Umpak merupakan komponen bangunan yang menjadi landasan tiang. Kehadiran umpak dalam konstruksi bangunan bertiang sangat dibutuhkan, sebab menjadi komponen dasar yang menyangga beban berat dari konstruksi suatu bangunan. Di sisi lainnya, umpak menjadi bentu upaya preventif pelapukan tiang kayu sebab bahan dasar umpak terbuat dari batu dan umpak memberikan sekat antara tiang dengan lantai bangunan yang biasanya lembab dan berupa tanah.
Situs Umpak Sentonorejo merupakan kumpulan dari 17 umpak berbentuk segi enam. Situs ini berada di Dusun Kedaton, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Pada situs seluas 4050 m² terdapat dua jenis umpak, yaitu umpak segi enam dengan ukuran besar dan umpak segi enam dengan ukuran kecil. Seluruh umpak terbuat dari batu andesit yang dipahat rata tanpa hiasan. Situs ini merupakan hasil ekskavasi penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) pada tahun 1981, 1982 dan 1985.
Umpak pertama berada di sebelah utara. Artefak ini berukuran panjang 84 cm, lebar 44 cm, dan tinggi 33 cm. Terdapat 14 buah umpak ditata berjajar sebanyak dua bari dengan orientasi arah barat – timur. Umpak tersebut kemungkinan besar masih intact (berada pada posisi aslinya. Jarak antarumpak dari barat ke timur adalah 410 – 414 cm, sedangkan jarak antarumpak dari selatan ke utara adalah 414 – 415 cm. Umpak didirikan di atas lantai perkerasan yang disusun dari bata merah. Tujuannya adalah menghidari umpak mengalami kemiringan akibat daya lendut tanah/ amblas.
Umpak kedua berukuran lebih kecil berada di 20 meter selatan umpak besar. Jumlahnya ada tiga buah berukuran panjang 49 cm dan tinggi 25 cm. Umpak ini ditata berjajar. Pada bagian tengah umpak terdapat lubang berbentuk persegi sama halnya dengan kelompok umpak pertama. Pendirian umpak tersebut juga diawali oleh perkerasan lantai dari bata merah sebagai konstruksi penguat.
Umpak Sentonorejo besar kemungkinan merupakan bagian dari konstruksi bangunan panggung semacam balai. Balai atau bale merupakan variasi dari bangunan rumah panggung yang lazim ditemukan di Nusantara. Bangunan ini awalnya berfungsi sebagai pembatas dari lantai yang bersifat lembab, menghindarkan penghuni dari gangguan binatang liar hingga menghindarkan dari banjir maupun genangan hujan. Bangunan balai di Jawa khususnya masa Majapahit lazim ditemukan dan bahkan disebut dalam karya sastra. Nama witānā, manguntur penyebutan balai pada masa Hayam Wuruk dari Majapahit berdasarkan Kakawin Nagarakrtagama. Pada karya tersebut dijelaskan bahwa kedua balai tersebut merupakan bangunan terbuka yang berdiri di tengah tanah lapang dekat keraton dan memiliki fungsi sebagai tempat berkumpul maupun melangsungkan acara kenegaraan.
Bentuk balai yang ada pada situs Umpak Sentonorejo kemungkinan adalah persegi panjang. Terdapat banyaknya temuan miniatur bangunan balai terbuat dari terakota menjadi bukti pembanding terkait arsitektur bangunan masa Majapahit. Ada pula permasalahan tentang tentang toponimi situs tersebut berada yakni Dusun Kedaton yang mengingatkan akan nama istana pada masa Hindu-Buddha. Ada pula nama Desa Sentonorejo yang mengindikasikan bahwa di daerah tersebut pada masa lalu merupakan kawasan elit bangsawan Majapahit (Sentonorejo = tempat terdapat banyak bangsawan).