Peralatan Pertanian Masyarakat Maluku

0
4811

Tudun (Anyaman Topi)

Sekitar tahun 1950-an berawal dari kisah seorang laki-laki separuh baya yang menurut cerita masyarakat Kisar, ia siusir dari kampung halamannya (Timor Leste) bersama dengan seorang perempuan yang bernama Maday. Melewati perjalanan laut kemudian menetap di Desa Oirata Barat. Oleh kepala desa setempat, ia diberikan tanah dan membangun rumah yang disekitarnya bertumbuh pohon koli. Dengan keterampilan yang dimiliki ia mengajak warga setempat untuk mengambil daun koli dan menganyam topi dari daun koli. Sampai saat ini keturunan dari Surseuma tetap membuat keterampilan tersebut. Cara membuat topi yaitu daun koli muda dipotong dan diujemur di matahari selama kurang lebih dua hari, setelah itu disayat tulang tengah daun dengan lebar daun kurang lebih 3 mil, setelah itu dianyam berbentuk topi. Untuk satu buah topi dibutuhkan 150 daun koli.

Hoin

Hoin atau yang lebih dikenal dengan bakul adalah tempat mengisi makanan yang sudah dipanen dan menurut tradisi biasanya Hoin ini akan digunakan pada oesta adat Yawawini (Pesta perkawinan). Bakul digunakan untuk tempat biji-biji jagung yang sudah dipanen untuk sebentar nanti disumbangkan ke keluarga yang punya hajatan. Hoin/bakul dibuat dari anyaman daun koli yang sudah dikeringkan.

Lokar

Kerajinan tradisional masyarakat Kisar yang dikenal dengan nama Lokar atau keranjang, memiliki berbagai fungsi dalam kebutuhan sesehari. Lokar atau keranjang dibuat dari bahan bambu dengan panjang 3 ruas kemudian dibelah-belah dengan pisau menurut ukuran kira-kira 3 cm dan dikikis halus. Untuk membuat Lokar diperlukan kurang lebih 18 potong untuk mendapat sebuah Lokar. Lokar berfungsi untuk tempat memelihara ayam, tempat menyimpan peralatan rumah tangga, juga sebagai tempat jeruk Kisar (apabila musim) yaitu pada bulan Juni – Agustus.

Hokolou

Hokolou merupakan bahasa daerah masyarakat setempat yang artinya keranjang, makanan pokok orang Kisar adalah jagung dan umbi-umbian. Mereka biasanya menggunakan jenis baku ini untuk menaruh hasil kebun yang baru saja dipanen untuk dibawa pulang ke rumah. Sebelumnya keranjang ini juga berfungsi untuk menaruh peralatan kebun untuk ke kebun seperti parang, pacul dan lain-lain. Hokolou dibuat menggunakan daun koli muda yang sudah keringkan.

Gona-gona

Gona-gona atau yang dikenal masyarakat Maluku dan Seram Bagian Barat sebagai alat khusu yang dipergunakan sebagai alat timba air untuk melakukan proses penyaringan pati sagu. Gona-gona terbuat dari pelepah sagu yang memang dibuat dengan ukuran membentuk ember yang dipergunakan sebagai alat bantu dalam proses pengolahan sagu secara tradisional. Dalam sejarah pemanfaatan Gona-gona sebagai keterwakilan dari unsur pemanfaatan sagu secara multi-fungsi dimana semua bahan dasar sagu bisa dijadikan sebagai akat yang berguna bagi pengelolaan kelangsungan hidup masyarakat. Selain memiliki nilai guna, sagu juga memiliki nilai filosofis yang menggambarkan kepribadian orang Maluku yang sifat kasar, keras namun memiliki perasaan yang tulus dan baik hati, seperti empela sagu yang putih bersih.