‘Berita harus Keras’, Koran pun Jadi Laris

0
89

Kisah Saat Jadi Wartawan di Kabupaten Lingga (Bag.3)

Menjadi wartawan Batam Pos selama lima tahun di Kabupaten Lingga, tentunya paham dengan karakter pembaca di sana. Berita favorit adalah berita ‘keras’ dan dipastikan koran akan ludes. Sebaliknya, kalau berita yang terbit kebanyakan berita seremonial dan banyak iklan, koran pun tak dilirik.

Informasi soal karakter pembaca di Lingga, saya peroleh dari Pak Ramli. Ia saat itu agen Koran Batam Pos di Dabo Singkep. Selain Batam Pos, ia juga menjual sejumlah koran lain di kedainya. Setiap hari 100 eksemplar koran Batam Pos datang ke Dabo dan 100 eksemplar ke Daik Lingga. Dari jumlah ini, langganan sekitar 70 -an orang. Selebihnya koran dijual eceran dan diletakkan di sejumlah kedai atau kios yang ada di Dabo.
“Sekedar saran saja. Kalau koran isinya berita seremonial. Acara-acara pemerintah saja, korannya tak laku. Susah dijual, pelanggan yang ada bisa mundur berlangganan,”kata Ramli.

Bukan sekedar saran, pria asal Kabupaten Agam, Sumbar itu telah berpengalaman belasan tahun berjualan koran. Ia membuka usaha selain statusnya sebagai pegawai Kementrian Agama Kabupaten Lingga. Saran beliau ini jadi masukan berarti dalam menulis berita untuk dimuat di Batam Pos.

Meski Batam Pos saat itu menjalin kerjasama dengan Pemkab Lingga, namun bagusnya tak ada pembatasan terkait pemberitaan. Bupati Lingga saat itu, H Daria tak mempermasalahkan pemberitaan berita apa saja tentang Pemkab Lingga. Namun, ia berharap pemberitaan harus seimbang. Adanya pemberitaan yang negatif idealnya harus dikonfirmasi. Jadinya selama lima tahun bertugas di Lingga, nyaris tak ada beban. Berita apapun bisa ditulis dan nyaris tak ada permasalahan yang berarti dengan Pemkab Lingga.

Saat baru bertugas di Lingga tahun 2009, ada satu berita yang membuat Bupati Lingga, H Daria meradang. Beritanya terkait hasil ujian nasional (UN) SLTA sederajat tahun 2009. Judul beritanya hasil UN Lingga terburuk di Provinsi Kepri. Hasil UN Lingga menjadi penyebab hasil UN Provinsi Kepri buruk ditingkat nasional. Berita ini ditulis Sigit Rachmat, Kepala Perwakilan Batam Pos di Tanjungpinang. Masalahnya adalah tak ada konfirmasi terkait kelulusan UN Lingga itu dari pejabat terkait di Lingga.

Daria pun menumpahkan uneg-unegnya saat kami bertemu dalam acara turnamen sepakbola di Desa Sungai Buluh, Singkep Barat. “Batam Pos itu main hantam saja. Lingga disebut terburuk. Paling bobrok tapi yang diwawancarai hanya orang provinsi saja,”kata Daria ke saya.

Batam Pos pun memberi ruang khusus untuk wawancara Kadis Pendidikan Lingga saat itu, Junaidi Adjam terkait hasil UN Kabupaten Lingga. Hasil wawancara dimuat satu halaman di kolom cakap hari Minggu. Junaidi memaparkan berbagai kendala dan hal yang jadi hambatan dalam memajukan pendidikan di Kabupaten Lingga.

Nah, kembali ke berita ‘keras’ yang disukai pembaca di Lingga, ada sejumlah berita yang banyak mendapatkan perhatian yang luas. Koran pun nyaris ludes tiap hari. Salahsatu berita yang menonjol adalah keluarnya Surat Edaran (SE) Mendagri, Gamawan Fauzi tentang larangan mengangkat pejabat eks narapidana kasus korupsi untuk diangkat dalam jabatan struktural tahun 2012. Di Lingkungan Pemkab Lingga saat itu ada tujuh pejabatnya yang berstatus napi kasus korupsi.

Batam Pos terus memblowup pemberitaan tentang kasus ini. Setiap pekan selalu ada berita tentang Pemkab Lingga mengangkangi SE Mendagri. Hal yang buat panas adalah foto-foto para pejabat itu dipampang di Batam Pos halaman Lingga. Hampir sebulan Batam Pos memuat berita ini. Hal ini cukup membuat gerah Bupati Lingga.

Saya pun dipanggil Bupati Daria ke rumah dinasnya di Daik Lingga. Saat itu juga ada Plt Sekda Kamaruddin. Tanpa basa basi, Daria langsung meminta berita tentang napi kasus korupsi itu dihentikan. “Pening kepalaku, Batam Pos tiap hari itu saja yang diberitakan. Macam saya tak berbuat saja pada kabupaten ini. Tunggu saja dalam waktu dekat ada mutasi. Mereka itu akan diganti. Saya komit untuk itu. Awak stop sementara berita itu,”kata Daria.

Benar saja kurang dua bulan kemudian, Pemkab Lingga melakukan mutasi pejabatnya. Ketujuh pejabat mantan napi korupsi itu tak lagi memegang jabatan. Bupati H Daria komit dengan janjinya. Pemberitaan yang gencar tentang pejabat mantan napi korupsi itu banyak juga efeknya. Ada saja teror yang masuk melalui pesan singkat ke ponsel saya. Isinya macam-macam, mulai dari ancaman sampai hinaan yang menganggap berita sekedar mencari sensasi.

Semuanya ditanggapi biasa saja. Itulah resiko tugas di daerah. Kalau di Batam, orang yang
keberatan dengan isi pemberitaan, mereka bisa protes atau demo ke kantor. Namun, kalau di daerah, orang dengan mudah langsung protes mendatangi tempat tinggal kita. Tak hanya datang ke rumah, kadang mereka yang protes dengan isi berita, sering juga mendatangi langsung saat sedang ngopi.Pernah juga saat sedang jalan berdua dengan istri, ada camat yang datang dan marah-marah mengancam. Ia marah terkait berita Batam Pos terkait kasus sengketa tanah karena sertifikatnya ganda. (bersambung).