Di dalam kegiatan Semarak Hardiknas Jawa Timur 2019 juga diselenggarakan beberapa talkshow yang dipusatkan di depan replika Rumah Majapahit di area pendopo Unit Pengelolaan Informasi Majapahit. Talkshow-talkshow ini rencananya akan ditayangkan dalam program ‘Pojok Inspirasi’ yang ditayangkan secara reguler di TV Edukasi milik Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan dan Kebudayaan. Talkshow ini juga akan diunggah di channel Youtube TV Edukasi.
Talkshow sesi pertama ini mengangkat tema ‘Peran Perguruan Tinggi STIT NU Al Hikmah dalam Pengembangan Seni Budaya di Era Milenial’ dengan narasumber DR. H. Muhsinin Cholish, M.Si yang merupakan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) NU Al Hikmah yang berpusat di Desa Watesumpak Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Dalam sudut pandang narasumber yang juga seorang pendidik bahwasanya pendidikan saat ini kebanyakan bertujuan hanya mengejar nilai sekolah semata atau yang bersifat intrakuler. Sedangkan kesuksesan seseorang 80% ditentukan dari tingkat emosional dan spiritual. Tentu nya ini menjadi hal yang bertolak belakang sehingga dibutuhkan sesuatu untuk meningkatkan EQ serta SQ generasi milineal yaitu berupa seni dan budaya yang dikemas dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
Selanjutnya juga diungkapkan bahwa selama ini lembaga pendidikan yang dipimpinnya juga melakukan beberapa kegiatan pengembangan seni dan budaya di antaranya berupa membangun Kampung Main Mojopahit (Kamajo) yang berada di sekitar areal kampus. Di Kamajo dibangun joglo untuk tempat diskusi, menyediakan alat-alat permainan tradisional dan lapangan bermain. Rencana mendatang, STIT akan membangun galeri seni, perpustakaan dan museum mini permainan tradisional. Selain itu STIT juga berperan dalam pelaksanaan kegiatan tahunan berupa Ruwah Desa Watesumpak yang rutin digelar sebelum bulan puasa. Di bidang budaya menulis, STIT juga rutin menerbitkan jurnal-jurnal ilmiah online terutama yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam karena produktifitas penerbitan jurnal merupakan salah satu tolok ukur kualitas sebuah kampus.
Sebagai upaya mendekatkan seni dan budaya kepada generasi milenial memang diperlukan sebuah upaya bersama baik dari lembaga pemerintah maupun komunitas masyarakat pelaku seni budaya. Upaya tersebut haruslah berupa sajian yang menarik bagi generasi milenial yang begitu akrab dengan teknologi tinggi. Narasumber mengemukakan bahwa pelaku seni budaya bisa membuat konten-konten menarik dan atraktif di laman lembaga tersebut. Selain pendekatan teknologi informasi, generasi milenial juga perlu didorong untuk aktif secara fisik terlibat di dalam kegiatan seni dan budaya karena hal ini bisa menurunkan tingkat stres dan menjauhkan generasi penerus bangsa dari hal-hal negatif seperti narkoba, kenakalan pelajar dan lain sebagainya. Kita harus bangga sebagai bangsa Indonesia yang kaya akan budaya yang beragam sehingga diharapkan kita mampu mengekspor budaya bukan malah mengimpor budaya, pesannya menutup pembicaraan. (Eva Nurma)