumpulkan dengan cara aktif melakukan perekaman. Dalam WBTB, katanya perlu semangat untuk catat dan terus mencatat karya budaya. “Catat saja tak cukup. Maka perlu rekam dan rekam. Semua karya budaya harus direkam. Tak punya kamera, dengan gadget juga bisa. Manfaatkan potensi untuk merekam,”kata Toto.
Penutupan workshop dilakukan Ketua Panitia Grafika 2, Dedi Arman. Pihaknya mengucapkan terimakasih kepada Dinas Kebudayaan Riau, Dewan Kesenian Riau dan para dewan juri yang berperan penting sehingga acara Grafika 2 berjalan dengan sukses. Animo peserta workshop film luar biasa. Mereka berasal dari berbagai komunitas film yang ada di Pekanbaru, termasuk dari Meranti dan Indragiri Hilir. “Kawan-kawan dari Dewan Kesenian Riau dapat menjaring peserta yang berkualitas. Kita harap tahun depan, insyallah ada Grafika 3. Makin banyak karya yang dikirim untuk lomba film dokumenter,”kata Dedi.
Dalam lomba film dokumenter ini ada 12 karya film yang masuk dan dipilih enam finalis. Pemuncak (Juara) I lomba film ini memperoleh hadiah Rp6 juta, juara II Rp4 juta, juara III Rp2,5 juta, pemuncak harapan 1 Rp2 juta, pemuncak harapan 2 Rp1,5 juta dan pemuncak harapan 3 Rp1,25 juta. Hadiah pemenang dipotong pajak. **