Kisah Sultan Mahmud Riayat Syah Diangkat Jadi Film Dokumenter

0
817
Mukhlis PaEni, Pudentia bersama para pemain film Sultan Mahmud Riayat Syah di Penyengat. (f.Raja Malik Hafrizal)

Kisah perjuangan pahlawan nasional dari Provinsi Kepri, Yang Dipertuan Besar Riau-Johor-Pahang serta Lingga, Sultan Mahmud Riayat Syah (Sultan Mahmud Syah III)
diangkat dalam film semi dokumenter.Pameran dalam film ini adalah sejumlah tokoh Kepri dan Riau. Al Azhar berperan sebagai Sultan Mahmud Syah III), Tengku Mira (Engku Puteri
Raja Hamidah), Raja Malik Hafrizal (Daeng Kamboja) dan Abdul Kadir Ibrahim (Bendahara).

Sultan Mahmud Riayat Syah (1761-1812) sebagai Pahlawan Nasional Perang Gerilya Laut ditetapkan oleh Presiden RI tahun 2017 lalu. Pemkab Lingga tertarik untuk membuat film
dokumenter tentang pahlawan yang terkenal dengan mas kawin-nya Pulau Penyengat itu. Gayung bersambut, keinginan Pemkab Lingga melalui Bupati Lingga, Alias Wello direspon
secara baik oleh Mukhlis PaEni, salahsatu tokoh yang berperan besar dalam menjadikan Sultan Mahmud Riayat Syah sebagai pahlawan nasional.
“Pengerjaan filmnya dilakukan tim dari Jakarta. Pak Mukhlis PaEni yang berperan besar untuk mensukseskan film ini. Informasinya production house (PH) yang menggarap dari
Jakarta. Editingnya nanti di Yogya,”kata Sekretaris Dinas Kebudayaan Lingga, Kamarul Zaman, pekan lalu.

Lokasi shooting film ini nantinya disejumlah tempat. Seperti Daik Lingga, Pulau Penyengat, Ulu Riau dan lokasi lain. Sosok Sultan Mahmud Riayat Syah atau Sultan Mahmud Syah
III memang fenomenal. Ia dilantik menjadi Sultan tahun 1761 M pada usia belia. Saat itu dia masih berusia dua tahun. Pusat pemerintahannya berada di Hulu Riau (Kota Raja)
selama 26 tahun, yaitu dari 1761-1787 M.

Demi taktik perang melawan Belanda, Sultan Mahmud Syah III kemudian memindahkan Ibu Kota kerajaan di Lingga hingga akhir hayatnya, 1812 M. Sebagai pemimpin tertinggi Kerajaan  Johor-Riau-Lingga dan Pahang, banyak kebijakan Sultan Mahmud Syah III yang strategis dan monumental. Salah satunya dengan memerintahkan perjuangan melawan penjajah dalam perang di Teluk Riau dan Teluk Ketapang Melaka pada 1784. Dalam peperangan ini, panglima perang Raja Haji
Fisabillillah, meninggal.

Meski mengalami kekalahan, tidak menyurutkan perjuangan Sultan Mahmud Syah III melawan penjajah. Dia semakin memperkuat armada perangnya, menyusun strategi dan membangun  pusat-pusat ekonomi. Sultan Mahmud Syah III juga mempererat kerajaan Riau-Lingga-Johor dan Pahang dengan beberapa kerajaan lainnya seperti Jambi, Mempawah, Indragiri, Asahan,  Selangor, Kedah dan Trengganu.

Sultan Mahmud Riayat Syah juga menjadikan Pulau Penyengat sebagai mas kawin pernikahannya dengan Engku Puteri Raja Hamidah binti Raja Haji. Berkat perjuangan Sultan pula,  akhirnya Lingga dan Pulau Penyengat menjadi kota yang hebat. Lingga kemudian dikenal sebagai Bunda Tanah Melayu dan Pulau Penyengat sebagai Pulau Indera Sakti. **