Ritual Upacara Tutup Atap Baileo Negeri Tuhaha

0
2120

Santy Nurlette, S.Sos – Pamong Budaya Pertama

Salah satu ritual adat yang tidak dapat dilepas pisahakan dari baileo ialah upacara penutupan atap baileo, yang hingga kini masih dilaksanakan oleh negeri-negeri adat di Maluku dan Pulau Saparua khususnya. Tuhaha merupakan salah satu negeri yang hingga kini masih melaksanakan upacara adat penutupan atap baileo. Upacara tutup baileo memiliki nilai kesakralan yang begitu tinggi serta menampakan berbagai nilai-nilai kelokalan yang menjadi identitas diri anak negeri. Bagi masyararakat adat negeri Tuhaha ada sejumlah sayarat-syarat khusus yang mesti dipenuhi sebelum upacara ini dilaksankan dan tahapannya mesti dilewati melalui suatu musyawarah oleh upu latu (bapa raja) dengan saniri negeri. Proses musyawarah untuk menentukan kapan proses upacara penutupan atap baileo biasanya didasarkan pada kondisi atap baileo yang telah bocor atau rusak. Dalam pemahaman masyarakat Tuhaha Baileo tidak hanya sebagai sebagai suatu banguan adat semata tetapi diyakini sebagai salah satu yang dianggap sakral kerana ditempati oleh leluhur mereka.


Upacara ini tidak dapat dilepas pisahkan dengan tradisi masyarakat adat di Pulau Seram dimasa lalu yakni, tradisi kakehan. Dimana setiap kali akan dilakukan upacara tutup baileo terlebih dahulu dilakukan ritual pencaharian kepala yang oleh masyarakat negeri Tuhaha kerena telah diberlakukannya hukum positif, maka kepala manusia tersebut diganti dengan buah kelapa kelapa. Kelapa yang di pilih adalah kelapa yang pada serangkai hanya terdapat satu buah saja dan mesti menghadap ke arah mata hari naik. Selain itu syarat yang mesti dipenuhi ialah kelapa yang dipilih harus diambil pada petuanan negeri tetangga yakni, pada negeri Ihamahu dan negeri Sirisori.

Prosesi ini merepresentasikan jiwa keperkasaan orang laki-laki negeri untuk menjaga dan melindungi diri, keluarga dan negerinya dari berbagai gangguan. Kesakralan upacara ini seringkali mempertontonkan keperkasaan orang laki-laki negeri Tuhaha dengan cara memotong-motong bagian tubuh mereka dengan parang yang dijadikan sebagai senjata. Prosesi uapacara tutup baileo merepresentasikan nilai keperkasaan orang laki-laki negeri dengan teong Beinusa Amalatu ini, sehingga upacara ini akan membangun motisvasi yang kaut bagi setiap anak negeri yang ada di mana saja untuk pulang dan melaksanakan ritual ini. Bagi masyarakat negeri Tuhaha upacara ini mesti terus dilakukan sebagai suatu bentuk ketaatan terhadap apa yang telah diwariskan oleh leluhur, sehingga tanggung jawab untuk melaksanakan upacara ini wajib hukumnya untuk dilaksanakan.