Kelintang Perunggu “Melayu Timur” Terancam Punah

0
919
Suasana diskusi terpumpun kelintang perunggu di Gena Kopi, Jambi.

*Alat Susah Didapat, Kesulitan Regenerasi Pemain

Alat musik kelintang perunggu yang ada di Tanjung Jabung, Provinsi Jambi bahan pembuatannya  berbeda dengan kelintang perunggu yang ada di daerah lain. Kesenian kelintang perunggu di Tanjung Jabung dan daerah sekitarnya yang identik dengan Orang Melayu Timur makin jarang dimainkan karena sulitnya memperoleh alat kelintang, selain karena para pemain kelintang semakin jarang dan banyak yang sudah meninggal.

Kondisi inilah yang terungkap dalam diskusi terpumpun membahas sejarah alat musik kelintang di Gena Kopi, Jambi, Senin (4/3) kemarin. Diskusi digelar peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri yang menghadirkan para seniman dan budayawan Jambi. Hadir diantaranya, budayawan Ja’far Rassuh, seniman Zulbahri, Zulkarnain (Zul Gambus), Uwo Azhar MJ, Didi Hariadi, Nukman dari Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Jambi, M Ali Surakhman, Suwandi alias Aarts S Jauhari (kumparan) dan M Ramond EPU (Beritagar).

Ja’far Rassuh menyebutkan, dulunya alat musik ini dinamakan kelintang perunggu Muara Sabak dan penamaannya dilakukan oleh para seniman Jambi. Kelintang perunggu ditemukan hampir diseluruh Jambi dan tak hanya di Tanjung Jabung. “Hal yang membedakannya kalau di Pantai Timur seperti Tanjung Jabung, kelintangnya terbuat dari besi campur ganza. Kalau daerah lain banyak perunggunya,”katya Ja’far.

Kelintang perunggu, katanya dimainkan tak hanya saat mengiringi acara tari inai, atau tradisi makan di kelung atau mandi air masin. Hampir seluruh aktifitas masyarakat menggunakan kelintang perunggu ini. Ia mencontohkan dulunya saat memanggil masyarakat untuk gotong royong, juga memainkan kelintang. Acara penabalan adat atau upacara perkawinan, juga ada memainkan kelintang.
“Baik di hulu maupun di hilir Jambi, kelintang jamak digunakan. Mungkin namanya saja yang berbeda. Di Sarolangun ada istilah celentang dan kromong,”ujarnya.

Senada, Zulbahri dan Uwo Azhar menyebutkan, kelintang yang di Tanjung Jabung tak punya resonansi alias saat dipukul bunyinya mati. Pola notasi kelintang perunggu ini adalah So La Do Re Mi. Tak ada notasi Fa dan Si. Ada18 jenis irama atau pukulan dalam kelintang perunggu di Tanjung Jabung.

Soal asal usul alat ini juga jadi perdebatan. Ada yang menyebutkan, alat musik kelintang perunggu berasal dari daerah Sabah, Malaysia dan ada juga yang meyakini berasal dari Thailand. Soal ini, sejumlah budayawan dan seniman yang hadir dalam diskusi membenarkan alat musik kelintang banyak dijual di Thailand, namun alat musik ini bukan berasal dari sana.
“Kalau mau membeli alat seperti kelintang, gong dan lainnya memang dari Thailand selain dari Jawa. Tapi kelintang perunggu asalnya kami yakin bukan dari Thailand,”kata Zul Gambus.

Selain soal regenasi pemain kelintang perunggu, hal yang harusnya jadi perhatian pemerintah adalah pengadaan alat kelintang yang sesuai. Diyakini kelintang perunggu yang ada bunyinya berbeda karena alatnya sama dengan yang ada di daerah lain.
“Kelintang perunggu yang asli setahu saya ada di Taman Budaya Jambi. Kalau pemain kelintang yang lama dan ahli, tahu membedakan kelintang asli atau tidak,”kata Ja’far Rassuh.

Selain di Tanjung Jabung, alat musik kelintang perunggu juga ada dan dengan jenis irama yang sama di Indragiri Hilir, Riau. Hal ini tak terlepas dari letak geografis Tanjung Jabung dan Indragiri Hilir letaknya berdekata. Masyarakat pendukung alat kesenian ini juga sama, yakni Orang Melayu Timur. **