Pameran BPK Wilayah IV di Festival Budaya Melayu 2024

0
19
Sita Rohana sedang menjelaskan materi pameran kepada Duta Kebudayaan Provinsi Riau
Sita Rohana sedang menjelaskan materi pameran kepada Duta Kebudayaan Provinsi Riau

Jalur Rempah menjadi salah satu program unggulan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbudristek. Direktorat Jenderal Kebudayaan telah menginisiasi program ini sebagai pendukungan Jalur Rempah menuju nominasi Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Berbagai kegiatan ditaja untuk menyemarakkan dan memperkenalkan Jalur Rempah kepada masyarakat.

Bulan Juni-Juli 2024 dengan menggunakan KRI Dewaruci, Muhibah Budaya Jalur Rempah ditaja untuk melayari 7 titik sandar di beberapa kota di wilayah Indonesia barat. Ketujuh titik sandar tersebut antara lain Belitung Timur, Dumai, Sabang, Melaka, Bintan, Lampung, dan Jakarta. Para peserta diajak mengenali warisan budaya di tujuh lokasi titik sandar tersebut.

KRI Dewaruci milik TNI AL sendiri menjadi kapal layar pertama yang ditetapkan sebagai cagar budaya. Penetapan tersebut tidak lepas dari nilai-nilai yang melekat pada kapal layar legendaris tersebut. Di antaranya adalah nilai sejarah, pendidikan, kebudayaan, dsb.

Selain pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah, Direktorat Jenderal Kebudayaan juga mempunyai kegiatan pendukungan Even Jalur Rempah di Daerah. Pada 2024 ini, Provinsi Riau menjadi salah satu daerah yang mendapatkan fasilitasi pendukungan tersebut. rangkaian even digelar pada gawai yang diberi tajuk “Festival Budaya Melayu 2024: Rempah dalam Khazanah Alam Melayu Riau, Meramu Hulu Menghimpun Muara”. Pameran menjadi salah satu rangkaian kegiatan dalam even Festival Budaya Melayu 2024, selain diskusi, seminar, permainan rakyat, bazar kuliner tradisional, pertunjukan seni, dsb.

BPK Wilayah IV Pamerkan Warisan Budaya di Jalur Rempah

Sebagai pendukungan pada kegiatan Festival Budaya Melayu 2024, BPK Wilayah IV ikut serta pameran “Warisan Budaya di Jalur Rempah”. Pada pameran tersebut BPK Wilayah IV membawa benda-benda budaya yang berkaitan dengan interaksi budaya, dampak dari Jalur Rempah yang terjadi nusantara. Benda-benda yang dipamerkan antara lain gambus, perangkat tepung tawar, tudung manto, songket Siak, miniatur kapal dan sampan, topeng Makyong, pedupaan atau pengasapan, cetakan kue satu, gambus, seperangkat tepak sirih, dsb.

Konsep pameran BPK Wilayah IV berangkat dari narasi, bahwa pada Jalur Rempah bukan saja pertukaran rempah-rempah secara kebendaan, melainkan juga interaksi budaya. Nusantara menjadi medan pertemuan/interaksi kebudayaan yang dibawa oleh para pedagang dan pendatang tersebut.

Tidak dinafikan, bahwa rempah menjadi komoditas yang minat dan daya tarik para pedagang dan pendatang dari berbagai negara/kerajaan untuk memburunya. Rempah-rempah tersebut akan dijual kembali di negara mereka sendiri, maupun di negeri-negeri yang disinggahi. Nusantara, termasuk Riau, telah menjadi ruang interaksi (melting pot) para pedagang-pendatang beserta kebudayaan-kebudayaan mereka sendiri. India, Arab, Cina, dan Eropa menjadi negara-negara yang banyak pedagang dan pendatang ke nusantara. Tidak mengherankan mereka meninggalkan warisan budaya di nusantara. Mulai dari cita rasa makanan, kesenian, pengetahuan, manuskrip, bahasa, hingga agama.  

Kegiatan pameran dilangsungkan di aula Museum Sang Nila Utama, Kamis-Minggu, 5-8 September 2024. Di ruangan yang sama, selain BPK Wilayah IV, turut berpameran Sanggar Layang-layang Purnama pimpinan Amronshah yang memamerkan Wau Kuau Raja Tebuk Isi yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia pada 2022, dan pameran fotografi “Cerita Rempah dan Kekayaan Alam Riau”. ** (Jauhar Mubarok)